Selasa, 31 Juli 2018

Doa UTK yg Sakit

🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸
بسم الله الرحمن الرحيم

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
Sahabat #HOTS yang dirahmati ALLAH subhanahu wa ta'ala, mari luangkan waktu, mengangkat tangan dan berdoa untuk :

✍ *Ananda M. Irfa'indillah*
Santri Ma'had Askar Kauny Kulonprogo 2
Sedang dirawat di RS Kulonprogo, DIY

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:

مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

"Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu kelelahan, atau penyakit, atau kekhawatiran, atau kesedihan, atau gangguan, bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya (Dosa) kerananya.” (HR. Al-Bukhari no. 5642 dan Muslim no. 2573)

“Allahumma Robbannas, Adz-Hibil Ba'sa Isyfi Antasy-Syafi La Syifa'a Illa Syifa'uka Syifa'an La Yughadiru Saqoman.”
Artinya : “Ya Allah Tuhan dari semua manusia, hilangkan segala penyakit, sembuhkanlah, hanya Engkau yang dapat menyembuhkan tiada kesembuhan kecuali dari padaMu, sembuh yang tidak dihinggapi penyakit lagi.”

~ Al-Fatihah ~

Aamiin Yaa Mujiib...

Jazaakumullah khayran atas keikhlasannya  untuk ikut mendoakan. Semoga ALLAH subhanahu wa ta'ala mengabulkan doa kita dan mencatatnya sebagai amal sholeh.

Aamiin

والسلام عليكم ورحمة الله وبركا ته

Minggu, 29 Juli 2018

Berbuat dengan ikhlas

PENTINGNYA KEIKHLASAN DALAM SELURUH AMAL IBADAH

ومَا أُمِرُوْا إِلاَّلِيَعْبُدُاللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ حُنَفَاءَ

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus…[Al-Bayyinah: 5]

Segala Puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala Rabb semesta alam Shalawat dam salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad Shalalllahu ‘alaihi wa sallam Pembawa risalah yang haq ini sebagai rahmat bagi semesta alam kepada keluarganya para shahabatnya dan orang-orang yang setia mengikuti jejaknya hingga akhir zaman.

Berikut ini adalah pembahasan secara singkat hal-hal yang berkaitan dengan pentingnya “keikhlasan” dalam seluruh `amal `ibadah. Sesungguhnya perkara paling mendasar dan terpenting dalam dien ini adalah mengikhlaskan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam setiap amal ibadah yang kita lakukan, hal itu sebagai syarat utama diterimanya amal ibadah. Ikhlas adalah termasuk amalan hati yang perlu mendapatkan perhatian “istimewa” (secara mendalam) dan dilakukan dengan cara “istimrar” (terus menerus) di setiap kita hendak melakukan `amal `ibadah, agar amalan kita menjadi bernilai di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

PENTINGNYA AMALAN HATI.
Telah kita ketahui bahwa pengertian iman menurut Ahlus Sunah adalah : Keyakinan dengan hati, ikrar dengan lisan, dan amalan dengan seluruh anggota badan, bertambah dengan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan berkurang dengan perbuatan maksiat.

Perlu diketahui bahwa ikhlas adalah perkara terpenting dalam amalan hati, yang hal tersebut sangat erat hubungannya dengan pengertian iman tersebut di atas.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: Amalan-amalan hati adalah termasuk pokok-pokok dari keimanan dan tonggak-tonggak agama Islam ini, seperti: mencintai Allah dan Rasul-Nya, bertawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, mengikhlaskan seluruh macam `ibadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semata, bersyukur kepada-Nya atas nikmat-nikmat-Nya dan berlaku sabar di atas hukum-hukum-Nya, khauf (perasaan takut kepada-Nya akan siksa atau adzab-Nya), raja` (berharap) kepada-Nya…Semua amalan ini wajib atas seluruh makhluk berdasarkan kesepakatan para imam agama. [Majmu’ Al-Fatawa 10/5 dan 20/70]

Ibnul Qayim juga menjelaskan keagungan amalan-amalan hati : Amalan–amalan hati ialah pokok adapun amalan–amalan anggota badan adalah pengikut dan penyempurna. Sesungguhnya niat sekedudukan dengan ruh, adapun amalan sekedudukan dengan jasad, sehingga apabila ruh telah terpisah dengan jasad maka binasalah. Oleh sebab itu mengetahui hukum – hukum hati lebih penting dari pada mengetahui hukum-hukum jasad. [Badai`ul Fawaaid 3/224].

Hal inilah di antaranya yang mendorong kami untuk mengulas hal ini agar seluruh aktifitas kita sehari-hari tidak menemui kesia-siaan, yakni hampa, jauh dari berkah Allah atau Ramat-Nya, seolah-olah tiada nilainya aktifitas yang kita laksanakan setiap hari.

Niat berasal dari bahasa Arab, yang berarati tujuan. Sedangkan menurut istilah syara’ memiliki dua arti:

1. Ikhlash dalam beramal, yaitu semata-mata karena Allah, dan inilah yang sering dibicarakan oleh para Ulama ahli tauhid, suluk (perilaku) dan akhlak.
2. Membedakan antara ibadah yang satu dengan ibadah yang lain, atau ibadah dengan kebiasaan. Istilah ini sering dipakai oleh ulama-ulama Fiqh.

Niat dipakai untuk membedakan antara ibadah dan adat (kebiasaan yang dilakukan oleh manusia), misalnya : Mandi, apabila dimaksudkan (niatkan) karena Allah semata untuk menghilangkan hadats besar (mandi junub misalnya) maka hal yang semacam itu akan menjadi ibadah, lain halnya apabila mandi semata-mata dimaksudkan untuk membersihkan badan atau mendapatkan kesegaran, maka hal itu menjadi adat (kebiasaan) saja.

Kemudian bahwa niat itu tempatnya di hati dan apabila di lafadzkan menjadi bid`ah.

KEDUDUKAN IKHLAS.
Sesungguhnya ikhlas adalah hakekat dien dan kunci dakwah para rasul, yakni menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala semata dan menjauhi thagut :

ومَا أُمِرُوْا إِلاَّ لِيَعْبُدُوْا اللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ حُنَفَاءَ

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus…[Al-Bayyinah: 5]

Yang dimaksud dengan ” (حُنَفَاءَ ) agama yang lurus” pada ayat di atas adalah terjauhkan dari perkara-perkara syirik dan menuju kepada tauhid. Di sinilah pentingnya ikhlash dalam selurus amal ibadah, agar amalan tersebut tidak sia-sia, dan tidak mendapat adzab dari Allah, baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Kemudian bahwa pengaruh ikhlas terhadap amalan itu sangatlah besar, amal yang kecil dan sedikit jika dilakukan dengan ikhlas dapat memperoleh pahala yang besar. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam perkara ini mengatakan: “Suatu jenis amalan yang dikerjakan oleh manusia dengan menyempurnakan keikhlasannya dan ketundukkannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, terkadang Allah Subahnahu wa Ta’ala akan mengampuni dosa-dosa besar dengan sebab amalan itu, sebagaimana hadits al-bithaqah (seorang yang memiliki satu kartu Laa ilaaha illa Allah, lalu diampuni dosa-dosanya sebanyak 99 lembaran catatan amal keburukan-red)…ini karena dia mengucapkan Laa ilaaha illa Allah dengan ikhlas dan jujur/benar, karena kalau tidak, maka para pelaku dosa besar yang masuk ke dalam neraka semuanya juga mengucapkan tauhid, tetapi perkataan mereka tidaklah lebih berat terhadap dosa-dosa mereka sebagaimana pemilik kartu (Laa ilaaha illa Allah) itu.”

Hadits pemilik kartu Laa ilaaha illa Allah itu, adalah sebagai berikut:

عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْمَعَافِرِيِّ ثُمَّ الْحُبُلِيِّ قَال سَمِعْتُ عَبْدَ الهِb بْنَ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ الهَِ n إِنَّ اللَّهَ سَيُخَلِّصُ رَجُلاً مِنْ أُمَّتِي عَلَى رُءُوسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيَنْشُرُ عَلَيْهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ سِجِلاَّ كُلُّ سِجِلٍّ مِثْلُ مَدِّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَقُولُ أَتُنْكِرُ مِنْ هَذَا شَيْئًا أَظَلَمَكَ كَتَبَتِي الْحَافِظُونَ فَيَقُولُ لاَ يَا رَبِّ فَيَقُولُ أَفَلَكَ عُذْرٌ فَيَقُولُ لاَ يَا رَبِّ فَيَقُولُ بَلَى إِنَّ لَكَ عِنْدَنَا حَسَنَةً فَإِنَّهُ لَا ظُلْمَ عَلَيْكَ الْيَوْمَ فَتَخْرُجُ بِطَاقَةٌ فِيهَا أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الهُب وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ فَيَقُولُ احْضُرْ وَزْنَكَ فَيَقُولُ يَا رَبِّ مَا هَذِهِ الْبِطَاقَةُ مَعَ هَذِهِ السِّجِلَّاتِ فَقَالَ إِنَّكَ لاَ تُظْلَمُ قَالَ فَتُوضَعُ السِّجِلاَّتُ فِي كَفَّةٍ وَالْبِطَاقَةُ فِي كَفَّةٍ فَطَاشَتِ السِّجِلاَّتُ وَثَقُلَتِ الْبِطَاقَةُ فَلاَ يَثْقُلُ مَعَ اسْمِ الهِق شَيْءٌ

Dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash Radhiyallahu ‘anhu , dia berkata: “Saya telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah akan mengadili salah seorang laki-laki dari ummatku di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat. Lalu ditunjukan kepada laki-laki tersebut 99 catatan (amal keburukan), setiap satu catatan panjangnya sejauh mata memandang. Kemudian dikatakan kepada laki-laki tersebut: ”Apakah kau ingkari dari semua ini (kedzaliman yang telah kau perbuat)? Apakah para malaikat-Ku pencatat dan penjaga amalan menzhalimimu? Laki-laki tersebut menjawab: “Tidak Ya Tuhanku!”. Lalu Allah berkata kepada laki-laki tersebut: “Apakah engkau punya alasan (berbuat kezhaliman itu)? Laki-laki tersebut menjawab: “Tidak Ya Tuhanku!”. Kemudian Allah berkata kepada laki-laki tersebut: “Ya benar, tetapi sesungguhnya engkau memiliki satu kebaikan di sisi Kami, dan sesungguhnya tidak ada kedzaliman atasmu pada hari ini. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mengeluarkan sebuah kartu kecil yang di dalamnya terdapat : Asyhadu an laa ilaaha illa Allah wa asyhadu anna Muhamadan ‘abduhu warasuluhu (Aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya). Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala berkata kepada orang tersebut: “Datangkan timbanganmu”, maka orang tersebut berkata: “Ya Tuhan untuk apa kartu kecil ini dibandingkan dengan catatan (amal keburukan) ini ?”, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala berkata kepada orang tersebut: “Sesungguhnya pada hari ini tiada kedzaliman”. Maka diletakkanlah catatan itu pada salah satu daun timbangan, dan kartu kecil itu diletakan pada satu daun timbangan yang lain. Maka jadi ringanlah catatan-catatan `amal keburukan itu dan beratlah kartu kecil tersebut, maka tiadalah sesuatupun yang menjadi berat dibandingkan dengan nama Allah Subhanahu wa Ta’ala. [HR. At-Tirmidzi dan An-Nasa’i].

PENGERTIAN IKHLAS DAN BATASNNYA
Ada beberapa pengertian tentang ikhlas yang disebutkan oleh ulama, antara lain :
1. Diantaranya ada yang mengatakan : Ikhlas ialah “Menjadikan Allah Subhanahu wa Ta’ala satu-satunya tujuan di dalam menjalankan ketaatan”.
2. Ada juga yang mengatakan : “Ikhlas ialah membersihkan perbuatan dari mencari pandangan manusia”.
3. Al-Harawi berkata: “Ikhlas ialah membersihkan amalan dari setiap noda”.
4. Dan sebagian yang lain ada yang mengatakan: “Orang yang mukhlis ialah orang yang tidak perduli, seandainya hilang seluruh penghormatan kepadanya di dalam hati manusia, untuk kebaikan hatinya bersama Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan dia tidak suka manusia mengetahui amalannya walaupun seberat debu. Allah.

Tidak diragukan lagi bahwa keikhlasan membutuhkan kesungguhan yang tinggi hingga seorang hamba meraihnya dengan sempurna.

PENGERTIAN RIYA’, SUM’AH, UJUB
Telah kita ketahui bahwa keikhlasan dapat dihilangkan oleh beberapa perkara, seperti: mencintai dunia, kemasyhuran, kemuliaan, riya’, sum’ah dan ujub.
1. Riya ialah melakukan `ibadah dengan tujuan dilihat oleh manusia, sehingga orang yang riya’ itu mencari pengagungan, pujian, harapan atau rasa takut terhadap orang yang dia berbuat riya’ karenanya.
2. Sum’ah adalah amalan yang dilakukan dalam rangka agar didengar orang lain, misalnya memperdengarkan bacaan Al-Qur’an atau yang lainnya.
3. Ujub adalah teman riya, yaitu perasaan bangga terhadap diri sendiri atas kemampuan yang dimiliki secara berlebihan.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah membedakan antara keduanya (antara riya dan ujub ).
a. Riya adalah salah satu bentuk dari syirik kepada makhluk.
b. Adapun ujub adalah bentuk dari pada syirik kepada diri sendiri. [Al-Fatawa:10/277]

DIANTARA BENTUK-BENTUK RIYA, UJUB DAN SUM’AH
1. Riya dalam ibadah sholat, misalnya: Memperbaiki posisi atau gerakan shalat karena mengetahui bahwa dia sedang diperhatikan oleh orang yang dianggap lebih ‘alim atau lainya.

2. Riya atau sum’ah dalam kepribadian misalnya : Karena di karuniai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala suara yang merdu misalnya, maka timbulah penyakit riya` atau ujub ini pada ni`mat tersebut; Mengeraskan/menbaguskan bacaan dalam membaca Al-Qur`an atau ketika mengumandangkan adzan dengan harapan ingin mendapatkan pujian atau agar diakui bahwa dia memiliki suara yang bagus atau merdu. Pada hakekatnya membaguskan suara dalam membaca Al-Qur’an, dengan tidak dibuat-buat atau berlebih-lebihan merupakan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana sabadanya:

زَيِّنُوْا اْلقُرْآنَ بِأَصْوَاتِكُمْ.

Baguskanlah (bacaan) Al-Qur`an dengan suara kalian [HR. Abu Dawud dan Ahmad]

3. Ujub atau Riya dalam berdakwah misalnya : Berceramah, menasehati orang, atau mentahdzir (memberi peringatan terhadap seseorang) dengan niat agar dikenal sebagai seorang penasehat, ahli pidato dengan harapan agar semua orang memujinya atau menyanjungnya. Kita berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari semua perkara ini. Hendaklah kita ikhlash dalam berda`wah agar orang yang mendengarnya pun menerima dengan ikhlash (yakni : mendapatkan hidayah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala)

4. Riya atau Ujub dalam menuntut ilmu : Yaitu berbangga dengan ilmu yang dikaruniakan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadanya atau menuntut ilmu hanya dalam rangka ingin menjadi seorang yang ahli dalam berdebat, bukan mengharapkan wajah Allah atau mencari berkah dari Allah atas ilmu yang dimilikinya. Sehingga ilmu yang Allah Subhanahu wa Ta’ala karuniakan tidak mampu membawa dia ke dalam kebahagian di dunia ataupun diakhirat. Padahal rasulullah telah memperingatkan dengan keras bagi para penuntut ilmu dengan ancaman tidak akan mendapatkan bau surga, apabila mempelajari suatu ilmu dalam rangka untuk mencari dunia semata; Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabada:

مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَعْنِي رِيحَهَا

Barang siapa menuntut ilmu yang seharusnya untuk mencari wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala ; tetapi dia tidak mempelajari ilmu itu kecuali untuk mendapatkan harta benda dunia, maka dia tidak akan mendapatkan bau surga pada hari kiamat kelak. [HR. Abu Dawud]

5. Riya atau Ujub ketika bershadaqah, misalnya : Memperlihatkan harta yang telah dishadaqahkan, atau mengungkit-ungkit kembali pemberian yang telah lalu dengan harapan agar disebut sebagai seorang dermawan.

PENAWAR RIYA
Adapun di antara cara-cara mengobati riya adalah sebagi berikut:
1. Mengetahui seluk beluk riya itu sendiri dan takut terhadapnya. Sebagaimana hal tersebut adalah perkara yang paling ditakutkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

” إِنَّ أَخْوَفُ مَا أَخَا فُ عَلَيكْمُ الشِّرْكُ اْلأَ صْغَر. قَا لوُا وَمَا الشِّرْكُ اْلأَ صْغَرُ يَا رَسُوْلُ الله ؟ قال : ” الرِّيَاءُ “.يقول الله تعالىيوم القيامة, إذا جازى الناس بأعمالهم : اذهبوا إلى الذين كنتم تراؤون في الدنيا فانظروا هل تجدون جزاء؟”

Sesungguhnya yang paling kutakutkan dari perkara yang aku takutkan atas kalian ialah syirik kecil. Para shahabat bertanya: “Apakah syirik kecil itu wahai rasulullah? Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Riya’, Pada hari kiamat , ketika membalas amalan-amalan manusia, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan berfirman: “Pergilah kepada orang yang kamu dahulu sewaktu di dunia berbuat riya’ kepadanya, dan lihatlah apakah kamu dapakan balasan (pahala) darinya? [HR. Ahmad, At-Thabrani dan Al-Baihaqi]

2. Memberikan sanjungan atau pujian hanya ditujukan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semata, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala sumber dari segala kebaikan; maka hanya Allahlah yang berhaq mendapatkan pujian:

الحمد لله رب العالمين

Segala puji bagi Allah Tuhan

Sumber: https://almanhaj.or.id/2940-pentingnya-keikhlasan-dalam-seluruh-amal-ibadah.html

Jumat, 27 Juli 2018

Dua Lautan yg Tidak ketemu

👆🏻
Assalamualaikum
Alhamdulillah setelah sekian lama menunggu video yg bagus tentang masalah dua lautan yg tak pernah menyatu, akhirnya mendapatkan kiriman video yg bagus tentang kebenaran firman Allah Swt dlm surat *Ar-Rahman ayat 19,20 & 21*

Video ini membuktikan kebenaran Surat Ar-Rahman ayat 19, 20, dan 21 yg berbunyi:

*“Dia membiarkan dua lautan mengalir yg keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yg tidak dilampaui masing-masing. Maka nikmat Tuhan kamu manakah yg kamu dustakan?"*
_(Q.S. Ar-Rahman:19-21)_

*"Dan Dialah yg membiarkan 2 laut yg mengalir (berdampingan); yg ini tawar lagi segar & yg lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yg menghalangi"*
_(QS. 25:53)_

Inilah video tersebut, yg memperlihatkan aliran dua lautan yg tidak pernah bercampur, seolah-olah ada sekat atau dinding yg memisahkannya.

Masya Allah, Maha Besar Allah Yang Maha Agung. Ternyata air laut yg tdk bercampur itu benar-benar ada.

*Dua lautan yg tidak bercampur itu terletak di Selat Gibraltar, selat yg memisahkan benua Afrika & Eropa, tepatnya antara negera Moroko & Spanyol.*

*Semoga bermanfaat untuk bahan tadabbur AlQur'an.*
👆🏻
Assalamualaikum
Alhamdulillah setelah sekian lama menunggu video yg bagus tentang masalah dua lautan yg tak pernah menyatu, akhirnya mendapatkan kiriman video yg bagus tentang kebenaran firman Allah Swt dlm surat *Ar-Rahman ayat 19,20 & 21*

Video ini membuktikan kebenaran Surat Ar-Rahman ayat 19, 20, dan 21 yg berbunyi:

*“Dia membiarkan dua lautan mengalir yg keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yg tidak dilampaui masing-masing. Maka nikmat Tuhan kamu manakah yg kamu dustakan?"*
_(Q.S. Ar-Rahman:19-21)_

*"Dan Dialah yg membiarkan 2 laut yg mengalir (berdampingan); yg ini tawar lagi segar & yg lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yg menghalangi"*
_(QS. 25:53)_

Inilah video tersebut, yg memperlihatkan aliran dua lautan yg tidak pernah bercampur, seolah-olah ada sekat atau dinding yg memisahkannya.

Masya Allah, Maha Besar Allah Yang Maha Agung. Ternyata air laut yg tdk bercampur itu benar-benar ada.

*Dua lautan yg tidak bercampur itu terletak di Selat Gibraltar, selat yg memisahkan benua Afrika & Eropa, tepatnya antara negera Moroko & Spanyol.*

*Semoga bermanfaat

Kamis, 26 Juli 2018

kisah Ibrahim

 7 SHARES


Kisah nabi ibrahim lengkap dari lahir sampai wafat / Pic source : abdurohmanafandi

Ketika kita tengah melaksanakan ibadah shalat, dimana saat melakukan duduk tasyahud atau tahiyat akhir akan menyebutkan dua nama Nabi.

Penyebutan dua nama Nabi tersebut tidak lain dan tak bukan adalah Nabi Muhammad SAW dan juga Nabi Ibrahim as.

Mungkin menjadi sebuah pertanyaan, mengapa ketika shalat hanya nama kedua Nabi tersebut saja dan tak ada nama Nabi ataupun Rasul yang lain?

Baca juga : Kisah Nabi Muhammad Membelah Bulan dan Kisah - Kisah Teladan Nabi Muhammad SAW yang Lain

Bisa saja tak usah dipermasalahkan, karena memang hal itu sudah diajarkan oleh Rasulullah SAW.

Dikhawatirkan jika hal seperti ini dipermasalahkan, akan memengaruhi keyakinan kita bahwa kenabian Muhammad dan Ibrahim memunyai bobot yang lebih tinggi daripada Nabi-nabi yang lain.

Hal seperti ini tidak diperbolehkan karena adanya perintah agar tidak membeda-bedakan antara para Nabi yang satu dengan yang lainnya. Sebagaimana firman Allah SWT.

Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada Kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya.

Dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya.

Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”(QS Al-Baqarah:136)

Menyimpulkan dari hal tersebut, penyebutan nama Nabi Muhammad dan juga Nabi Ibrahim saat shalat berhubungan dengan pemberian gelar kepada Nabi sesuai dengan kapasitasnya sebagai Nabi dan keistimewaan yang dimilikinya.

Misalnya gelar khalil kepada Nabi Ibrahim as, sebagaimana firman Allah swt,

Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah,

sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.”(QS An-Nisa:125)

Demikian pula Allah juga memberikan penyebutan rahmat bagi semesta alam kepada Nabi Muhammad saw,

Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”(QS Al-Anbiya:107)

Oleh karena hal itu, mungkin saja penyebutan nama beliau-beliau ini bisa kita lafalkan hingga saat ini.

Terlepas dari hal tersebut, membahas mengapa nama Nabi Ibrahim yang disandingkan dengan nama Nabi Muhammad SAW, lantas seperti apakah sebenarnya kisah riwayat Nabi Ibrahim tersebut?

Kisah Nabi Ibrahim Lengkap dari Lahir Hingga Beliau Wafat

Kisah nabi ibrahim lengkap dari lahir sampai wafat / Pic source : themeaningofislam

Dilahirkan di tengah-tengah masyarakat musryik dan kafir, Nabi Ibrahim yang kala itu masih mencari jati diri harus dihadapkan pada permasalahan yang pelik.

Yakni karena sang ayah yang malah bekerja sebagai pembuat patung berhala, dan juga raja pada masa itu yang malah mendeklarasikan diri sebagai tuhan.

Kisah beliau bermula ketika dilahirkan pada tahun 2295 SM di negeri Mausul, dimana penuh masyarakat jahiliyah yang musyrik dan kafir, dan ayah beliau yang bernama Azar yang masih keturunan Sam bin Nuh.

Nabi Ibrahim sendiri dilahirkan pada tahun 2295 sebelum Masehi, di negeri Mausul. Ayah beliau adalah seorang pembuat patung berhala, sedangkan beliau sendiri sangat membenci berhala-berhala itu.

Tak hanya sampai disitu saja, karena beliau juga terlahir pada zaman kerajaan raja Namrud yang berani mengaku sebagai tuhan.

Sungguh sebuah zaman yang dzalim dan penuh dengan kesesatan.

Kisah Nabi Ibrahim dan raja Namrud berlanjut ketika beliau yang masih bayi harus diasingkan karena raja Namrud yang memerintahkan semua orang untuk membunuh semua bayi laki-laki di negerinya.

Karena takut dirinya akan tumbang oleh seorang lelaki yang diutus Allah SWT. Sehingga guna menyelamatkan diri dan juga tahtanya, ia pun menyuruh semua warga untuk membunuh semua bayi laki-laki yang ada.

Namun atas izin Allah SWT, Nabi Ibrahim selamat dan setelah beliau dewasa dan dapat berpikir manakah Tuhan yang patut untuk disembah.

Sampai akhirnya dirinya kembali ke tengah masyarakat dan melihat smeua orang seperti gila pada patung.

Hampir setiap rumah dan tempat-tempat umum dipenuhi patung berhala agar dapat menyembah setiap waktu. Termasuk di rumah ayahnya yang memang bekerja sebagai pembuat patung berhala.

Lama kelamaan Nabi Ibrahim mulai bertanya-tanya pada dirinya.

Di manakah Tuhan itu? Manakah yang dinamakan Tuhan?

Kemudian Allah pun memberikan mukjizat pada Nabi Ibrahim yakni sebuah pemikiran cerdas, kritis, sekaligus mengutusnya sebagai penyampai keberadaan Allah SWT selama ini.

Maka dimulailah perjalan mencari jati diri Nabi Ibrahim tersebut.

Karena banyak kaumnya yang menyembah berhala yang terbuat dari batu, dan Beliau tidak mau ikut menyembah berhala itu, karena baginya hanyalah sebuah benda.

Kemudia beliau melihat bulan dan bintang di malam hari, matahari di siang hari, ia berkata “Mungkinkah benda-benda itu Tuhan?

Namun ternyata, bulan dan bintang menghilang dan matahari terbenam, lalu ia berkata: “Aku tak akan bertuhan kepada benda-benda seperti itu.

Maka Allah berfirman dalam QS. Al-An’am ayat 76-79.

Yang artinya: “Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata:

“Inilah Tuhanku”, tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: “Saya tidak suka kepada yang tenggelam”.

Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: “Inilah Tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata:

Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat”.

Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: “Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar”.

Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.

Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.

Allah pun memberi Nabi Ibrahim akal dan kecerdasan yang luar biasa dan mulailah beliau menyampaikan dakwahnya.

Dimulainya Dakwah Nabi Ibrahim AS

Kisah nabi ibrahim lengkap dari lahir sampai wafat / Pic source : pinterest

Setelah tahu perihal kisah Nabi Ibrahim mencari Tuhan, maka dimulailah awal baru bagi beliau untuk menyampaikan kebenaran yang ada.

Karena paham bahwa berhala bukanlah Tuhan, Nabi Ibrahim dengan kecerdikannya langsung merencanakan sesuatu pada Raja Namrud dan para pengikutnya.

Pada suatu hari Raja Namrud melakukan perjalanan ke luar kota bersama sebagian besar pengikutnya selama beberapa hari. Wilayah kekuasaan Namrud pun nyaris kosong.

Kemudian Nabi Ibrahim masuk dan menghancurkan semua berhala yang ada di wilayah Namrud. Semua patung-patung dihancurkan, meski dia tahu itu adalah buatan ayahnya sendiri.

Nabi Ibrahim as hanya menyisakan satu berhala yang tidak dirusaknya. Itu adalah berhala yang paling besar.

Kemudian dia meletakkan kapak yang dipakai untuk menghancurkan patung-patung lainnya di pangkuan berhala satu-satunya yang tak dirusaknya.

Setelah beberapa hari Raja Namrud mengetahui semua berhalanya rusak dan murka.

"Siapa yang melakukan semua ini di belakangku?!" teriaknya pada pengikutnya.

Salah satu pengikutnya yang kebetulan tidak turut pergi bersama Namrud mengatakan bahwa ada seorang pemuda bernama Ibrahim yang melakukan itu semua.

Dipanggillah Nabi Ibrahim untuk menghadap Raja Namrud.

Sang Raja berkata dengan geram: "Wahai Ibrahim, bukankah engkau yang telah menghancurkan berhala-berhala ini?"

"Bukan!" jawab Ibrahim singkat.

Mendengar jawaban itu, Raja Namrud semakin geram dan berkata: "Lalu siapa lagi kalau bukan engkau, bukankah kau berada di sini saat kami pergi dan bukankah engkau membenci berhala-berhala ini?"

"Ya, tapi bukan aku yang menghancurkan berhala-berhala itu. Aku pikir, berhala besar itulah yang menghancurkannya, bukankah kampaknya masih berada di lehernya?" sahut Ibrahim dengan tenang.

Raja Namrud membantahnya: "Mana mungkin patung berhala dapat berbuat semacam itu!".

Mendengar hal itu dengan tegas Nabi Ibrahim berkata: "Kalau begitu, kenapa engkau menyembah berhala yang tidak dapat berbuat apa-apa?"

Mendengar pernyataan Ibrahim, para pengikutnya tersadar dan terpikir oleh mereka Tuhan yang selama ini disembah tidak dapat melihat, mendengar, dan bergerak. Namun, Raja Namrud semakin murka.

Setelah kejadian tersebut, raja Namrud yang marah pun hendak melakukan sesuatu kepada Ibrahim. Lantas, apa yang hendak dia perbuat kepada Nabi Ibrahim?

Nabi Ibrahim Dibakar Hidup-hidup

Karena hal tersebut, banyak dari para pengikut raja Namrud yang mulai bertanya-tanya kepada Nabi Ibrahim perihal Tuhan yang patut disembah.

Namun setelah terlihat pengaruh Nabi Ibrahim semakin besar di kalangan pengikutnya, Raja Namrud merasa terdesak dan terjatuh harga dirinya.

Oleh karena itu, untuk menjaga wibawanya, Namrud memerintahkan para pegawainya dan pengikut setianya untuk menangkap Ibrahim untuk dihukum mati, yaitu dengan cara dibakar.

Api dinyalakan besar sekali dengan kayu sebagai bahan bakarnya, sementara Nabi diikat dan ditempatkan di tengah-tengah tumpukan kayu.

Tetapi Allah lebih berkuasa dalam segala hal. Allah belum menghendaki Nabi Ibrahim mati dan kalah oleh Raja Namrud.

Menyaksikan proses pembakaran itu, Raja Namrud dan para pengikutnya tertawa dengan penuh kepuasan.

Mereka mengira, Nabi Ibrahim telah hancur menjadi abu bersama api itu. Namun, begitu terkejutnya mereka setelah api yang menyala dahsyat itu padam.

Karena Allah SWT kembali memperlihatkan kekuasaan-Nya. Allah berfirman kepada api:

يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ.....

Artinya:

"Hai api! Hendaklah dingin dan selamatkan Ibrahim." (Q.S. Al-Anbiya: 69)

Setelah api padam, keluarlah Ibrahim tanpa mengalami cedera sedikit pun.

Sejak saat itu, pengikut Namrud berpaling dan menjadi umat Nabi Ibrahim untuk terus lurus ke jalan Allah SWT.

Kemudian dalam menjalankan tugas kerasulannya Nabi Ibrahim berusaha menyadarkan ayahnya, agar tidak lagi menyembah berhala, dan tidak memperturutkan jalan setan.

Namun masih keukeuh pada pendiriannya, ayah Ibrahim menjawab demikian adanya,

قَالَ أَرَاغِبٌ أَنْتَ عَنْ آلِهَتِي يَا إِبْرَاهِيمُ ۖ لَئِنْ لَمْ تَنْتَهِ لَأَرْجُمَنَّكَ ۖ وَاهْجُرْنِي مَلِيًّا

Artinya:

"Berkata ayahnya, "Adakah engkau membenci tuhan-tuhanku hai Ibrahim? Ingatlah, jika kau hentikan hinaan-hinaan terhadap tuhan-tuhan niscaya aku akan menyiksamu! Dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama." (Q.S. Maryam: 46)

Sementara itu Raja Namrud ingkar saja kepada Allah, maka Allah menghukum Raja Namrud beserta pengikut-pengikutnya dengan nyamuk yang sangat luar biasa banyaknya.

Nyamuk-nyamuk itu menggigit tubuh Raja Namrud dan pengikutnya memasuki lubang-lubang hidung, dan lain-lain. Raja Namrud sendiri mati dengan cara siksaan yang demikian.

MAQOM IBRAHIM

Maqam Ibrahim

7. Maqam Ibrahim

Maqam Ibrahim Arab: مقام إبراهيم‎, juga diucapkan sebagai (Makam Ibrahim) merupakan bangunan (struktur) yang mencakup batu lebar kecil yang terletak kurang lebuh 20 hasta di sebelah timur Ka'bah. Tempat ini bukanlah tempat yang menjadi kuburan Nabi Ibrahim sebagaimana dugaan atau pendapat kebanyakan orang. Sebaliknya di dalam bangunan kecil ini terdapat sebuah batu yang diturunkan oleh Allah dari Surga bersamaan dengan dengan batu-batu kecil lainnya yang terdapat di Hajar Aswad[1]. Di atas batu Maqam Ibrahim ini, Nabi Ibrahim pernah berdiri di waktu ia membangun Ka'bah disamping putranya Nabi Isma'il memberikan bongkah-bongkah batu kepadanya.

Batu Maqam Ibrahim dipelihara oleh Allah, saat ini sudah ditutupi dengan perak. Sedangkan bekas kedua tapak kaki Nabi Ibrahim memiliki spesifikasi dengan panjang 27 cm, lebar 14 cm dan berkedalaman 10 cm serta masih tampak dan jelas dan dapat dilihat hingga sekarang.

Atas perintah Khalifah Al-Mahdi Al-Abbasi di sekeliling batu Maqam Ibrahim itu telah diikat dengan perak dan dibuat sangkar besi berbentuk sangkar burung.

DefinisiSunting

Dari sudut bahasa, "al-maqam" berarti "tempat pijakan". Maka, Maqam Ibrahim merupakan sebuah bangunan dengan batu kecil yang dibawa oleh Isma'il ketika membangunkan Ka'bah, batu ini telah digunakan oleh Nabi Ibrahim untuk berdiri guna melengkapi bongkahan-bongkahan batu untuk membangun Ka'bah. Apabila Nabi Ismail memberikan bongkahan-bongkahan batu kepada Nabi Ibrahim, Nabi Ibrahim akan menyusunnya pada Ka'bah sehingga bangunan Ka'bah pun semakin tinggi, batu tempat Nabi Ibrahim (Maqam Ibrahim) pun ikut naik seperti halnya lif.[2]

KeutamaanSunting

Di antara keutamaan Maqam Ibrahim adalah dijadikan tempat menunaikan salat. Hal ini juga dituliskan di dalam Al-Quran yang artinya:

“Dan jadikanlah sebagian Maqam Ibrahim tempat solat[3]

.

Terdapat hadis sahih yang telah diriwayatkan oleh Jabir mengenai sifat Haji Nabi  bahwa: "Ketika sampai di Ka'bah bersama Rasulullah , ia langsung mencium rukun Hajar Aswad, kemudian berlari-lari kecil tiga putaran, dan (selebihnya) yang empat putaran dengan jalan biasa (Tawaf). Lalu beliau menghadap ke Maqam Ibrahim dan membaca: "Dan jadikanlah sebagian Maqam Ibrahim tempat solat", dan menjadikannya berada di antara dirinya dan Ka'bah".[4]

Kemudian, dijelaskan juga, batu yang menjadi pijakan Nabi Ibrahim itu berasal dari Surga. Nabi Muhammad  bersabda bahwa Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim adalah dua batu yang datangnya dari surga, seandainya Allah tidak menghilangkan cahaya (dari) kedunya, niscaya ia akan menerangi Timur dan Barat secara keseluruhan. Sementara dalam riwayat dari Imam al-Baihaqi, disebutkan seandainya bukan karena dosa dan kesalahan manusia, maka kedua batu itu mampu menerangi timur dan barat.[5]

Menurut Imam Hasan al-Basri dan ulama-ulama terkenal lainnga, berdoa didepan Maqam Ibrahim akan dikabulkan oleh Allah.[6]

RujukanSunting

^ Al-Ihsan fi Taqrib Sahih ibn Hibban (3710); al-Sunan al-Kubra li al-Baihaqi, 5/75, Hadis Sahih.^ Al-Jami' al-Lathif, halaman 20; Syifa' al-Gharam, 1/202; Mutsir al-Gharam, halaman 173.^ Surah Al-Baqarah ayat 125^ Sahih Muslim, al-Hajj,(1218)^ Al-Ihsan fi Taqrib Sahih ibn Hibban (3710); al-Sunan al-Kubra li al-Baihaqi, 5/75, Hadis Sahih.^ Risalah al-Hasan al-Basri, Dlimna Akhbar Makkah li al-Fakihi, 2/291.

Rabu, 25 Juli 2018

*Shadaqah Yang Paling Utama*

*Shadaqah Yang Paling Utama*

=================

Abu Thalhah datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata:

Allah Tabaraka wa Ta'ala telah menurunkan firman-Nya:

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ

_“Kalian tidak akan mendapatkan kebaikan, sampai kalian menginfakkan apa yang kalian cintai.”_ [QS. Ali Imran: 92]
Dan sesungguhnya harta yang paling aku cintai adalah kebun _Bairuha_. (Kebun ini pernah dimasuki Rasulullah dan berteduh di dalamnya serta meminum air dari sumurnya) Ini saya shadaqahkan untuk Allah. Saya berharap dapat kebaikan (pahala) dan menjadi simpananku di sisi Allah. Silahkan pergunakan sebagaimana diinginkan Allah”.

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
*“Luar biasa, itu kekayaan yang menguntungkan, itu harta yang untungnya besar. Saya terima shadaqahmu dan kami kembalikan kepadamu. Berikanlah shadaqah ini kepada kerabat dekat.”*
Maka Abu Thalhah pun menshadaqahkannya kepada kerabatnya.

[HR. Bukhari 2758, Muslim 998]

🌿 *Pelajaran penting* dari hadits ini adalah *Keutamaan shadaqah kepada kerabat.*

Allah Ta'ala berfirman:

_“Mereka bertanya tentang apa yang mereka infakkan. Jawablah: “Apa saja harta yang kamu infaqkan hendaklah diberikan *kepada ibu-bapak, kaum kerabat*, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan.”_ [QS. Al-Baqarah: 215].

Dari Salman bin Amir radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الصَّدَقَةَ عَلَى الْمِسْكِينِ صَدَقَةٌ، وَعَلَى ذِي الرَّحِمِ اثْنَتَانِ صَدَقَةٌ وَصِلَةٌ

“Shadaqah untuk orang miskin, nilainya hanya 1 shadaqah. *Sementara shadaqah untuk kerabat, nilainya dua: shadaqah dan silaturahim*.” [HR. An-Nasai 2582 dan dishahihkan al-Albani].

Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  *menganjurkan untuk bershadaqah kepada kerabat yang memusuhi kita* sebagaiamana beliau bersabda:

أَفْضَلُ الصَّدَقَةِ الصَّدَقَةُ عَلَى ذِي الرَّحِمِ الْكَاشِحِ

“Shadaqah yang paling utama adalah *shadaqah kepada kerabat yang memendam permusuhan*.” [HR. Ahmad dan Thabrani dalam al-Kabir, Shahihul Jami’ no. 1110]

🌴 Inilah akhlaq mulia Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, memerintahkan kaum muslimin untuk memperhatikan orang yang terdekat terlebih dahulu khususnya yang memiliki hubungan darah, baru kemudian memperhatikan orang lain.

Bagaimana bisa seseorang disebut dermawan, suka bershadaqah sementara saudara2 kandungnya masih dalam keadaan miskin tidak pernah menerima uluran tangannya??

💎 Di dalam hadits ini pula terdapat *keutamaan bermusyawarah kepada Ahli ilmu,* untuk menanyakan keutamaan suatu amalan.

فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

_"maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui"_. [QS. An-Nahl: 43].

Tidak sedikit, orang yang diberikan kenikmataan oleh Allah berupa harta dan ingin beshadaqah, namun karena tidak ada bimbingan akhirnya menshadaqahkan hartanya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat atau justru untuk amalan2 yang tidak sesuai dengan syariat dan tidak dicontohkan oleh Nabi shallallahu'alaihi wasallam.

Maka dari itu perlu untuk bertanya, kepada siapa harta tersebut dishadaqahkan untuk mendapatkan manfaat yang lebih banyak.

Semoga Allah Ta'ala menjadikan kita termasuk ahli shadaqah dan menerima amal kita..

YA JAMALU

oh ya jamalu ya jamalu
oh ya jamalu ya jamalu
oh ya jamalu ya jamalu
Sidnan nabi ya jamalu

oh ya jamalu ya jamalu
oh ya jamalu ya jamalu
oh ya jamalu ya jamalu
Sidnan nabi ya jamalu

oh ya jamalu oh ya jamalu
oh ya jamalu oh ya jamalu 
oh ya jamalu ya jamalu ya Jamalu

oh ya jamalu ya jamalu
oh ya jamalu ya jamalu
oh ya jamalu ya jamalu
Sidnan nabi ya jamalu

*
Wakajilulahumal nuro (ya jamalu)
Kana la syamsa lil huwal buduru (ya jamalu)
Walam yatunilhuda laula zuhuru (ya jamalu)
Kaul kauli adama bi nuril qoha ya jamalu

oh ya jamalu ya jamalu (ya jamal ya jamal ya jamalu)
oh ya jamalu ya jamalu (habibi habibi ya jamalu)
oh ya jamalu ya jamalu (siddiq Siddiq Siddiq)
Sidnan nabi ya jamalu

*
Wakafful musthofa kawwar dinaa di (ya jamalu)
Wa idroha yabqo ida massat ayadii (ya jalamu

oh ya jamalu (oh)
oh ya jamalu (oh)
oh ya jamalu (oh)
oh ya jamalu (oh)
Habibulloh ya khoirol baroya

oh ya jamalu ya jamalu (ya jamalu)
oh ya jamalu ya jamalu (ya habibi jamalu)
oh ya jamalu ya jamalu (siddiq Siddiq Siddiq)
Sidnan nabi ya jamalu

oh ya jamalu (oh)
oh ya jamalu (oh)
oh ya jamalu (oh)
oh ya jamalu (oh)
Habibulloh ya khoirol baroya

Baitullah

Subhanallah :.                               
Americana menulis: “Sekiranya orang2 Islam berhenti melaksanakan thawaf ataupun sholat di muka bumi ini, niscaya akan terhentilah perputaran bumi kita ini, karena rotasi dari super konduktor yang berpusat di Hajar Aswad, tidak lagi memencarkan gelombang elektromagnetik.
Menurut hasil penelitian dari 15 Universitas menunjukkan Hajar Aswad adalah batu meteor yang mempunyai kadar logam yang sangat tinggi, yaitu 23.000 kali dari baja yang ada. Beberapa astronot yang mengangkasa melihat suatu sinar yang sangat terang memancar dari bumi dan setelah diteliti ternyata bersumber dari Bait Allah atau Ka’bah. Super konduktor itu adalah Hajar Aswad, yang berfungsi bagai mikrofon yang sedang siaran dan jaraknya mencapai ribuan mil jangkauan siarannya.

Prof Lawrence E. Yoseph – Fl Whiple menulis: “Sungguh kita berhutang besar kpd orang Islam, karena thawaf dan sholat tepat waktu menjaga super konduktor itu.
” Subhanallah, Alhamdulillah, Laa Illaha illallah, Allahu Akbar. Betapa bergetar hati kita melihat dahsyatnya gerakan thawaf haji dan umroh.

Sekarang anda mempunyai Dua pilihan.
1). Biarkan tulisan ini berada di page ini supaya orang lain tidak membaca.
2). Menyebarkan ke teman2 yang lain dengan klik 'Bagikan' supaya orang lain ikut terinspirasi.

“Subhanallah".

Selasa, 24 Juli 2018

Mengelola STRESS

dukungan dapat Anda peroleh.

 

3. Mencintai diri sendiri. 

Salah satu caranya adalah dengan mempertahankan citra diri yang positif. Ingat, Anda adalah pribadi yang unik yang selalu melakukan hal terbaik. 

 

4. Bersenang-senang. 

Hadiahi diri sendiri dengan aktivitas yang mendatangkan kesenangan bagi diri Anda. 

 

5. Olahraga. 

Kesehatan dan produktivitas sangat dipengaruhi oleh kemampuan tubuh menyuplai oksigen dan makanan ke dalam sel-sel secara teratur. Untuk itu, usahakan untuk secara teratur pula melakukan olah raga demi menjaga kinerja jantung dan paru. Minimal tiga kali setiap minggu, 15-30 menit setiap kalinya. 

 

6. Relaks. 

Lepaskan pikiran dari hal-hal yang membuat stres dan lakukan latihan pernapasan serta berkonsentrasi pada hal-hal yang positif. Selain meditasi, relaksasi juga dapat dilakukan dengan mendengarkan musik atau berbincang ringan dengan sahabat, suami atau istri tercinta.

 

7. Istirahat. 

Usahakan melakukan ini secara teratur. Tidur cukup, 7-8 jam per hari pada waktu yang sama di malam hari akan sangat membantu mengurangi stres yang bertumpuk pada siang harinya. Di samping itu ambil jeda di sela-sela pekerjaan. Banyak hal yang bisa diserap otak pada satu waktu, dan ini akan menjadi beban yang berat. 

 

8. Kenali diri. Waspadai jika terjadi perubahan-perubahan yang menunjukkan Anda tengah didera stres, misalnya insomnia, sakit kepala, cemas, nyeri lambung, demam atau flu. 

 

9. Makan dengan benar. 

Pertahankan diet seimbang. Jangan ''racuni'' tubuh dengan makanan berkalori tinggi yang kaya lemak dan gula. Juga, jangan jebloskan diri pada jeratan rokok, alkohol, dan obat-obatan. 

 

10. Nikmati hidup. 

Berbagai penelitian menunjukkan orang yang bahagia cenderung hidup lebih lama dan sedikit memiliki masalah fisik. Cobalah untuk melihat sisi humoris dari hal-hal yang sebenarnya menjengkelkan, atau bahkan tak masuk akal. Mudah-mudahan ini semua dapat membantu Anda menghadapi hari-hari yang tak selamanya berjalan

Minggu, 22 Juli 2018

IBLIS ITU SANGAT ALIM..*

Assalamualaikum wr. wb.

Copas,  renungan pagi untuk menemani weekend bersama keluarga tercinta dan sebagai autokritik terhadap diri sendiri

*IBLIS ITU SANGAT ALIM..*

Jika engkau bertanya tentang alqur'an kepada iblis, maka iblis akan bisa menerangkan dengan sangat jelas, karena iblis tau persis kapan ayat itu turun dari langit...

Jika engkau bertanya tentang ilmu hadist kepadanya, maka iblis akan sangat pandai menjelaskannya, karena iblis tau asbabul wurud dari hadist tsb....

Jika engkau bertanya tentang dongeng para nabi, iblis akan dengan tepat menceritakannya karena iblis sudah ada sejak nabi adam masih  berada dalam surga...

iblis ahli alqur'an...
iblis ahli hadist....
iblis ahli riwayat..
iblis alim/pandai dalam segala ilmu...
tapi iblis tidak pernah menjadi kekasih Allah,  karena dalam diri iblis ada kalimat...

*"AKU LEBIH BAIK DARI SIAPAPUN"*

Jadi berlimupun tak menjamin orang pasti ta'at dan sholih. Namun demikian kita tetap berusaha dengan kesungguhan,  kerendah hati, berdoa, bersyukur, tawakkal, agar menjadi orang yang taat dan sholih

*Yang kita takutkan adalah ......

1. Hati yang kian mengeras dan sulit menerima nasehat, namun sangat pandai menasehati.
2. Yang selalu merasa paling benar, sehingga
merendahkan yang lain.
3. Ego yang  terlalu tinggi, hingga
merasa paling baik di antara yang lain.
4. Lupa bercermin, namun  sibuk berprasangka buruk kepada yang lain.
5. ilmu yang membuat menjadi sombong, memandang yang lain berbeda.
6. lidah yang  makin lincah membicarakan aib orang lain, namun lupa dengan aib yang menggunung.
7. Hebat dalam berkata namun  buruk dalam berbuat.
8. Cerdas dalam mengkritik, namun lemah dalam mengkoreksi diri sendiri.
9. Membenci dosa orang lain, namun
saat aku sendiri buat dosa aku enggan membencinya.

Semoga Alloh senantiasa menyadarkan berbagai kesalahan kita sehingga lebih rajin instrospeksi diri daripada menggurusi orang lain yang belum tentu perilaku dan tutur katanya lebih baik dari diri kita. Amin...

Kamis, 19 Juli 2018

UMRAH DAN HAJI SEBAGAI PENEBUS DOSA


Oleh
Ustadz Nur Kholis bin Kurdian

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ﴿العُمْرَةُ إِلَى العُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا، وَالحَجُّ المَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الجَنَّةُ﴾.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu‘anh berkata, “Sesungguhnya Rasûlullâh shallallahu’alaihiwasallam bersabda, “Umrah satu ke Umrah lainnya adalah penebus dosa antara keduanya, dan haji yang mabrur tidak ada pahala baginya selain Surga.”

TAKHRIJ HADITS
Hadits ini sahih diriwayatkan oleh:
1. al-Bukhari dalam Sahîh-nya Bab Wujûb al-‘Umrah wa Fadhluha (no. 1773) dari jalur Malik bin Anas.[1]

2. Muslim dalam Sahih-nya pada Bab Fadhl al-Hajj wa al-‘Umrah (no. 437) dari jalur Malik bin Anas.[2]

3. al-Tirmidzi dalam Sunan-nya pada Bab Maa Dzukir fi Fadhl al-‘Umrah (no. 933) dari jalur Sufyan al-Tsauri.[3]

4. al-Nasa’i dalam Sunan-nya pada Bab Fadhl al-Hajj al-Mabrûr (no. 2622) dari jalur Suhail bin Abi Saleh,[4] dan pada Bab Fadhl al-‘Umrah (no. 2629) dari jalur Malik bin Anas.[5]

5. Ibn Majah dalam Sunan-nya pada Bab Fadhl al-Hajj wa al-‘Umrah (no. 2888) dari jalur Malik bin Anas.[6]

Mereka semuanya dari Sumaiy dari Abu Hurairah radhiyallahu’anh marfu’an.

MAKNA MUFRADAT
كَفَّارَةٌ (Kaffarah) artinya penebus dosa

الحَجُّ المَبْرُورُ (al-Hajj al-Mabrur) artinya Haji yang tidak tercampuri dengan dosa,[7] karena al-Mabrur dari kata al-Birr yang artinya ketaatan. Dan ada yang mengartikan sebagai haji yang diterima.[8]

KEUTAMAAN UMRAH
Dalam hadits di atas, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan keutamaan umrah dan haji. Yaitu umrah dapat menebus dosa antara dua umrah. Penebus dosa semacam ini digolongkan oleh para Ulama dalam kategori amal shaleh atau ketaatan. Akan tetapi amal shaleh tersebut menurut Jumhur ahlus sunnah hanya dapat menebus dosa kecil saja, itupun dengan syarat menjauhi dosa-dosa besar.[9] Sebagaimana sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam beberapa hadis, diantaranya :

الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ، وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ، وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ، مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ

Shalat lima waktu, dan Jum’at satu ke Jum’at lainnya, dan Ramadhan satu ke Ramadhan lainnya adalah penebus dosa antara kesemuanya itu selagi seseorang menjauhi dosa-dosa besar.[10]

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :

مَا مِنَ امْرِئٍ مُسْلِمٍ تَحْضُرُهُ صَلَاةٌ مَكْتُوبَةٌ فَيُحْسِنُ وُضُوءَهَا وَخُشُوعَهَا وَرُكُوعَهَا، إِلَّا كَانَتْ كَفَّارَةً لِمَا قَبْلَهَا مِنَ الذُّنُوبِ مَا لَمْ يُؤْتِ كَبِيرَةً وَذَلِكَ الدَّهْرَ كُلَّهُ»

Tidaklah seorang Muslim kedatangan waktu shalat fardhu kemudian ia membaguskan wudhunya, membaguskan khusyuknya dan rukuknya kecuali hal itu sebagai penebus dosa yang telah ia lakukan sebelumnya selagi ia tidak melakukan dosa besar, dan penebusan dosa itu berlangsung sepanjang zaman.[11]

Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Semua dosa itu dapat diampuni dengan sebab amal shaleh kecuali dosa besar karena dosa besar itu hanya dapat ditebus dengan taubat.

Al-Qâdhi ‘Iyâdh rahimahullah berkata, “Ampunan yang disebutkan dalam hadis ini adalah selagi yang bersangkutan tidak melakukan dosa besar dan ini adalah pendapat ahlus sunnah, dan dosa besar itu hanya dapat ditebus dengan taubat atau rahmat dan keutamaan dari Allâh ta’ala.[12]

Kemudian ada satu pertanyaan, “Jika seseorang tidak memiliki dosa kecil, karena dosa-dosa kecilnya telah tertebus dengan amal saleh lainnya seperti shalat lima waktu, Jum’at, puasa Arafah dan lain-lain, dosa apakah yang akan ditebus oleh umrah tersebut ?”

Jawabannya adalah, “Jika seseorang tidak memiliki dosa kecil dan dosa besar, maka umrah satu ke umrah lainnya tersebut dicatat sebagai amal shaleh yang dengannya derajat seorang hamba menjadi tinggi. Dan jika ia tidak memiliki dosa kecil akan tetapi memiliki dosa besar maka diharapkan semoga dapat meringankannya.”

Hal ini sebagaimana yang disebutkan oleh as-Suyuthi rahimahullah pada salah satu faidah yang beliau rahimahullah nukil dari Imam Nawawi rahimahullah bahwasannya jika ada yang mengatakan, “Jika wudhu itu penebus dosa maka dosa apa yang akan ditebus oleh shalat ? Dan jika shalat itu penebus dosa maka dosa apa yang akan ditebus oleh puasa Arafah, puasa ‘Asyura’ dan ucapan amin seorang Makmum yang bertepatan dengan ucapan amin Para Malaikat ? yang mana semua itu adalah penebus dosa sebagaimana yang telah dijelaskan dalam hadits Nabi. Maka jawabannya adalah sebagaimana jawaban para Ulama yaitu semua amal shaleh itu adalah penebus dosa kecil jika dosa itu ada pada diri seorang hamba, dan jika pada dirinya tidak terdapat dosa besar atau kecil, maka semua amal shaleh itu ditulis sebagai kebaikan yang dengannya derajat seorang hamba ditinggikan, dan jika pada dirinya tidak ada dosa kecil, akan tetapi terdapat dosa besar maka kami berharap dapat memperingannya.[13]

Kemudian apakah wujud penebusan dosa tersebut berupa penambahan berat timbangan kebaikan nanti pada hari kiamat atau penghapusan dosa ?

Jawabannya adalah penebusan dosa tersebut berupa penghapusan dosa, sebagaimana yang telah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebutkan dalam hadits lain bahwa amal kebaikan itu dapat menghapus dosa seorang hamba. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا

Dan iringilah perbutan jelek dengan perbuatan baik, maka perbuatan baik tersebut akan menghapusnya.[14]

Seorang hamba ketika meninggalkan dunia ini dalam keadaan berbeda-beda, ada yang tidak memiliki dosa sama sekali, karena ia telah diberi taufik oleh Allâh Azza wa Jalla untuk melakukan amal shaleh dan bertaubat kepada-Nya dari semua dosa-dosa besarnya, ada pula yang membawa amal shaleh dan membawa dosa besar selain syirik. Jika Allâh Azza wa Jalla menghendaki pengampunan maka dosa besar seorang hamba akan diampuni-Nya, dan jika tidak, maka Allâh Azza wa Jalla akan melakukan timbangan amal untuk menentukan salah satu dari keduanya mana yang berat.

Oleh karena itu hendaknya seorang Muslim senantiasa waspada ! Jika ia terjatuh kedalam kubangan dosa kecil maka hendaknya ia segera melakukan amal shaleh agar dosa akibat perbuatannya itu terhapus dengan amal shaleh yang dilakukannya. Sedangkan, jika ia terjatuh pada kubangan dosa besar maka hendaknya ia segera bertaubat sebelum ia lupa dan sebelum datang kematian menghampirinya.

KEUTAMAAN HAJI MABRUR
Dalam hadits di atas, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menyebutkan keutamaan haji mabrûr yakni haji yang tidak tercampuri dengan dosa. Balasan bagi orang yang hajinya mabrûr tiada lain kecuali surga. Imam Nawawi rahimahullah menambahkan bahwa balasan bagi orang yang hajinya mabrur itu tidak hanya diampuni dosa-dosanya akan tetapi juga dimasukkan ke dalam surga.[15]

Ada suatu pertanyaan, “Apakah kriteria haji mabrûr itu ?

Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah menyebutkan empat kriteria haji mabrûr, yaitu :

1. Ikhlâs karena Allâh Azza wa Jalla, bukan karena riyâ’ seperti ingin mendapatkan pujian dan penghormatan dari masyarakat, dan juga bukan karena sum’ah seperti menceritakan bahwa ia sudah pernah berhaji dengan tujuan agar dipanggil Pak haji atau Bu hajah.

2. Mutâba’ah mengikuti tuntunan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam manasiknya,[16] sebagaimana sabda Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

لِتَأْخُذُوا مَنَاسِكَكُمْ

Hendaknya engkau ambil dariku tuntunan manasik kalian.[17]

3. Dari harta yang halal, bukan dari harta yang haram seperti riba, hasil dari perjudian atau hasil dari merampas hak orang lain,[18] atau hasil korupsi dan lain sebagainya, sebagaimana sabda Nabi:

أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ، فَقَالَ: يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا ۖ إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ [المؤمنون: 51] وَقَالَ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ [البقرة: 172] ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ، يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ، يَا رَبِّ، يَا رَبِّ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ، وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ، وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ، وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ، فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ؟ ”

Wahai manusia, sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik pula. Sesungguhnya Allâh Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada kaum Mukminin seperti yang Dia perintahkan kepada para rasul. maka, Allâh Azza wa Jalla berfirman, ’Wahai para rasul! Makanlah dari (makanan) yang baik-baik, dan kerjakanlah kebajikan’ (al-Mu’minûn/23:51). Dan Allâh Azza wa Jalla berfirman,’Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari rizki yang baik yang Kami berikan kepada kamu’ (al-Baqarah/2:172). Kemudian Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan orang yang bepergian dalam waktu lama; rambutnya kusut, berdebu, dan menengadahkan kedua tangannya ke langit, ‘Wahai Rabb-ku, wahai Rabb-ku,’ sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan diberi kecukupan dengan yang haram, bagaimana doanya akan dikabulkan?”.[19]

4. Terbebas dari perbuatan rafats (jima’ atau perkataan dan perbuatan yang mengarah ke sana), dan fusuq (kefasikan), serta jidal (berdebat bukan dalam rangka menegakkan kebenaran).[20] Hal ini sebagaimana penjelasan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadis belia Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

مَنْ حَجَّ لِلَّهِ فَلَمْ يَرْفُثْ، وَلَمْ يَفْسُقْ، رَجَعَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ

Barangsiapa melakukan haji ikhlas karena Allâh Subhanahu wa Ta’ala tanpa berbuat keji dan kefasikan, maka ia kembali tanpa dosa sebagaimana waktu ia dilahirkan oleh ibunya”.[21]

Ulama yang lain menyebutkan bahwa tanda haji mabrur adalah amal perbuatan seseorang setelah menunaikan ibadah haji lebih baik dibandingkan sebelumnya.[22]

FAWAID DARI HADITS
1. Amal shaleh dapat menebus dosa kecil, dan diantara amalan shaleh itu adalah umrah dan haji.

2. Balasan haji mabrûr selain bisa menebus dosa juga bisa menyebabkan masuk surga.

3. Harta yang halal merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan haji mabrûr.

4. Amal shaleh dapat mengangkat derajat seseorang di sisi Allâh Azza wa Jalla .

5. Ikhlas dan mutâba’ah merupakan syarat dasar diterimanya amal shaleh.

6. Taubat merupakan penebus dosa kecil dan besar.

7. Bagi seorang hamba jika ia terjatuh dalam dosa kecil maka hendaknya ia segera melakukan amal shaleh sebagai kaffarah-nya, dan jika ia terjatuh dalam dosa besar maka hendaknya ia lekas-lekas bertaubat sebelum ia lupa atas dosa tersebut dan sebelum ajal menjemput nyawa.

8. Seorang Muslim dalam melakukan amal shaleh hendaknya diniatkan untuk menebus dosa, kemudian diniatkan untuk mendapatkan pahala dan ridha Allâh Azza wa Jalla .

9. Wujud dari penebusan dosa bagi seorang hamba adalah terhapusnya dosa hamba yang bersangkutan.

10. Dosa besar selain kesyirikan itu tergantung pada kehendak Allâh Subhanahu wa Ta’ala , jika Dia menghendaki pengampunan maka diampuni dosa tersebut, dan jika tidak, maka dilakukan hisab.

MARAJI’
• Sahîh al-Bukhâri. Muhammad bin Isma’il. Beirut: Dar Tauq al-Najah, 1422 H.
• Sahîh Muslim. Muslim bin Hajjaj. Beirut: Dar Ihya’ al-Turats al-‘Arabi, tanpa tahun.
• Sunan al-Tirmidzi. Muhammad bin ‘Isa. Mesir: Maktabah Musthafa al-Baby al-Halabi, 1395 H.
• Sunan al-Nasâ’i. Ahmad bin Syu’aib. Halab: Maktab al-Mathbu’at al-Islamiyyah, 1406 H.
• Sunan Ibn Mâjah. Muhammad bin Yazid. Tanpa tempat: Dar Ihya’ al-Kutub al-‘Arabiyyah, tanpa tahun), hal. 964.
• Kitab al-‘Ain. al-Khalil bin Ahmad al-Bashri. Tanpa tempat: Dar Maktabat al-Hilal, tanpa tahun.
• al-Muhkam wa al-Muhith al-A’dzam. Ibn Sidah. Beirut: Dar al-Kutub al-‘ilmiyah, 1421 H.
• al-Nihâyâh fi Gharîb al-Hadîts wa al-Atsar. Ibn al-Atsir. Beirut: Maktabat al-‘Ilmiyyah, 1399 H.
• Tafsîr Gharîb Maa fi al-Shahihain al-Bukhari wa Muslim. Muhammad bin Futuh al-Humaidi. Mesir: Maktabat al-Sunnah, 1415 H.
• Lawami’ al-Anwâr al-Bahiyyah. Muhammad bin Ahmad al-Sifarini. Damaskus: Muassasat al-Khafiqain wa Maktabatiha, 1402 H.
• al-Minhaj Syarah Sahih Muslim bin Hajjaj. Yahya bin Syaraf al-Nawawi. Beirut: Dar Ihya’ Turats al-‘Arabi, 1392 H.
• al-Dibaj Syarh Sahih Muslim bin Hajjaj. Abdurrahman al-Suyuthi. Arab Saudi: Dar Ibn ‘Affan, 1416 H.
• Syarh Riyâdh al-Shâlihin. Muhammad bin Saleh al-‘Utsaimin. Riyadh: Dar al-Wathan, 1426 H.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 05/Tahun XVI/1433H/2012M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]

Sumber: https://almanhaj.or.id/4053-umrah-dan-haji-sebagai-penebus-dosa.html

Minggu, 15 Juli 2018

Hadits Iman Islam dan Ihsan

HADITS KEDUA

عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّد أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ   وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً قَالَ : صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ . قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا، قَالَ أَنْ تَلِدَ اْلأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي الْبُنْيَانِ، ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرَ أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلِ ؟ قُلْتُ : اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمَ . قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتـَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ .  

[رواه مسلم]

 

Arti hadits / ترجمة الحديث :

Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) seraya berkata: “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam : “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata: “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang  membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian dia berkata: “ anda benar“.  Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda: “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata: “ Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya “. Dia berkata:  “ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, beliau bersabda:  “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian)  berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “ Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. aku berkata: “ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda: “ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “.

(Riwayat Muslim)

Catatan :

Hadits ini merupakan hadits yang sangat dalam maknanya, karena didalamnya terdapat pokok-pokok ajaran Islam, yaitu Iman, Islam dan Ihsan.

Hadits ini mengandung makna yang sangat agung karena berasal dari dua makhluk Allah yang terpercaya, yaitu: Amiinussamaa’ (kepercayaan makhluk di langit/Jibril) dan Amiinul Ardh (kepercayaan makhluk di bumi/ Rasulullah)

Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :

Disunnahkan untuk memperhatikan kondisi  pakaian, penampilan dan kebersihan, khususnya jika menghadapi ulama, orang-orang mulia dan penguasa.

Siapa yang menghadiri majlis ilmu dan menangkap bahwa orang–orang yang hadir butuh untuk mengetahui suatu masalah dan tidak ada seorangpun yang bertanya, maka wajib baginya bertanya tentang hal tersebut meskipun dia mengetahuinya agar peserta yang hadir dapat mengambil manfaat darinya.

Jika seseorang yang ditanya tentang sesuatu maka tidak ada cela baginya untuk berkata: “Saya tidak tahu“,  dan hal tersebut tidak mengurangi kedudukannya.

Kemungkinan malaikat tampil dalam wujud manusia.

Termasuk tanda hari kiamat adalah banyaknya pembangkangan terhadap kedua orang tua. Sehingga anak-anak memperlakukan kedua orang tuanya sebagaimana seorang tuan memperlakukan hambanya.

Tidak disukainya mendirikan bangunan yang tinggi dan membaguskannya sepanjang tidak ada kebutuhan.

Didalamnya terdapat dalil bahwa perkara ghaib tidak ada yang mengetahuinya selain Allah ta’ala.

Didalamnya terdapat keterangan tentang adab dan cara duduk dalam majlis ilmu.

Media Muslim INFO Project | http://www.mediamuslim.info | Indonesia @ 1428 H / 2007 M