Sabtu, 29 September 2018

BEBERAPA UJIAN NABI IBRAHIM

an Al-Qur'an dan Hadits

AQIDAH

PELAJARAN DARI BEBERAPA PENGORBANAN NABI IBRAHIM

OLEH SAIFUDDIN · DIPUBLIKASIKAN 21 OKTOBER 2012 · DI UPDATE 2 JULI 2016

PELAJARAN DARI BEBERAPA PENGORBANAN NABI IBRAHIM

(kajian tematis al-qur`an dan hadits)

A.. Sekilas Historis Nabi Ibrahim,

Nabi Ibrahim dilahirkan di kampung Ur, kemudian hijrah ke Babilonia (kawasan Iraq) kemudian hijrah ke Haran (Turki), ke Aleppo, lalu ke Kan’an (Palestina), kemuidin ke Mesir dan mendapatkan hadiah Siti Hajar. Setelah kembali ke Palestin menikahi Hajar atas saran siti Sarah. Siti Hajar hamil dan melahirkan Isma’il dan membawanya ke Makkah dengan diantar Nabi Ibrahim. Ketika sampai di Makkah Nabi Ibrahim meninggalkan Hajar dan Isma’il di dekat Bait Allah sambil berdo’a (Qs.14:35-38) dan kembali ka Palestina. Ketika Isma’il remaja Nabi Ibrahim kembali ke Mekah mendapat perintah qurbankan putranya. Setelah qurban berhasil, yang diganti seekor gimas (Qs.37:102-109) kembali ke Palestina, istri pertama hamil dan melahirkan Ishaq. kemudian kembali ke Makah untuk membangun kembali Bait Allah. Setelah mengajarkan manasik haji, Nabi Ibrahim kembali ke Palestina membangun al-Aqsha. Kemudian Nabi Ibrahim diangkat sebagi Imam bagi umat manusia (Qs.2:124). Dari putra pertama (Ismail) terwujud generasi Arab hingga Rasul SAW; dari putra kedua (Ishaq) mewujudkan generasi Bani Isra`il.

 

B. Pengorban Nabi Ibrahim,

Dalam beberapa ayat al-Qur`an tersirat, bahwa pengorbanan besar tidak kurang dari delapan kali yang dialami, dan ditempuh Nabi Ibrahim beserta keluarganya:

a. pengorbanan di masa kecil

Ibrahim Dilahirkan dari keluarga musyrik penyembah berhala. Dia diuji agar mempertahankan fitrah tauhidnya tetap utuh tidak tergoyahkan. Melihat kemusyrikan dan penindasan yang merajalela itu Ibrahim tidak tinggal diam berkata kepada ayahnya:أَتَتَّخِذُوْا أَصْنَامًا آلِهَةً إِنِّيْ أرَىكَ وَقَوْمَكَ فِيْ ضَلاَلٍ مُبِيْنٍ

“Mengapa anda menjadikan berahala-berhala itu sebagai sem-bahan ? Aku melihat anda dan kaum anda berada dalam kesesatan yang nyata ?” (Qs. 6:74)

Di kala melihat bintang, beliau menganggap nya Tuhan. Tatkala bintang lenyap dan datang bulan, bulanlah yang dianggap sebagai Tuhan. Bulan lenyap dan datang matahari, Matahari lah yang dianggap sebagai Tuhan. Barulah tatkala matahari  lenyap, Ibrahim meyakinkan adanya Tuhan di balik kenyataan itu semua.[1] Kisah ini juga memberi isyarat bahwa di masa Ibrahim, mendapatkan umat ada yang menyembah bintang, ada yang menyembah bulan ada pula yang menyembah matahari. Ibrahim meluruskan aqidah umat yang sesat ke jalan tauhid hany beribadah pada Allah SWT.

 

b. Ibrahim dipaksa untuk menyembah berhala.

Sejak Ibrahim mempertanyakan Tuhan kepada keluarga dan kaumnya, muncul berbagai reaksi, bahkan para penguasa memaksa Ibrahim agar tunduk dan menyembah berhala. Di kala kaum musyrik itu memaksa menyembah berhala, Ibrahim menjawab: إِنِّى سَقِيْمٌ   “Aku sedang sakit..”  Sebagian orang menyangka Ibrahim pada saat itu berdusta. Dia katakan sakit padahal sedang sehat. Perlu diketahui bahwa yang dimaksud sakit oleh Ibrahim adalah sakit hati karena kemusyrikan kaumnya. (lihat Qs.37: 89)

 

c. Ibrahim diisolir oleh masyarakat.

Karena beberapa kali diajak menyembah berhala tetap menolak, maka masyarakat tidak mau bergaul dengannya. Ibrahim saat itu dianggap orang kontroversial, karena tidak mau mengikuti zaman. فَتَوَلَّوْا عَنْهُ مُدْبِرِيْنَmaka mereka berpaling dari Ibrahim dan membelakang” Qs.37:90

 

d. Isi da’wah Ibrahim dipermainkan, dituduh sebagai orang bodoh

Ketika Ibrahim menyampaikan risalah tauhid yang kebenarannya mutlak. malah kaumnya mengatakan:* أَجِئْتَنَا بِالْحَقِّ أَمْ أَنْتَ مِنَ اللاَّعِبِيْنَ

“Hai Ibrahim, Apakah kamu datang kepada kami membawa kebenaran atau hanya main-main ?” (Qs.Al-Anbiya,21: 55).

 

e. Ibrahim mendapat hukuman tidak adil dari penguasa.

Melihat keadaan masyarakat yang begitu rawan, kekuasaan Namrudz yang begitu menindas rakyatnya, Ibrahim tidak rela. Dia berjuang memberantas kema’siatan dan kezhaliman. Beberapa kali Ibrahim berdebat dengan sang raja. Beberapa kali sang raja kalah dalam berargumentasi. Namun walau raja dari pihak yang salah, sedang Ibrahim dari pihak yang benar, tetap saja yang mendapat hukuman adalah pihak yang lemah. Kaum penguasa berkata:حَرِّقُوْهُ وَانْصُرُوْا ءَالِهَتَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ فَاعِلِيْنَ *“Bakarlah Ibrahim itu, lindungilah tuhan-tuhanmu, jika kamu benar-benar ingin bertindak”. (Qs.Al-Anbiya,21:68)

Akhirnya Ibrahim mendapat hukuman yang sangat berat tanpa dosa dengan hukuman mati dilemparkan ke dalam nyala api. Allah SWT  senantiasa berada di pihak yang benar, maka api menjadi dingin dan Ibrahim selamat.

قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَى إِبْرَاهِيمَ Kami berfirman: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”. Qs.21:69

Api yang biasanya panas membakar, tidak dapat menghanguskan Nabi Ibrahim, karena oleh Allah SWT diubah dulu tabi’atnya menjadi dingin. Hal ini juga memberikan gambaran bahwa Allah SWT tetap berada pada sunnah-Nya, walau Dia berkuasa untuk bertindak membiarkan api panas tapi tidak menghanguskan.

 

f. Ibrahim mendambakan keturunan untuk suksesi  kepemimpinan.

Setelah Ibrahim mendapat hukuman mati dan diselamatkan oleh pertolongan Allah SWT, muncul problem yang tidak kurang beratnya. Ia membangun rumah tangga demikian lama, tetapi tidak memperoleh keturunan padahal saat itu suksesi kepemimpinan sangat diperlukan. Ibrahim berdu’a:رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِيْنَ“Ya Allah anugrahkanlah kepada kami keturunan yang shalih” (Qs.37: 100)

Du’a ini menggambarkan betapa besar dambaan dan harapan Ibrahim untuk memperoleh anak yang shalih.

 

g. Ibrahim  berpisah dengan keluarga.

Karena kesabaran dan dorongan serta bantuan dari istrinya, Sarah. Ibrahim menikah dengan Hajar dan dianugrahi anak yang mulus, Ismail. Namun bukanlah ujian sampai disitu melainkan datang lagi ujian kemudian Ibrahim harus berpisah dari keluarganya. Ibrahim terpaksa harus meninggalkan keluarganya dalam keadaan prihatin. Nabi Ibrahim ketika diperintah berjauhan dengan anak dan istri tercinta, tanpa tawar menawar, tanpa pertimbangan, beliau langsung memenuhinya. Siti Hajar ketika ditinggal suaminya bertanya; يَا إِبْرَاهِيمُ أَيْنَ تَذْهَبُ وَتَتْرُكُنَا بِهَذَا الْوَادِي الَّذِي لَيْسَ فِيهِ إِنْسٌ وَلَا شَيْءٌ  hai Ibrahim kemanakah engkau akan pergi? Engkau tinggalkan kami di tempat yang gersang, tanpa penghuni lain dan sumber kehidupan? Dia bertanya berulang kali karena belum mengetahui alasannya. Akhirnya dia menanyakan: أَاللَّهُ الَّذِي أَمَرَكَ بِهَذَا apakah Allah SWT memerintahmu dengan hal ini? Tatkala Ibrahim menjawab نَعَم ya! Hajar istri yang shalih menandaskan: إِذَنْ لَا يُضَيِّعُنَا kalau begitu, pergilah taati perintah Tuhan. Dia tidak akan menyia-nyiakan kita[2] Nabi Ibrahim pergi sambil berdu’a:رَبَّنَا إِنِّيْ اَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِيْ بِوَادٍ غَيْرِ ذِيْ زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيْمُوْا الصَّلاةَ فَاجْعَلْ اَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِيْ إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُوْن“Ya Allah Tuhan kami, sesungguhnya aku menempatkan keturunanku di lembah yang gersang, baitullah yang tanpa tanaman tiada makanan dan buah-buahan, mereka tetap  patuh menegakkan shalat. Jadikanlah hati manusia cenderung kepada mereka. Berilah rizqi dari buah-buahan agar mereka mampu untuk bersyukur” Qs.14: 37    

Siti Hajar saat itu baru melahirkan, berpisah dari suami, tanpa persiapan apalagi perbekalan yang cukup. Dia tetap tabah yakin bahwa suaminya itu sedang menjalankan tugas Ilahi. Dia harus berusaha mandiri berjuang mati-matian guna memperoleh seteguk air sesuap makanan. Jerih payah Siti Hajar itulah digambarkan dalam thawaf dan sa’i oleh jemaah haji. Walau dalam pelaksanaan haji itu hanya berlatar belakang ta’abbudi, tapi nilai sejarah semacan ini, perlu juga diambil pelajaran untuk meraih hikmahnya. Qs.22:28-29

h. Nabi Ibrahim mengalami ujian terbesar yaitu harus mengorbankan anak yang sangat dicintainya.

Dikisahkan dalam Al-qur’an:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّى أَرَى فِى المَنَامِ أَنِّى أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُونِى إِنْ شَاءَ اللهُ مِنَ الصَّابِرِيْنَ *

”Tatkala Isma’il anaknya Nabi Ibrahim itu mendekati remaja sanggup usaha bersama ayahnya. Nabi Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku bermimpi seakan-akan menyem-belihmu. Pertimbangkanlah, bagaimana pendapat mu?” Isma’il menjawab: “Hai ayahku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu insya Allah akan engkau lihat bahwa aku termasuk orang yang sabar”. (Qs. 37:102)

Mimpi seorang Rasul adalah wahyu yang harus dilaksanakan. Betapa berat ujian ini. Isma’il satu-satunya anak yang sangat didambakan sejak lama. Dialah harapan di masa depan Ibrahim yang dirindukan sejak dahulu. Saat ini anak yang didambakan, yang ditunggu, telah mendekati remaja, sudah bisa membantu orang tua, malah harus dibunuh, harus disembelih dengan tangannya sendiri. Karena kekuatan Iman ketangguhan taqwa, bagaimana pun berat cobaan itu dapat ditempuh oleh Ibrahim, walau pun secara sepintas, perintah seperti tidak masuk akal. Ibrahim menyampaikan wahyu kepada putranya dengan minta pertimbangan, bukanlah karena ragu, tapi karena sikap orang tua yang baik dan bijaksana. Alangkah bahagianya Ibrahim mempunyai anak yang begitu setia menjalankan perintah Allah, walau pun harus dirinya menjadi korban.

 

C. Nilai yang terkandung dalam pengorbanan Nabi Ibrahim

Salah satu bukti Ibrahim layak diangkat jadi pemimpin adalah lulusnya menghadapi cobaan dari Allah SWT untuk berkorban. Banyak sekali nilai yang terkandung dalam pengorbanan yang dialami Nabi Ibrah, antara lain :

1. Keimanan tidak terlepas dari ujian.                

Allah SWT menguji Ibrahim itu antara lain berfungsi sebagai cobaan keimanan, karena siapa pun orang yang beriman harus mengalami cobaan keimanan. Firman Allah SWT:

الم . اَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوْ أَنْ يَقُوْلُوْا ءَامَنَّا وَهُمْ لاَ يُفْتَنُوْنَ *

Alif  Lam Mim. Apakah manusia mengira akan dibiarkan begitu saja mengaku beriman padahal belum diuji ? (Qs.29:1-2)

Menurut ayat ini tidak ada manusia yang dapat diakui keimanannya secara langsung tanpa mengalami ujian terlebih dahulu. Ujian keimanan yang diberikan Allah SWT ada yang bersifat menyenangkan dan ada pula yang menyedihkan.  Firman Allah SWT:وَنَبْلُوْكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ *Kami uji kalian dengan yang menyakitkan dan menyenangkan sebagai cobaan. Kepada Kamilah tempat kembalimu. Qs.21:35

 

2. Jika tauhid sudah berakar, Iman sudah berbuah,  rintangan atau tantangan apa pun tidak akan menjadi hambatan.

Faktor terpenting keberhasilan Ibrahim dalam menempuh ujian adalah iman. Walau bagaimana beratnya, karena Iman dan tauhid telah kokoh, rintangan akan dirasakan ringan. Walau bagaimana kuat badai rintangan dan cobaan, tidak akan mampu menumbangkan iman, karena iman yang kuat bagaikan satu pohon yang akarnya menghujam ke bumi dan cabangnya menjulang ke angkasa. Firman ALlah SWT:

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللهُ مَثَلاً كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِىالسَّمَاءِ * تُؤْتِى أُكُلَهَا كُلَّ حِيْنٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللهُ الأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ *

“Tidakkah kamu perhatikan, bagaimana Allah memberikan perumpamaan kalimat thayyibah, kalimah tauhid bagaikan pohon yang baik, akarnya kokoh menghujam ke bumi dan cabangnya menjulang ke angkasa. Pohon itu memberikan manfaat setiap saat dengan izin Allah. Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka mengambil pelajaran”. (Qs.14: 24- 25)

 

3. Dalam memperjuangkan Islam dan menegakkan kebenaran sering mendapat tantangan dan berlawanan dengan kebatilan.

Hal ini dialami Nabi Ibrahim ketika berdebat dengan raja. Jelas saat itu Ibrahim berada di pihak yang benar tetap saja mendapat hukuman. Tampaknya merupakan sunnatullah bahwa menegakkan kebenaran itu sering berhadapan dengan para penentang. Penentang itu sering muncul dari pihak penguasa, yang menurut Al-Maraghi, Asyraful-Qaum. Oleh karena itu, jika dalam menegakkan al-haq berhadapan dengan berbagai tantangan yang bathil, hendaklah berusaha memenangkan kebenaran. Jika terjadi pergolakan yang menggoncangkan.

أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوْا الجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَّثَلُ الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَّسَّتْهُمُ البَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوْا حَتَّى يَقُوْلَ الرَّسُولُ وَالَّذِيْنَ ءَامَنُوْا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللهِ أَلاَ إِنَّ نَصْرَ اللهِ قَرِيْبٌ *  “Apakah kamu mengira, bahwa kamu akan masuk sorga, pa-dahal belum datang kepadamu cobaan sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu ? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serat digoncangkan dengan berbagai macam cobaan, sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang beriman bersamanya: Kapan pertolongan Allah itu tiba. Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat. Qs. AL-Baqarah,2: 214)

Nabi terdahulu seperti Musa menghadapi Fir’aun, Hud menghadapi ‘Ad, Luth menghadapi kaum Sodom. Nabi Muhammad  pun tidak lepas dari tantangan kaum Qraisy jahiliyyah. Para Nabi dan Rasul itu bisa mengalahkan tantangan, karena teguh menegakkan kebenaran.

 

4. Peranan keluarga dan turunan sangat penting dalam menunjang keberhasilan suatu perjuangan.

Keberhasilan perjuangan Nabi Ibrahim merupakan bukti adanya kerjasama seluruh anggota keluarga dalam menuju cita-cita. Siti Sarah rela mengorbankan cintanya dibagi dua dengan siti Hajar, sehingga memunculkan generasi penerus yang cukup tangguh yaitu Isma’il. Siti Hajar merelakan anak yang dicintainya untuk dikorbankan demi perintah Illahi, sehingga Nabi Ibrahim tidak terhambat dalam melaksanakan tugasnya. Nabi Isma’il rela mengorbankan dirinya demi melaksanakan titah Ilahi, walau cukup berat tantangannya tampaklah seluruh anggota keluarga cukup berperan penting dalam meraih keberhasilan. Oleh karena itu berhati-hati dalam membina keluarga dan keturunan. Tidak sedikit orang yang berhasil sukses dalam berjuang, karena dorongan keluarga, namun banyak orang yang terhambat dalam berjuang karena keluarga tidak mendukung. Firman Allah SWT:

يَاءَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَ أَوْلاَدِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ فَاحْذَرُوْهُمْ وَ إِنْ تَعْفُوْا وَتَصْفَحُوْا وَتَغْفِرُوْا فَإِنَّ اللهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ * Hai Orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri dan anak-anakmu itu ada yang menjadi musuh bagimu, maka ber hati-hatilah kamu terhadap mereka. Jika kamu memaafkan dan tidak memarahi mereka serta mengampuni, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Qs.64:14)

 

5. Segala perintah Allah pasti membawa keselamatan manusia.

Nabi Ibrahim diperintah Allah untuk menyembelih putranya. Bagaimana jika hal ini terjadi pada kita ? mungkin kita akan berkomentar, bahwa hal itu tidak sesuai dengan kemanusiaan, namun Nabi Ibrahim telah yakin sepenuhnya, bagaimana pun aturan Allah itu tidak akan menganiaya manusia. Buktinya setelah Nabi Ibrahim menjalankan tugasnya, Allah SWT menggantinya.فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِيْنَ * وَنَدَيْنَاهُ أَنْ يَاإِبْرَاهِيْمُ * قَدْ صَدَقْتَ الرُّءيَا إِنَّا كَذَالِكَ نَجْزِى المُحْسِنِيْنَ * إِنَّ هَذَا لَهُوَ البَلاَؤُا المُبِيْنُ * وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ * Tatkala keduanya berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya. Kami panggil Ibrahim: Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan wahyu yang Kami turunkan. Sesungguhnya Kami memberi balasan kepada orang yang baik. Hal ini benar-benar merupakan suatu ujian yang nyata. Oleh karena itu , Kami ganti anak itu dengan sembelihan yang sangat besar. (Qs.As-Shaffaat, 37: 103-107)

 

6. Iman harus dibuktikan dengan berserah diri kepada krtsntuan Allah

Nabi Ibrahim diperintah menyembelih anaknya, bukan sembelihannya yang penting bagi Allah, tapi kerelaan berkorban untuk perintah Allah.

فَلاَ وَرَبِّكَ لاَيُؤْمِنُوْنَ حَتَّى يُحَكِّمُوْكَ فِيْمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَ يَجِدُوْا فِى أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا * Demi Allah Tuhanmu, mereka belum dikatakan mu’min, sebelum bertahakum kepadamu (Rasul) atas apa yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak mendapat keengganan dalam hatinya dan mereka berserah diri sepenuhnya. (Qs4:65)

 

7. Jika ingin maju dan memiliki negara  makmur, maka   harus memiliki generasi yang baik.

Isma’il dan Ishaq, keduanya putra Nabi Ibrahim yang berhasil mewariskan suksesi kepemimpinan yang baik. Dari kedua putranya itu terwujud bangsa besar dan negri baladun amin di Mekah, dan negro berkah di bait al-Maqdis. Ibrahim pun bersyukur (Qs.14:39): الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي وَهَبَ لِي عَلَى الْكِبَرِ إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِنَّ رَبِّي لَسَمِيعُ الدُّعَاءِSegala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) do`a. Qs.14:39

 

8. Non kooperatif dengan penjahat dan bekerjasama dengan yang baik sebagai usaha nahy munkar.

Nabi Ibrahim sejak kecil adalah termasuk hamba Allah yang paling benci kekufuran dan paling cinta pada kebenaran; termasuk pada pelakunya. Justru Allah SWT menguji Ibrahim dengan berbagai tantangan semacam ini. Nabi Ibrahim hidup di lingkungan kaum musyrikin, penguasa jahat, rakyat jahiliyah. Walau lingkungan demikian gersang dan penuh tantangan, tidak mempengaruhi aqidah Nabi Ibrahim.  Beliau memilki sikap tegas dan tindakan yang jelas menghadapi orang yang jahat itu. Hal ini dikisahkan dalam firman Allah SWT sebagai berikut: Qs.60:4

 

[1] (lihat pula Qs.Al-An’am,6: 75-79).

[2] Shahih al-Bukhari, III h.1227

.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar