Aktualisasi nilai-nilai Al-Qur'an dalam Sistem Pendidikan Islam
Latar Belakang
Al-Qur’an di zaman sekarang ini, sangatlah baik dan berguna untuk dikaji dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Baik itu dalam hal pendidikan, sosialitas, etos kerja, pemerintahan maupun yang lainnya. Hal tersebut harus diterapkan karena realita pendidikan pada zaman sekarang ini belum seperti yang kita harapkan. Banyak anak-anak disekitar kita belum mampu sekolah, dimungkinkan karena kurang mampu atau kebutuhan hidup yang semakin mahal atau karena sistem pemerintahan yang salah. Dan dalam hal Agama masih banyak sekali dari kalangan masyarakat rendah maupun tinggi yang meremehkan agama dan Al-Qur’an dan tidak faham apa yang disampaikan di dalam ayat Al-Qur’an.
Makalah ini mengkaji tentang memahami nilai-nilai al-qur’an dalam sistem pendidikan islam. Point utama pembahasan ini adalah mencari upaya yang sungguh-sungguh agar pendidikan islam menjadi prioritas utama bagi masyarakat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Pencerdasan akal pikiran dan sekaligus pencerdasan Qolbu merupakan langkah yang sangat efektif dalam membangun bangsa, yang saat ini memerlukan generasi-generasi yang memiliki kecerdasan intelektual dan cerdas qolbunya. Kedua kecerdasan ini hanya akan diperoleh bilamana lembaga pendidikan menggali dan menyelami nilai-nilai yang diajarkan al-Qur’an dan membangun sumber daya manusia dengan cara mengaktualisasikan nilai-nilai Qur’ani dalam sistem pendidikan islam.
Rumusan masalah
1. Bagaimanakah kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber nilai ?
2. Apa sajakah ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan pendidikan ?
3. Bagaimanakah mengaktualisasikan nilai-nilai al-Qur’an tentang pendidikan islam dalam dimensi spiritual, budaya maupun kecerdasan ?
Tujuan Makalah
1. Memahami tentang kedudukan nilai-nilai al-Qur-an dalam system pendidikan islam.
2. Mengetahui ayat-ayat yang bersangkutan dengan pendidikan sekaligus mampu mengaplikasikannya.
3. Mampu mengaktualisasikan nilai-nilai al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari baik dari segi spiritual, budaya maupun kecerdasan.
BAB II
PEMBAHASAN
Al-Qur’an Sebagai Sumber Nilai
Di antara fungsi al-Qur’an adalah sebagai petunjuk (huda), penerang jalan hidup (bayyinat), pembeda antara yang benar dan yang salah (furqon), penyembuh penyakit hati (syifa’), nasihat atau petuah (mau’izah) dan sumber informasi (bayan). Sebagai sumber informasi, al-Qur’an mengajarkan banyak hal kepada manusia, dari persoalan keyakinan, moral, prinsip-prinsip ibadah dan muamalah sampai asas-asas ilmu pengetahuan. Mengenai ilmu pengetahuan, Al-Qur’an memberikan wawasan dan motivasi kepada manusia untuk memperhatikan dan meneliti alam sebagai manifestasi kekuasaan Allah. Al-Qur’an merupakan I’jaz ‘ilmi karena ia menempatkan manusia di tengah etos ilmu dan membuka pintu-pintunya untuk mengkaji ilmu pengetahuan. [1]
Al-Qur’an tidak hanya sebagai petunjuk bagi suatu umat tertentu dan untuk periode waktu tertentu, melainkan menjadi petunjuk yang universal dan sepanjang waktu. Petunjuknya sangat luas meliputi segala aspek kehidupannya. Bukan saja ilmu-ilmu keislaman yang digali secara langsung dari al-Qur’an, seperti ilmu tafsir, fiqih, tauhid, akan tetapi al-Qur’an juga merupakan sumber ilmu pengetahuan dan teknologi. Al-Qur’an adalah eksis bagi setiap zaman dan tempat. Kekekalan al-Qur’an dapat dibuktikan dari adanya keselarasannya dengan masa. Al-qur’an tidak berhenti pada kebenaran yang terbukti pada sains masa kini saja. Kandungan ayat-ayat Al-Qur’an memiliki kekuatan yang kekal dan universal. [2]
ﺳَﻨُﺮِﻳْﻬِﻢْ ﺍﻳَﺎﺗِﻨَﺎ ﻓِﻰ ﺍْﻻﻓﺎﻕِ ﻭَﻓِﻲ ﺍَﻧْﻔُﺴِﻬِﻢْ ﺣَﺘّﻰ ﻳَﺘَﺒَﻴَّﻦَ ﻟَﻬُﻢْ ﺍَﻧَّﻪُ ﺍﻟْﺤَﻖُ ﺍَﻭَﻟَﻢْ ﻳَﻜْﻒِ ﺑِﺮَﺑِّﻚَ ﺍﻧَّﻪُ ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﺷَﻰْﺀٍ ﺷَﻬِﻴْﺪٍ 53
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar (Q.S fushilat 41. 53)
Adanya keserasian sepanjang masa antara Al-Kitab dengan tingkat kecerdasan akal di dunia ini merupakan karakteristik yang selaras dengan pengalaman empirik manusia sepanjang sejarah. Karenanya, tidak mengherankan bila pada zaman sekarang ini terdapat beraneka macam ilmu dari berbagai disiplin yang berbeda, terus bertambah sejak ilmu alam pertama kali ditemukan. Kalau sekiranya Einstein membaca Al-Qur’an, niscaya dia tidak akan menemukan pertentangan dengan ilmu pengetahuan, bahkan sangat mungkin di tengah percobaannya dia akan mendapatkan kebenaran bahwa pencipta alam semesta ini adalah Dia yang menurunkan Al-Qur’an.
Bercermin pada wahyu pertama kali turun kepada Rosululloh SAW yakni QS. Al-Alaq/ 96 1- 5 dengan kata “iqro”, adalah untuk mencanangkan dan mendorong manusia agar mencari dan menggali ilmu pengetahuan.
Dalam ayat-ayat permulaan itu ada kata-kata “qolam” yang berarti pena yang biasanya menjadi lambang ilmu pengetahuan. Dengan demikian muncul berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi melalui semangat dan spirit Al-Qur’an. Makin banyak digali ayat-ayat Al-Qur’an itu, makin banyak pula didapati isyarat tersebut. Hal itu karena al-Qur’an tidak akan habis-habisnya walaupun ditulis dengan tinta lautan yang luas, bahkan ditambah dengan tujuh lautan lagi. (Q.S. Luqman / 31 : 27).
Tuntunan dan ajaran untuk mempelajari al-Qur’an dan menggali kandungannya serta menyebarkan ajaran-ajaranya dalam praktek kehidupan masyarakat merupakan tuntunan yang tak akan pernah habisnya. Menghadapi tantangan dunia modern yang bersifat sekuler dan materialistis, umat islam dituntut untuk menunjukkan bimbingan dan ajaran al-Qur’an yang mampu memenuhi kekosongan nilai moral kemanusiaan dan spiritualitas, di samping membuktikan ajaran-ajaran al-Qur’an yang bersifat rasional dan mendorong umat manusia untuk mewujudkan kemajuan dan kemakmuran serta kesejahteraan.
Isyarat Al-Qur’an tentang ilmu pengetahuan dan kebenarannya sesuai dengan ilmu pengetahuan hanyalah salah satu bukti kemu’jizatannya. Ajarannya al-Qur’an tentang ilmu pengetahuan tidak hanya sebatas ilmu pengetahuan yang bersifat fisik, tetapi lebih dari itu ada hal-hal nomena yang tak terjangkau oleh rasio manusia (Q.S. Arruum. 30:7). Dalam hal ini, fungsi dan penerapan ilmu pengetahuan juga tidak hanya untuk kepentingan ilmu dan kehidupan semata, tetapi lebih tinggi lagi untuk mengenal tanda-tanda, hakikat wujud dan kebesaran Allah serta mengaitkannya dengan tujuan akhir, yaitu pengabdian kepada-Nya ( Q.S.Al-baqoroh 2:164, Fushilat 41:53). Nilai-nilai Qur’ani secara garis besar adalah nilai kebenaran dan nilai moral. Kedua nilai Qur’ani ini akan memandu manusia dalam membina kehidupan dan penghidupannya. [3]
Penjelasan Ayat-ayat Tentang Pendidikan
Ayat-ayat tentang dengan pendidikan sekaligus tafsirannya diantaranya adalah :
1. Surat al-Alaq : 1-5 :
ﺇِﻗْﺮَﺃَﺑِﺎﺳْﻢِ ﺭَﺑِّﻚَ ﺍﻟَّﺬﻱ ﺧﻠﻖ، ﺧﻠﻖ ﺍﻹﻧﺴﺎﻥ ﻣﻦ ﻋﻠﻖ، ﺇﻗﺮﺃﻭﺭﺑّﻚ ﺍﻷﻛﺮﻡ،ﺍﻟّﺬﻱ ﻋﻠّﻢ ﺑﺎﻟﻘﻠﻢ،
ﻋﻠّﻢ ﺍﻟﻺﻧﺴﺎﻥ ﻣﺎﻟﻢ ﻳﻌﻠﻢ،
Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang
menciptakan,2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan tuhanmulah Yang Maha mulia, 4. Yang mengajar (manusia) dengan pena. 5. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak di ketahuinya.
Tafsir : (1) Allah memerintahkan manusia membaca (mempelajari , meneliti, dsb). Apa saja yang telah ia ciptakan , baik ayat-ayatnya yang tersurat (qauliyah), yaitu Al-Qur’an, dan ayat-ayat-NYA yang tersirat, maksudnya alam semesta (kauniyah). Membaca itu harus dengan nama-Nya, artinya karena Dia dan
mengharapkan pertolongan-Nya. Dengan demikian, tujuan membaca dan mendalami ayat-ayat Allah itu adalah diperolehnya hasil yang diridhoi-Nya, yaitu ilmu atau sesuatu yang bermanfaat bagi manusia.
(2) Allah menyebutkan bahwa di antara yang telah Ia ciptakan adalah manusia, yang menunjukkan mulianya manusia itu dalam pandangan-Nya. Allah menciptakan manusia itu dari ‘alaqah (zigot), yakni telur yang sudah terbuahi sperma, yang sudah menempel di rahim ibu. Karena sudah menempel itu, maka zigot dapat berkembang menjadi manusia. Dengan demikian, asal-usul manusia itu adalah sesuatu yang tidak ada artinya, tetapi kemudian ia menjadi manusia yang perkasa. Allah berfirman dalam surat Ar-Rum ayat:20, yang artinya: “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak.
Asal-usulnya itu juga labil, zigot itu bisa tidak menempel di rahim, atau bisa terlepas lagi dari rahim itu, sehingga pembentukan manusia terhenti prosesnya. Oleh karena itu, manusia seharusnya tidak sombong dan ingkar, tetapi bersyukur dan patuh kepada-Nya, karena dengan kemahakuasaan dan karunia Allah-lah, ia bisa tercipta. Allah berfirman menyesali manusia yang sombong dan ingkar itu:
(3) Allah meminta manusia membaca lagi, yang mengandung arti bahwa membaca yang akan membuahkan ilmu dan iman itu perlu dilakukan berkali-kali, maka manusia akan menemukan bahwa Allah itu pemurah, yaitu bahwa Ia akan mencurahkan pengetahuan-Nya kepadanya dan akan memperkokoh imannya.
(4-5) Diantara bentuk kepemurahan Allah adalah Ia mengajari manusia mampu menggunakan alat tulis. Mengajari di sini maksudnya memberi kemampuan menggunakannya. Dengan menggunakan alat tulis itu, manusia bisa menuliskan temuannya sehingga dapat dibaca oleh orang lain dan generasi berikutnya. Dengan di baca oleh orang lain, maka ilmu itu dapat dikembangkan. Dengan demikian, manusia dapat mengetahui apa yang sebelumnya belum diketahuinya, artinya ilmu itu akan terus berkembang. Demikianlah besarnya fungsi baca-tulis.
2. Surat Luqman : 27 :
ﻭَﻟَﻮْ ﺍَﻥَّ ﻣَﺎﻓِﻰ ﺍْﻻَﺭْﺽِ ﻣِﻦْ ﺷَﺠَﺮَﺓِ ﺍَﻗْﻠَﺎﻡٌ ﻭَﺍﻟْﺒَﺤْﺮُ ﻳَﻤُﺪُّﻩُ ﻣِﻦْ ﺑَﻌْﺪِﻩِ ﺳَﺒْﻌَﺔِ ﺍَﺑْﺤُﺮٍﻣَّﺎ ﻧَﻔِﺪَﺕْ ﻛَﻠِﻤَﺖُ ﺍﻟﻠﻪِ . ﺍِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﻋَﺰِﻳْﺰٌ ﺣَﻜِﻴْﻢٌ .
Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan lautan (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh lautan (lagi) setelah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat-kalimat Allah. Sesungguhnya Allah maha perkasa lagi maha bijaksana.
Ayat ini menerangkan tentang-keluasan ilmu Allah. Hal ini diibaratkan bahwa seandainya seluruh pohon-pohon yang di muka bumi dijadikan pena untuk untuk mencatat ilmu Allah itu, dan seluruh air laut dijadikan tintanya, kemudian ditambah dengan tujuh kali sebanyak itu, maka kalimat Allah itu belum juga habis tertulis. [4]
3. Surat Arrum : 7 :
ﻳَﻌْﻠَﻤُﻮْﻥَ ﻇَﺎﻫِﺮًﺍ ﻣِﻦَ ﺍْﻟﺤَﻴَﻮﺓِ ﺍﻟُّﺪﻧْﻴَﺎ . ﻭَﻫُﻢْ ﻋَﻦِ ﺍْﻻَﺧِﺮَﺓِ ﻫُﻢْ ﻏَﻔِﻠُﻮْﻥَ .
Mereka mengetahui yang lahir (tampak) dari kehidupan dunia, sedangkan terhadap (kehidupan) akhirat mereka lalai.
Dalam Tafsir Ibn Katsir bahwa Orang kafir itu hanya mengetahui tentang dunia cara mendapat dunia namun urusan akhirat mereka lalai. Sedangkan menurut Ibn Abbas. Mereka mengetahui urusan dunia namun tidak mengetahui urusan agama. Sedangkan Ibnu Abbas mengatakan orang kafir tidak mengetahui agama. Apabila dihubungkan dengan sekarang orang kafir itu mengetahui tentang adanya akhirat namun mereka lalai karena diperdaya oleh dunia sehingga mereka lalai akan akhirat. Oleh karna itu ayat ini memberikan pelajaran untuk kita agar kita berhati-hati terhadap dunia dan menunjukkan pentingnya sebuah pendidikan untuk mengetahui akhirat, seperti apa kehidupan akhirat itu dan untuk apa kita hidup didunia ?, tentunya dengan pendidikan. Sehubungan dengan hal itu, manusia yang percaya kepada adanya hari akhir dengan perhitungan yang tepat dan kritis, sukar mencari titik temu dengan orang yang hanya hidup untuk dunia ini saja. Antara satu dengan yang lain akan terdapat perbedaan dalam menilai satu persoalan. Masing-masing mempunyai pertimbangan dan kacamata sendiri dalam melihat benda-benda alam, situasi dan peristiwa yang sedang dihadapi.
4. Surat al-Baqoroh : 164 :
ﺇِﻥَّ ﻓِﻲ ﺧَﻠْﻖِ ﺍﻟﺴَّﻤَﻮﺕِ ﻭَﺍْﻻَﺭْﺽِ ﻭَﺍﺧْﺘِﻼَﻑِ ﺍﻟَّﻴْﻞِ ﻭَﺍﻟﻨَّﻬَﺎﺭِ ﻭَﺍﻟْﻔُﻠْﻚِ ﺍﻟَّﺘِﻲ ﺗَﺠْﺮِﻱ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺒَﺤْﺮِ ﺑِﻤَﺎ ﻳَﻨْﻔَﻊُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ ﻭَﻣَﺎ ﺍَﻧْﺰَﻝَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺴَّﻤَﺂﺀِ ﻣِﻦْ ﻣَﺂﺀٍ ﻓَﺄَﺣْﻴَﺎﺑِﻪِ ﺍْﻻَﺭْﺽَ ﺑَﻌْﺪَ ﻣَﻮْﺗِﻬَﺎ ﻭَﺑَﺚَّ ﻓِﻴْﻬَﺎ ﻣِﻦْ ﻛُﻞّ ﺩَﺍﺑَّﺔٍ . ﻭَﺗَﺼْﺮِﻳْﻒِ ﺍﻟﺮِّﻳَﺢِ ﻭَﺍﻟﺴَّﺤَﺎﺏِ ﺍﻟْﻤُﺴَﺨَّﺮِﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀِ ﻭَﺍْﻻَﺭْﺽِ ﻟَﺂﻳَﺖٍ ﻟِﻘَﻮْﻡٍ ﻳَﻌْﻘِﻠُﻮْﻥَ .
Artinya: “Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering), dan Dia tebarkan di dalamnya bermacacm-macam binatang, dan pekisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh, merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti”.
Isi kandungan ayat diatas :
Dalam ayat ini Allah SWT menuntun manusia untuk mau melihat, memperhatikan dan memeriksa segala yang ada dan terjadi di sekitarnya dengan menyebutkan ciptan-ciptannya. Penciptaan langit dan bumi sungguh syarat akan rahasia dan tanda-tanda kebesaran Alah SWT.
Upaya manusia untuk mengetahui rahasia dan tanda kebesaran Allah, telah pula mendorong mereka untuk semakin dekat kepada-Nya. Memahami kecanggihan, kehebatan, dan keharmonisan jagat raya ini telah membuat banyak ilmuwan semakin menyadari dan yakin bahwa sesungguhnya semua yang ada di alam semesta ini sengaja direncanakan, dibuat, diatur dan dipelihara oleh-Nya. [5]
5. Surat fushilat : 53 :
ﺳَﻨُﺮِﻳْﻬِﻢْ ﺀَﺍﻳَﺎﺗِﻨَﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺄَﻓَﺎﻕِ ﻭَﻓِﻰ ﺃَﻧْﻔُﺴِﻬِﻢْ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﺘَﺒَﻴَّﻦَ ﻟَﻬُﻢْ ﺃَﻧَّﻪُ ﺍﻟْﺤَﻖُّ . ﺃَﻭَﻟَﻢْ ﻳَﻜْﻒِ ﺑِﺮَﺑِّﻚَ ﺃَﻧَّﻪُ ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﺷَﻰْﺀٍ ﻣُﺤِﻴْﻂٌ
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami ke segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Dan apakah tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?
Dalam kitabnya -tafsir ibnu katsir-, Al Qurtubi menyatakan bahwa ayat ini menjelaskan bahwasanya Allah telah memperlihatkan seluruh kekuasaanNya di dalam Al Qur’an, dimana harus diyakini oleh hambanya akan kebenarannya. Dalam seluruh kandungan di dalam Al Qur’an terdapat kekuasaan-kekuasaan Allah swt. [6]
B. Pendidikan dalam Al-Qur’an dan Fungsi Pendidikan
Pendidikan Islam adalah; proses transformasi dan internalisasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai Islam melalui penumbuhan dan pengembangan potensi fitrahnya untuk mencapai keseimbangan dan kesempurnaan hidup dalam segala aspeknya. Sehingga dapat dijabarkan pada enam pokok pikiran hakekat pendidikan Islam yaitu: 1) Proses tranformasi dan internalisasi, yaitu upaya pendidikan Islam harus dilakukan secara berangsur-angsur, berjenjang dan Istiqomah, penanaman nilai/ilmu, pengarahan, pengajaran dan pembimbingan dilakukan secara terencana, sistematis dan terstuktur dengan menggunakan pola, pendekatan dan metode/sistem tertentu.
2) Kecintaan kepada Ilmu pengetahuan, yaitu upaya yang diarahkan pada pemberian dan pengahayatan, pengamalan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan yang bercirikhas Islam, dengan disandarkan kepada peran dia sebagai khalifah fil ardhi dengan pola hubungan dengan Allah (hablum min Allah), sesama manusia (hablum minannas) dan hubungan dengan alam sekitas (hablum min al-alam).
3) Nilai-nilai Islam, maksudnya adalah nilai-nilai yang terkandung dalam praktek pendidikan harus mengandung nilai Insaniah dan Ilahiyah. Yaitu: a) nilai yang bersumber dari sifat-sifat Allah sebanyak 99 yang tertuang dalam “al Asmaul Husna” yakni nama-nama yang indah yang sebenarnya karakter idealitas manusia yang selanjutnya disebut fitrah, inilah yang harus dikembangkan. b) Nilai yang bersumber dari hukum-hukum Allah, yang selanjutnya di dialogkan pada nilai insaniah. Nilai ini merupakan nilai yang terpancar dari daya cipta, rasa dan karsa manusia yang tumbuh sesuai dengan kebutuhan manusia.
4) Pada diri peserta didik, maksudnya pendidikan ini diberikan kepada peserta didik yang mempunyai potensi-potensi rohani. Potensi ini memungkinkan manusia untuk dididik dan selanjutnya juga bisa mendidik.
5) Melalui pertumbuhan dan pengembangan potensi fitrahnya, tugas pokok pendidikan Islam adalah menumbuhkan, mengembangkan, memelihara, dan menjaga potensi manusia, sehingga tercipta dan terbentuklah kualitas generasi Islam yang cerdas, kreatif dan produktif.
6) Menciptakan keseimbangan dan kesempurnaan hidup, dengan kata lain ‘insan kamil’ yaitu manusia yang mampu mengoptimalkan potensinya dan mampu menyeimbangkan kebutuhan jasmani dan rohani, dunia dan akhirat. Proses pendidikan yang telah dijalani menjadikan peserta didik bahagia dan sejahtera, berpredikat khalifah fil ardhi.
Fungsi pendidikan : peranan pendidikan dalam pengembangan kualitas sumber daya insani secara mikro, sebagai proses belajar-mengajar, alih pengetahuan (transfer of knowledge), alih metode (transfer of methodology), dan alih nilai (transfer of value).
C. Aktualisasi Nilai-nilai Al-Qur’an dalam Sistem Pendidikan Islam
Dalam konteks etika pendidikan dalam islam, maka sumber etika dan nilai-nilai yang paling shahih adalah Al Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Al Qur’an memberikan wawasan dan motivasi kepada manusia dalam berbagai aspek termasuk dalam bidang pendidikan. Tuntunan dan anjuran untuk mempelajari Al Qur’an dan menggali kandungannya merupakan suatu hal yang mulia. Sesuai dengan perkembangan masyarakat yang semakin dinamis sebagai akibat dari kemajuan ilmu, maka aktualisasi nilai-nilai Al Qur’an menjadi sangat penting. Salah satu aktualisasi nilai Al Qur’an adalah dengan cara pendidikan, khususnya pendidikan islam. Karena tanpa aktualisasi Al Qur’an, umat islam akan menghadapi kendala dalam upaya internalisasi nilai-nilai Qur’ani sebagai upaya pembentukan pribadi umat yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cerdas, maju, dan mandiri.
Secara normatif, tujuan yang ingin dicapai dalam proses aktualisasi nilai-nilai Al Qur’an dalam pendidikan meliputi tiga dimensi atau aspek kehidupan yang harus dibina dan dikembangkan oleh pendidikan yakni: [7]
1. Dimensi spiritual
2. Dimensi budaya
3. Dimensi kecerdasan
Penjelasan :
a. Dimensi spiritual Yakni : iman, takwa, dan akhlak yang mulia. Dimensi ini ditekankan kepada akhlak. Akhlak merupakan alat kontrol psikis dan sosial bagi individu dan masyarakat. Tanpa akhlak, manusia akan berada dengan kumpulan hewan dan binatang yang tidak memiliki tata nilai dalam kehidupan. Pendidikan akhlak dalam islam tersimpul dalam prinsip “berpegang teguh pada kebaikan dan kebajiakan serta menjauhi keburukan dan kemungkaran” berhubungan erat dalam upaya mewujudkan tujuan dasar pendidikan islam, yaitu ketakwaan, ketundukan, dan beribadah kepada Allah SWT. Pada dimensi spiritual ini, menekankan pentingnya akhlak dalam pendidikan karena akhlak merupakan suatu ciri dari perbuatan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, terbinanya akhlak yang baik dapat menjadikan terbentuknya individu dan masyarakat dalam kumpulan suatu masyarakat yang beradab. Rosululloh SAW menganjurkan kepada umatnya untuk memperhatikan budi pekerti anak dengan baik, karena akhlak merupakan implikasi dan cerminan dari kedalaman tauhid kepada Allah SWT.
b. Dimensi budaya Yaitu : kepribadian yang mantap dan mandiri, tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Dimensi ini menitikberatkan pembentukan kepribadian muslim sebagai individu yang diarahkan kepada peningkatan dan pengembangan faktor dasar dan faktor ajar (lingkungan) dengan berpedoman pada nilai-nilai keislaman. Faktor dasar dikembangkan dan ditingkatkan kemampuan melalui bimbingan dan kebiasaan berpikir, bersikap, dan bertingkah laku menurut norma islam. Sedangkan faktor ajar dilakukan dengan cara mempengaruhi individu melalui proses dan usaha membentuk kondisi yang mencerminkan pola kehidupan yang sejalan dengan pola-pola kehidupan islam.
Dalam dimensi budaya ini, menitikberatkan pembentukan kepribadian muslim yang tangguh melalui pendidikan dalam proses internalisasi nilai-nilai Al Qur’an. Pembentukan individu yang mandiri akan mempengaruhi pola kehidupan dalam pembentukan masyarakat yang baik. Tanggung jawab kemasyarakatan dapat dilakukan dengan kegiatan pembentukan hubungan sosial melalui upaya penerapan nilai -
nilai akhlak dalam pergaulan sosial, langkah-langkah pelaksanaanya mencakup : 1). Melatih diri untuk tidak melakukan perbuatan keji dan tercela, 2). Mempererat hubungan kerjasama dengan cara menghindarkan diri dari perbuatan yang dapat mengarah kepada rusaknya hubungan sosial, 3). Menggalakkan perbuatan-perbuatan yang terpuji dan member manfaat dalam kehidupan bermasyarakat, 4). Membina hubungan sesuai dengan tata tertib.
Cinta dan tanggug jawab kebangsaan dan nasionalisme juga termasuk pembentukan nilai-nilai islam dalam kehidupan berbangsa. Adapun upaya untuk membentuk nilai-nilai islam dalam konteks ini antara lain adalah : 1). Kepala negara menerapkan prinsip musyawarah, adil, jujur dan tanggung jawab, 2). Masyarakat muslim berkewajiban mentaati peraturan, menghindari diri dari perbuatan yang bisa merugikan keharmonisan hidup berbangsa.
c. Dimensi kecerdasan Merupakan : dimensi yang dapat membawa kemajuan, yaitu cerdas, kreatif, terampil, disiplin, dll. Dimensi kecerdasan dalam pandangan psikologi merupakan suatu proses yang mencakup tiga proses yaitu analisis, kreativitas, dan praktis. Tegasnya dimensi kecerdasan ini berimplikasi bagi pemahaman nilai-nilai Al Qur’an dalam pendidikan.
Dalam aktualisasi nilai-nilai Al Qur’an, yakni dengan menempatkan Al Qur’an sebagai landasan dalam terciptanya suatu pendidikan islam, maka dalam usaha mengaktualisasikan Al Qur’an, diperlukan suatu pemahaman, penghayatan, serta pembelajaran supaya makna dan nilai-nilai Al Qur’an dapat terealisasikan dengan maksimal. Sesungguhnya penerapan Al Qur’an dalam sistem pendidikan islam merupakan langkah bagi terbentuknya individu yang berperan dalam kehidupan masyarakat dalam membentuk masyarakat yang madani.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Fungsi al-Qur’an adalah sebagai petunjuk (huda), penerang jalan hidup (bayyinat), pembeda antara yang benar dan yang salah (furqon), penyembuh penyakit hati (syifa’), nasihat atau petuah (mau’izah) dan sumber informasi (bayan).
Pendidikan Islam adalah; proses transformasi dan internalisasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai Islam melalui penumbuhan dan pengembangan potensi fitrahnya untuk mencapai keseimbangan dan kesempurnaan hidup dalam segala aspeknya.
Fungsi pendidikan : peranan pendidikan dalam pengembangan kualitas sumber daya insani secara mikro, sebagai proses belajar-mengajar, alih pengetahuan (transfer of knowledge), alih metode (transfer of methodology), dan alih nilai (transfer of value).
tujuan yang ingin dicapai dalam proses aktualisasi nilai-nilai Al Qur’an dalam pendidikan meliputi tiga dimensi atau aspek kehidupan yang harus dibina dan dikembangkan oleh pendidikan yakni: 1. Dimensi spiritual 2). Dimensi budaya 3). Dimensi kecerdasan
DAFTAR PUTAKA
Agil Said, Aktualisasi Nilai-nilai Qur’ani dalam Sistem Pendidikan Islam (Ciputat: PT. Ciputat Press, 2005)
Bahreisy H.Salim, Berdialog dengan Al-Qur’an (Bandung : mizan, 1996)
Bahreisy H.Salim, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir,
(Surabaya: PT. Bina ILmu, 2003)
Hadhiri Choiruddin, Kandungan Al-Qur’an (Jakarta : Gema Insani Press, 2005)
Kementrian Agama dkk, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Jakarta : Widya Cahaya, 2011)
Masyhur Kahar, Ayat-Ayat Al-Qur’an Tentang Ilmu Pengetahuan Akhlak dan Iman (Radar Jaya : Kalam Mulia)
Maurice Bucaille, Bible, Qur’an dan Sains Modern (Jakarta : Bulan Bintang, 1993)
[1] H.Salim bahreisy, berdialog dengan Al-quran (Bandung : mizan, 1996) hal. 267.
[2] Said Agil husin Al Munawar, Aktualisasi Nilai-nilai Qur’ani dalam Sistem Pendidikan Islam (Ciputat : PT. Ciputat Press, 2005) hal. 5.
[3] Ibid , hal. 7.
[4] Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan tafsirnya Jilid 7 (Jakarta : Widya Cahaya, 2011). Hal, 566.
[5] Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan tafsirnya Jilid 1 (Jakarta : Widya Cahaya, 2011) Hal. 129.
[6] Salim Bahreisy, Terjemah Tafsir Ibnu Katsir jilid 7 (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2003) Hal. 170.
[7] Said Agil husin Al Munawar, Aktualisasi Nilai-nilai Qur’ani dalam Sistem Pendidikan Islam (Ciputat : PT. Ciputat Press, 2005) hal. 8.
B
Minggu, 01 April 2018
AKTUALISASI AL QURAN DALAM PENDIDIKAN
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar