Minggu, 24 Juni 2018

Renungkan dan laksanakan

Pertandingan bola :    90 menit
Film serial               :    60 menit
Film action             :  130 menit
Shalat                      :       5 menit

Neraka Jahannam :
SEPANJANG HIDUP

Surga :
SEPANJANG HIDUP

Mari kita merenung
Whatsapp   : 300 kawan
Kontak        :    80 kawan
Kawan dikampung : 50 org
Kawan dimasa sulit : 1
Kawan di jenazahmu : keluargamu
Kawan di kubur : kau sendirian

Jangan merasa aneh, inilah kehidupan
Hakikatnya :
TAK ADA YANG MEMBERIMU MANFAAT SELAIN SHOLATMU

Jika kau mendapati debu di mushafmu ( Kitab Alqur'an )
Maka Tangisilah dirimu sendiri !

Barangsiapa yang tidak membaca Al-Quran selama 3 hari tanpa ada udzur maka ia dinamakan Hajir / seorang yang meninggalkan Al-Quran

Ulasan :

"Peringatkan lah karena peringatan akan memberikan manfaat pada kaum mukminin"

Alam yang aneh,
Jenazah disusul dengan jenazah . . kematian disusul dengan kematian berikutnya.

Berita tentang kematian terus bermunculan ada yang mati karena kecelakaan ada karena sakit ada yang tiba2 mati tanpa diketahui sababnya semuanya tinggalkan dunia ini dan mereka semua kami kuburkan dan itu pasti.

Hariku dan harimu pasti akan tiba persiapkanlah bekal untuk perjalanan yang tak dapat kembali.

Wahai orang yang menunda Taubat dengan alasan karena masih muda

Maaf.....

Kuburan bukanlah tempat untuk orang dewasa saja
(kuburan tempat manusia
segala usia)

Sungguh Dunia itu hanya 3 hari :

Hari Kemarin :
Kita hidup disitu, dan tidak akan kembali lagi

Hari ini :
Kita jalani namun tak berlangsung lama

Besok :
Kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi dan tidak ada jaminan kita bisa hidup sampai besok.

Maka saling memaafkan dan sedekahlah

Karena :

Aku engkau dan mereka
AKAN PERGI meninggalkan gemerlapnya dunia selamanya ...

Ya Allah kami memohon pada Mu husnulkhatimah dan beruntung dengan mendapatkan surga dan selamat dari api neraka aamiin ya robbal alamiin

Saudara ku yang mulia :

Barangsiapa yang hidup dalam suatu kebiasaan maka ia akan mati dengan kebiasaan itu....

Dan barangsiapa yang mati dalam suatu keadaan maka ia akan dibangkitkan dalam keadaan tersebut....

Jika kau sudah membaca tulisan ini kau sudah mendapatkan pahala nya, namun bila kau menyebarkannya dan orang lain mendapakan manfaat juga maka akan dilipat gandakan pahala mu Insyaa Allah.

(Ust. Bachtiar Nasir)

Sabtu, 09 Juni 2018

KHUTBAH IDUL FITRI 1439 H

(YouTube)
ﺍﻟﻠﻪ ﺃﻛﺒﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﻛﺒﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﻛﺒﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﻛﺒﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﻛﺒﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﻛﺒﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﻛﺒﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﻛﺒﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﻛﺒﺮ
ﺍَﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻟِﻠّﻪِ ﺭَﺏِّ ﺍﻟْﻌَﺎﻟَﻤِﻴْﻦَ ﻧَﺤْﻤَﺪُﻩُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻌِﻴْﻨُﻪُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮُﻩُ ﻭَﻧَﺘُﻮْﺏُ ﺍِﻟَﻴْﻪِ ﻭَﻧَﻌُﻮْﺫُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻣِﻦْ ﺷُﺮُﻭْﺭِ ﺍَﻧْﻔُﺴِﻨَﺎ ﻭَﺳَﻴِّﺌَﺎﺕِ ﺍَﻋْﻤَﺎﻟِﻨَﺎ ﻣَﻦْ ﻳَﻬْﺪِ ﺍﻟﻠﻪُ ﻓَﻼَ ﻣُﻀِﻞَّ ﻟَﻪُ ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﻀْﻠِﻞْ ﻓَﻼَ ﻫَﺎﺩِﻱَ ﻟَﻪُ . ﺍَﺷْﻬَﺪُ ﺍَﻥْ ﻻَ ﺍِﻟﻪَ ﺍِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪُ ﻭَﺣْﺪَﻩُ ﻻَ ﺷَﺮِﻳْﻚَ ﻟَﻪُ ﻭَﺍَﺷْﻬَﺪُ ﺍَﻥَّ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ ﻋَﺒْﺪُﻩُ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟُﻪُ ﻭَﺍﻟﺼَّﻼَﺓُ ﻭَﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ ﻋَﻠَﻰ ﻧَﺒِﻴِّﻨَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺀَﺍﻟِﻪِ ﻭَﺍَﺻْﺤَﺎﺑِﻪِ ﻭَﻣَﻦْ ﺗَﺒِﻌَﻪُ ﺍِﻟَﻰ ﻳَﻮْﻡِ ﺍﻟﺪِّﻳْﻦِ . ﺍَﻣَّﺎ ﺑَﻌْﺪُ : ﻓَﻴَﺎﻋِﺒَﺎﺩَ ﺍﻟﻠﻪِ : ﺍُﻭْﺻِﻴْﻜُﻢْ ﻭَﻧَﻔْﺴِﻲ ﺑِﺘَﻘْﻮَ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﻃَﺎﻋَﺘِﻪِ ﻟَﻌَﻠَّﻜُﻢْ ﺗُﻔْﻠِﺤُﻮْﻥَ . ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟﻠﻪُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﻓِﻰ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ ﺍﻟْﻜَﺮِﻳْﻢِ : ﻳَﺎﺍَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺍَﻣَﻨُﻮﺍ ﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﺣَﻖَّ ﺗُﻘَﺎﺗِﻪِ ﻭَﻻَ ﺗَﻤُﻮْﺗُﻦَّ ﺍِﻻَّ ﻭَﺍَﻧْﺘُﻢْ ﻣُﺴْﻠِﻤُﻮْﻥَ
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Yang Berbahagia.
dakwatuna.com – Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah swt yang telah memberikan kenikmatan kepada kita dalam jumlah yang sangat banyak, salah satunya adalah nikmat Iman dan Islam sehingga bisa kita nikmati ibadah Ramadhan yang baru saja kita lewati dan ibadah shalat Idul Fitri pada pagi ini. Semoga apa yang kita laksanakan selalu mendapat ridha dari Allah swt, aamiin.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad saw, keluarga sahabat dan para penerusnya hingga hari akhir nanti.
Ketika Ramadhan kita akhiri kemarin sore, rasa sedih dan gembira bercampur menjadi satu dalam jiwa kita masing-masing. Sedih karena terasa cepat Ramadhan berlalu sementara kita merasakan Ramadhan tahun ini belum begitu optimal kita manfaatkan untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah swt, apalagi kita dibayang-bayangi perasaan belum tentu Ramadhan tahun mendatang bisa kita jumpai lagi karena usia kita belum tentu sampai. Meskipun begitu kita pun bergembira karena teringat akan janji Allah swt untuk orang yang beribadah Ramadhan dengan baik, janji ampunan dosa sehingga kita dikembalikan seperti bayi yang baru dilahirkan, itu pula sebabnya mengapa takbir, tahlil, tasbih dan tahmid kita gemakan hingga pagi ini.
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Yang Berbahagia.
Salah satu yang harus kita waspadai sejak dulu hingga kini adalah berita atau informasi bohong (Hoax) mewarnai kehidupan kita. Lebih menyakitkan adalah berita fitnah yang membuat orang termakan berita. Mereka akan menganggap buruk bahkan sangat buruk orang yang sebenarnya baik, bahkan sangat baik.
Istri Nabi Muhammad saw, yaitu Aisyah ra yang merupakan putri dari Abu Bakar Ash Shiddik mengalami hal ini. Aisyah ra diberitakan berselingkuh hanya karena ia berdua dengan Shafwan sepulang dari medan perang. Berduaan itu pun bukan unsur kesengajaan, tapi ia tertinggal rombongan karena harus buang hajat dan Shafwan yang pulang belakangan mendapatinya sendirian. Maka pilihan terbaik adalah Aisyah menunggang untanya Shafwan dan Shafwan berjalan kaki menuntun unta itu.
Ketika orang munafik melihatnya, maka ia memberitakan kepada seorang sahabat yang bernama Mistah bahwa Aisyah berselingkuh dan Mistah menyampaikannya lagi kepada banyak orang, begitu cepat berita bohong itu tersebar hingga sampai ke telinga Rasulullah saw dan Abu Bakar ash Shiddik. Banyak orang termakan berita ini, termasuk Rasulullah saw hingga hubungannya dengan Aisyah menjadi guncang yang merusak keharmonisan suami istri.
Namun demikian, setiap kejadian pasti ada hikmahnya. Karena itu, setiap kita harus waspada dan jangan sampai menjadi bagian dari penyebar berita bohong. Ini bukanlah karakter orang beriman, tapi justru yang tidak beriman atau yang sudah rusak keimanannya, Allah swt berfirman:
ﺇِﻥَّ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺟَﺎﺀُﻭﺍ ﺑِﺎﻟْﺈﻓْﻚِ ﻋُﺼْﺒَﺔٌ ﻣِﻨْﻜُﻢْ ﻟَﺎ ﺗَﺤْﺴَﺒُﻮﻩُ ﺷَﺮًّﺍ ﻟَﻜُﻢْ ﺑَﻞْ ﻫُﻮَ ﺧَﻴْﺮٌ ﻟَﻜُﻢْ ﻟِﻜُﻞِّ ﺍﻣْﺮِﺉٍ ﻣِﻨْﻬُﻢْ ﻣَﺎ ﺍﻛْﺘَﺴَﺐَ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺈِﺛْﻢِ ﻭَﺍﻟَّﺬِﻱ ﺗَﻮَﻟَّﻰ ﻛِﺒْﺮَﻩُ ﻣِﻨْﻬُﻢْ ﻟَﻪُ ﻋَﺬَﺍﺏٌ ﻋَﻈِﻴﻢٌ
Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar. (QS An Nur [24]:1)
Di dalam ayat lain, yang suka menyebarkan berita bohong adalah orang yang fasik sehingga kita harus lebih waspada lagi, agar jangan sampai kita bersikap dan bertindak yang salah, Allah swt berfirman:
ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﺇِﻥْ ﺟَﺎﺀَﻛُﻢْ ﻓَﺎﺳِﻖٌ ﺑِﻨَﺒَﺈٍ ﻓَﺘَﺒَﻴَّﻨُﻮﺍ ﺃَﻥْ ﺗُﺼِﻴﺒُﻮﺍ ﻗَﻮْﻣًﺎ ﺑِﺠَﻬَﺎﻟَﺔٍ ﻓَﺘُﺼْﺒِﺤُﻮﺍ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎ ﻓَﻌَﻠْﺘُﻢْ ﻧَﺎﺩِﻣِﻴﻦَ
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu (QS Al Hujurat [49]:6).
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Jamaah Shalat Id Yang Dimuliakan Allah.
Besar bahaya yang dialami diri, keluarga, masyarakat dan bangsa kita bila hoax ini terus berkembang. Paling tidak, ada tiga bahayanya.
Pertama, hilangnya nilai berita, orang tidak percaya kepada berita, meskipun berita itu benar. Berita yang sudah benar akhirnya masih harus dicari lagi kebenarannya. Orang pun sampai bertanya kepada orang yang juga tidak tahu kebenarannya.
Kedua, Kehilangan rasa saling percaya, ini merupakan keadaan yang tersiksa, orang yang baik diragukan atas informasi yang disampaikannya, karena bisa jadi, iapun pernah menyebarkan berita bohong. Bila orang baik saja diragukan kebenarannya, apalagi orang yang tidak baik. Yang justru aneh adalah orang buruk dipercaya, orang baik diabaikan. Masyarakat yang adil dan makmur salah satu tanda adalah masyarakat yang saling percaya.
Ketiga, terbentuk opini keburukan dalam pikiran masyarakat sehingga logikanya menjadi terbalik, yang baik dikatakan buruk dan yang buruk dianggap baik. Yang benar dikatakan salah dan yang salah dikatakan benar.
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Rahimakumullah.
Salah satu yang harus kita waspadai dari penyebaran berita bohong adalah dampaknya yang bisa merusak hubungan sosial. Setelah mengetahui bahwa yang menyebarkan berita fitnah terhadap Aisyah adalah Mistah, maka Abu Bakar Ash Shidiq sangat kecewa dengan apa yang dilakukannya, apalagi Mistah itu selama ini dibantu kebutuhan ekonominya dan masih ada hubungan kekerabatan, karena ia adalah anak dari saudara ibunya Abu Bakar dan ikut berhijrah serta berperang. Abu Bakar sampai bersumpah untuk tidak mau membantu Mistah lagi. Meskipun Abu Bakar sangat kecewa, tapi pernyataannya itu berlebihan, karenanya Allah swt menurunkan ayat 22 dari surat An Nur yang memberi arahan kepadanya dengan arahan yang luar biasa, Allah swt berfirman:
ﻭَﻟَﺎ ﻳَﺄْﺗَﻞِ ﺃُﻭﻟُﻮ ﺍﻟْﻔَﻀْﻞِ ﻣِﻨْﻜُﻢْ ﻭَﺍﻟﺴَّﻌَﺔِ ﺃَﻥْ ﻳُﺆْﺗُﻮﺍ ﺃُﻭﻟِﻲ ﺍﻟْﻘُﺮْﺑَﻰ ﻭَﺍﻟْﻤَﺴَﺎﻛِﻴﻦَ ﻭَﺍﻟْﻤُﻬَﺎﺟِﺮِﻳﻦَ ﻓِﻲ ﺳَﺒِﻴﻞِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﻟْﻴَﻌْﻔُﻮﺍ ﻭَﻟْﻴَﺼْﻔَﺤُﻮﺍ ﺃَﻟَﺎ ﺗُﺤِﺒُّﻮﻥَ ﺃَﻥْ ﻳَﻐْﻔِﺮَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻟَﻜُﻢْ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﻏَﻔُﻮﺭٌ ﺭَﺣِﻴﻢٌ
Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat (nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS An Nur [24]:22).
Dari ayat di atas, agar tidak rusak hubungan sosial dengan sebab adanya berita bohong, maka Allah swt memberikan arahan kepada Abu Bakar Ash Shiddik yang juga berlaku buat kita semua dengan empat arahan. Pertama, kemarahan dan kekecewaan jangan membuat orang yang berkemampuan tidak mau lagi membantu orang yang tidak mampu, apalagi ia sangat membutuhkan bantuan. Keutamaan yang ada pada diri kita seharusnya tidak sampai bersikap berlebihan. Memang kita punya mau, orang yang dibantu berlaku baik kepada orang yang membantu, jangan sampai mengecewakan dan menyakitkan perasaan, tapi ada saat seseorang melakukan kekeliruan. Membantu orang yang miskin merupakan karakter orang yang shalih dan bertakwa kepada Allah swt. Karena itu, kekecewaan kepada orang yang biasa kita bantu tidak boleh sampai menghentikan bantuan kepadanya.
Kedua arahan kepada Abu Bakar yang berarti kepada kita semua adalah wal ya’fuw atau memaafkan. Ini merupakan sifat yang amat mulia, karenanya menjadi salah satu ciri orang yang bertakwa. Memaafkan itu tidak harus menunggu orang yang salah meminta maaf, jangankan ia minta maaf, tidak minta maaf juga kita sudah memaafkannya, inilah takwa yang sejati. Tapi bila orang tidak bertakwa, orang yang salah minta maafpun, ia tidak mau memaafkannya. Padahal bila kita bersalah pada orang lain, kita ingin sekali mendapatkan maaf darinya, lalu mengapa kita tidak mau memaafkan orang lain. Karena itu, meskipun besar kekecewaan Abu Bakar kepada penyebar berita bohong, sikap terbaik adalah memaafkannya. Dalam konteks kehidupan sekarang, bila penyebar berita bohong harus dipenjarakan, jutaan orang akan masuk ke penjara, karena begitu banyak orang yang menyebarkannya melalui media sosial. Kata afwu diartikan meninggalkan sanksi terhadap yang bersalah. Memaafkan berarti menghapus, habis tiada berbekas.
Arahan ketiga adalah wal yashfahu atau berlapang dada. Pakar Bahasa Al Quran ar Raghib al Ashfahani seperti yang dikutip oleh M Quraish Shihab menjelaskan bahwa ash shafh berada pada tingkat yang lebih tinggi dari al afwu . Dari akar kata ash shafh lahir kata shafhat yang antara lain berarti lembaran yang terhampar, ini memberi kesan bahwa yang melakukannya membuka lembaran baru, putih bersih, belum pernah dipakai apalagi dinodai oleh sesuatu. Dengan demikian, sesudah memaafkan kesalahan orang lain, setiap kita sudah merasa tidak pernah ada masalah, tidak ada hambatan psikologis atau kejiwaan dalam berinteraksi kepada orang yang pernah bersalah. Dari sini berkembang pula apa yang disebut dengan al  mushafahah, berjabatan tangan atau bersalam-salaman, karena orang yang berlapang dada mau berjabatan tangan.
Dan keempat, arahan untuk Abu Bakar dan kita semua dalam menghadapi kesalahan orang lain adalah mengutamakan ampunan dari Allah ketimbang menuruti emosi kemarahan. Karenanya, sebesar-besarnya kekecewaan dan kemarahan kita kepada orang lain, apalagi kepada keluarga sendiri, jangan sampai kita menumpahkan kemarahan, apalagi sampai mengakibatkan risiko yang lebih besar. Ibadah puasa mendidik kita untuk mampu mengendalikan emosi karena ampunan Allah swt yang lebih kita utamakan.
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Yang Berbahagia.
Rasulullah saw juga pernah marah dan kecewa berat kepada para sahabat setelah perang uhud mengalami kekalahan. Kalah dan menang mungkin saja terjadi dalam perang. Kalah bila musuh memang hebat bisa diterima, tapi ini kalah karena kelalaian para sahabat dengan sebab mereka meninggalkan pos yang seharusnya dijaga demi mendapatkan harta. Tapi, perang memang sudah kalah, mau dikata apalagi. Perjuangan masih panjang, perbaikan dan konsolidasi harus dilakukan. Maka Rasulullah saw diarahkan dengan tiga arahan, yakni maafkan mereka, doakan mereka agar dimaafkan dan libatkan mereka dalam musyawarah, Allah swt berfirman:
. ﻓَﺒِﻤَﺎ ﺭَﺣْﻤَﺔٍ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻟِﻨْﺖَ ﻟَﻬُﻢْ ﻭَﻟَﻮْ ﻛُﻨْﺖَ ﻓَﻈًّﺎ ﻏَﻠِﻴﻆَ ﺍﻟْﻘَﻠْﺐِ ﻻﻧْﻔَﻀُّﻮﺍ ﻣِﻦْ ﺣَﻮْﻟِﻚَ ﻓَﺎﻋْﻒُ ﻋَﻨْﻬُﻢْ ﻭَﺍﺳْﺘَﻐْﻔِﺮْ ﻟَﻬُﻢْ ﻭَﺷَﺎﻭِﺭْﻫُﻢْ ﻓِﻲ ﺍﻷﻣْﺮِ ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻋَﺰَﻣْﺖَ ﻓَﺘَﻮَﻛَّﻞْ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻳُﺤِﺐُّ ﺍﻟْﻤُﺘَﻮَﻛِّﻠِﻴﻦَ
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya  (QS Ali Imran [3]:159).
Dalam konteks kehidupan sekarang, media sosial memang sudah tidak bisa kita hindari. Karena itu gunakan setidaknya untuk lima hal. Pertama, untuk menguatkan persahabatan dan persaudaraan . Kedua, untuk menyebarkan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran. Ketiga, untuk menginformasikan kegiatan yang baik Keempat, menyampaikan pesan-pesan dakwah. Dan Kelima, untuk memudahkan usaha mencari nafkah secara jujur.
Demikian khutbah Id kita hari ini, semoga segala sesuatu kita gunakan dengan sebaik-baiknya agar tidak berdampak buruk bagi kita bersama. Marilah kita sama-sama berdoa:
ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺍﻧْﺼُﺮْﻧَﺎ ﻓَﺎِﻧَّﻚَ ﺧَﻴْﺮُ ﺍﻟﻨَّﺎﺻِﺮِﻳْﻦَ ﻭَﺍﻓْﺘَﺢْ ﻟَﻨَﺎ ﻓَﺎِﻧَّﻚَ ﺧَﻴْﺮُ ﺍﻟْﻔَﺎﺗِﺤِﻴْﻦَ ﻭَﺍﻏْﻔِﺮْ ﻟَﻨَﺎ ﻓَﺎِﻧَّﻚَ ﺧَﻴْﺮُ ﺍﻟْﻐَﺎﻓِﺮِﻳْﻦَ ﻭَﺍﺭْﺣَﻤْﻨَﺎ ﻓَﺎِﻧَّﻚَ ﺧَﻴْﺮُ ﺍﻟﺮَّﺍﺣِﻤِﻴْﻦَ ﻭَﺍﺭْﺯُﻗْﻨَﺎ ﻓَﺎِﻧَّﻚَ ﺧَﻴْﺮُ ﺍﻟﺮَّﺍﺯِﻗِﻴْﻦَ ﻭَﺍﻫْﺪِﻧَﺎ ﻭَﻧَﺠِّﻨَﺎ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻘَﻮْﻡِ ﺍﻟﻈَّﺎﻟِﻤِﻴْﻦَ ﻭَﺍﻟْﻜَﺎﻓِﺮِﻳْﻦَ .
Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang zhalim dan kafir.
ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺃَﺻْﻠِﺢْ ﻟَﻨَﺎ ﺩِﻳْﻨَﻨﺎَ ﺍﻟَّﺬِﻯ ﻫُﻮَ ﻋِﺼْﻤَﺔُ ﺃَﻣْﺮِﻧَﺎ ﻭَﺃَﺻْﻠِﺢْ ﻟَﻨَﺎ ﺩُﻧْﻴَﺎﻥَ ﺍﻟَّﺘِﻰ ﻓِﻴْﻬَﺎ ﻣَﻌَﺎﺷُﻨَﺎ ﻭَﺃَﺻْﻠِﺢْ ﻟَﻨَﺎ ﺁﺧِﺮَﺗَﻨَﺎ ﺍﻟَّﺘِﻰ ﻓِﻴْﻬَﺎ ﻣَﻌَﺎﺩُﻧَﺎ ﻭَﺍﺟْﻌَﻞِ ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺓَ ﺯِﻳَﺎﺩَﺓً ﻟَﻨَﺎ ﻓِﻰ ﻛُﻞِّ ﺧَﻴْﺮٍ ﻭَﺍﺟْﻌَﻞِ ﺍﻟْﻤَﻮْﺕَ ﺭَﺍﺣَﺔً ﻟَﻨَﺎ ﻣِﻦْ ﻛُﻞِّ ﺷﺮٍّ
Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi urusan kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup kami. Perbikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.
ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺍﻗْﺴِﻢْ ﻟَﻨَﺎ ﻣِﻦْ ﺧَﺸْﻴَﺘِﻚَ ﻣَﺎﺗَﺤُﻮْﻝُ ﺑَﻴْﻨَﻨَﺎ ﻭَﺑَﻴْﻦَ ﻣَﻌْﺼِﻴَﺘِﻚَ ﻭَﻣِﻦْ ﻃَﺎﻋَﺘِﻚَ ﻣَﺎ ﺗُﺒَﻠِّﻐُﻨَﺎﺑِﻪِ ﺟَﻨَّﺘَﻚَ ﻭَﻣِﻦَ ﺍﻟْﻴَﻘِﻴْﻦِ ﻣَﺎﺗُﻬَﻮِّﻥُ ﺑِﻪِ ﻋَﻠَﻴْﻨَﺎ ﻣَﺼَﺎﺋِﺐَ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ . ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻣَﺘِّﻌْﻨَﺎ ﺑِﺄَﺳْﻤَﺎﻋِﻨَﺎ ﻭَﺃَﺑْﺼَﺎﺭِﻧَﺎ ﻭَﻗُﻮَّﺗِﻨَﺎ ﻣَﺎ ﺃَﺣْﻴَﻴْﺘَﻨَﺎ ﻭَﺍﺟْﻌَﻠْﻪُ ﺍﻟْﻮَﺍﺭِﺙَ ﻣِﻨَّﺎ ﻭَﺍﺟْﻌَﻠْﻪُ ﺛَﺄْﺭَﻧَﺎ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﻦْ ﻋَﺎﺩﺍَﻧَﺎ ﻭَﻻَ ﺗَﺠْﻌَﻞْ ﻣُﺼِﻴْﺒَﺘَﻨَﺎ ﻓِﻰ ﺩِﻳْﻨِﻨَﺎﻭَﻻَ ﺗَﺠْﻌَﻞِ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﺃَﻛْﺒَﺮَ ﻫَﻤِّﻨَﺎ ﻭَﻻَ ﻣَﺒْﻠَﻎَ ﻋِﻠْﻤِﻨَﺎ ﻭَﻻَ ﺗُﺴَﻠِّﻂْ ﻋَﻠَﻴْﻨَﺎ ﻣَﻦْ ﻻَ ﻳَﺮْﺣَﻤُﻨَﺎ
Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini. Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selama kami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami.
ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺍﻏْﻔِﺮْ ﻟِﻠْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦَ ﻭَﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤَﺎﺕِ ﻭَﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴْﻦَ ﻭَﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨَﺎﺕِ ﺍَﻷَﺣْﻴَﺎﺀِ ﻣِﻨْﻬُﻢْ ﻭَﺍﻷَﻣْﻮَﺍﺕِ ﺍِﻧَّﻚَ ﺳَﻤِﻴْﻊٌ ﻗَﺮِﻳْﺐٌ ﻣُﺠِﻴْﺐُ ﺍﻟﺪَّﻋْﻮَﺍﺕِ .
Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan doa.
ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﺍَﺗِﻨَﺎ ﻓِﻰ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﺣَﺴَﻨَﺔً ﻭَﻓِﻰ ﺍﻷَﺧِﺮَﺓِ ﺣَﺴَﻨَﺔً ﻭَﻗِﻨَﺎ ﻋَﺬَﺍﺏَ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ .
Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka. (dakwatuna/hdn)
Konten ini telah dimodifikasi pada June 8, 2018, 9:40 pm
sosial Khutbah berita bohong
hoax featured Idu

Kamis, 07 Juni 2018

DIPENGHUJUNG RAMADHAN

TIGA IBADAH AGUNG DI PENGHUJUNG RAMADHAN
Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsamin
Bulan Ramadhan akan segera berlalu, hendaklah kita mengevaluasi diri kita masing-masing tentang apakah yang sudah kita perbuat pada bulan yang Mulia ini. Bulan ini akan menjadi saksi di hari akhirat atas semua perbuatan yang telah kita lakukan padanya. Saksi yang akan memberatkan kita atau saksi yang meringan. Maka hendaklah kita memanfaatkan waktu yang tersisa untuk bergegas bertaubat, memohon ampun kepada Allâh Azza wa Jalla dan memperbanyak amal shalih. Semoga semua kebaikan yang kita lakukan setelah menyadari berbagai kesalahan dan kekurangan, bisa menutupi kekurangan-kekurangan yang telah kita lakukan pada hari-hari sebelumnya.
Pada awal-awal Ramadhan, siang dan malamnya penuh dengan ibadah. Siang hari diisi dengan puasa, dzikir dan membaca al-Qur’an, sedang malam harinya dipergunakan untuk shalat dan juga baca al-Qur’an. Saat itu, kondisi kebanyakan kaum Muslimin dalam aspek ibadah, sesuai dengan yang diharapkan. Mereka bersemangat dan sangat antusias memanfaatkan detik demi detik dalam rangka beribadah kepada Allâh Azza wa Jalla. Namun kini, hari-hari yang penuh dengan keberkahan itu akan segera berlalu meninggalkan kita, padahal masih banyak yang belum termanfaatkan dengan maksimal. Kita berharap dan berdo’a kepada Allâh Azza wa Jalla, semoga Allâh Azza wa Jalla memberikan kemampuan kepada kita semua untuk memaksimalkan waktu yang tersisa dalam meraih ridha Allâh Azza wa Jalla.
Semoga kita bisa mengakhiri Ramadhan ini dengan meraih ampunan dari Allâh Azza wa Jalla atas semua dosa yang telah kita perbuat, baik dosa yang kita sadari maupun dosa yang tidak kita sadari.
Kita memohon kepada Allâh Azza wa Jalla agar berkenan menerima semua amal ibadah kita, terbebas dari api neraka, beruntung dengan bisa meraih surga dan semoga Allâh Azza wa Jalla mempertemukan kita kembali dengan Ramadhan tahun berikutnya dalam keadaan yang lebih baik.
Mengakhiri bulan Ramadhan yang penuh berkah ini, Allâh Azza wa Jalla mensyari’atkan kepada kita beberapa ibadah agung yang bisa menambah keimanan kita kepada Allâh Azza wa Jalla dan bisa menyempurnakan ibadah kita serta bisa semakin melengkapi nikmat Allâh Azza wa Jalla kepada kita. Ibadah-ibadah terebut adalah zakat Fithri, takbîr pada malam Îd dan shalat Îd.

Zakat Fithri diwajibkan atas setiap kaum Muslimin.
Zakat Fithri ditunaikan dengan mengeluarkan satu Sha’ (kurang lebih 3 kg) bahan makanan pokok, sebagai pembersih bagi orang yang melaksanakan ibadah puasa dan sebagai bahan makanan bagi orang-orang miskin. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
ﻋَﻦْ ﺍﺑْﻦِ ﻋَﺒَّﺎﺱٍ ﻗَﺎﻝَ ﻓَﺮَﺽَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﻃُﻬْﺮَﺓً ﻟِﻠﺼَّﺎﺋِﻢِ ﻣِﻦْ ﺍﻟﻠَّﻐْﻮِ ﻭَﺍﻟﺮَّﻓَﺚِ ﻭَﻃُﻌْﻤَﺔً ﻟِﻠْﻤَﺴَﺎﻛِﻴﻦِ
Dari Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu anhuma, dia berkata: Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mewajibkan zakat Fithri untuk menyucikan orang yang berpuasa dari perkara sia-sia dan perkataan keji, dan sebagai makanan bagi orang-orang miskin.[1]
Karena zakat Fithri ini merupakan kewajiban kita semua, maka hendaklah kita melaksanakannya dengan benar dalam rangka mentaati perintah Allâh Azza wa Jalla dan Rasul-Nya.
Hendaklah kita mengeluarkan zakat untuk diri kita dan orang-orang yang berada dalam tanggungan kita.
Hendaklah kita memilih bahan makanan pokok yang terbaik yang kita mampu dan yang paling bermanfaat, karena zakat ini hanya satu sha’ dalam setahun. Dan dikarenakan juga tidak ada seorang pun di dunia ini yang tahu dan bisa menjamin bahwa dia akan bisa melaksanakan zakat ini lagi pada tahun yang akan datang.
Apakah kita mau dan rela berbuat bakhil untuk diri kita sendiri yaitu dengan mengeluarkan zakat dari bahan makan pokok yang jelek atau yang lebih jelek dari yang kita makan atau yang paling jelek? Jawabannya, tentu tidak.
Marilah kita berantusias untuk menunaikan ibadah zakat ini dengan benar sebagaimana yang dilakukan oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Shahabat Radhiyallahu anhum. Janganlah kita menunaikannya dengan membayarkan atau mengeluarkan uang sebagai ganti dari bahan makanan pokok, karena hal itu tidak pernah dilakukan oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Shahabat setelah Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, padahal saat itu alat tukar yang sejenis dengan uang sudah ada, namun mereka tidak membayar zakat Fithri mereka dengan dinar dan dirham yang mereka miliki. Ini menunjukkan hal itu tidak disyari’atkan.
Barangsiapa menunaikan zakat ini dengan menggunakan uang sebagai ganti dari bahan makanan pokok, maka ibadah zakatnya dikhawatirkan tidak diterima oleh Allâh Azza wa Jalla, karena menyelisihi apa yang diwajibkan oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Hendaklah kita menunaikan zakat Fithri dan memberikannya kepada orang-orang miskin sekitar kita, terutama kepada orang-orang miskin yang masih ada hubungan kekeluargaan dengan kita sementara dia tidak termasuk orang-orang yang wajib kita nafkahi.
Tidak apa-apa, jika satu orang miskin diberi dua zakat Fithri atau lebih atau sebaliknya satu zakat Fithri dibagikan kepada dua orang miskin. Berdasarkan ini, jika ada satu keluarga yang mengumpulkan zakat Fithri mereka lalu diberikan kepada satu orang miskin, maka itu tidak apa-apa. Jika zakat yang kita berikan itu dipergunakan lagi oleh si penerima zakat untuk membayar zakat dirinya dan keluarganya, maka itu juga tidak apa-apa.
Tunaikanlah zakat Fithri pada hari raya sebelum shalat karena itu yang terbaik. Namun diperbolehkan juga mengeluarkan zakat Fithri sehari atau dua hari sebelum hari raya. Juga tidak boleh menunda zakat Fithri sampai setelah shalat hari raya kecuali karena ada udzur syar’i, misalnya berita tentang hari raya datang mendadak dan tidak memungkinkan dia untuk mengeluarkannya sebelum shalat, karena waktunya yang sangat singkat.
Apabila kita telah berniat hendak mengeluarkan dan menyerahkan zakat Fithri kita untuk seseorang lalu orang tersebut tidak kunjung kita temukan sementara shalat sudah akan dilaksanakan, maka hendaknya kita memberikannya kepada orang lain. Jangan sampai kita kehilangan waktu tersebut! Jika kita sudah berniat hendak menyerahkannya kepada orang tertentu yang kita pandang paling berhak namun tak kunjung kita temukan orangnya, maka kita bisa meminta kepada orang lain untuk mewakili orang tersebut dan menyerahkan zakat tersebut kepada orang yang kita maksudkan jika sudah bertemu.

Ibadah kedua yaitu ibadah Takbîr.
Allâh Azza wa Jalla telah jelaskan dalam firman-Nya:
ﻭَﻟِﺘُﻜْﻤِﻠُﻮﺍ ﺍﻟْﻌِﺪَّﺓَ ﻭَﻟِﺘُﻜَﺒِّﺮُﻭﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻋَﻠَﻰٰ ﻣَﺎ ﻫَﺪَﺍﻛُﻢْ ﻭَﻟَﻌَﻠَّﻜُﻢْ ﺗَﺸْﻜُﺮُﻭﻥَ
dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allâh atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.[Al-Baqarah/2:185]
Maka hendaklah kita bertakbir dengan mengucapkan :
ﺍﻟﻠﻪُ ﺃَﻛْﺒَﺮُ , ﺍﻟﻠﻪُ ﺃَﻛْﺒَﺮُ , ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪُ ﻭَ ﺍﻟﻠﻪُ ﺃَﻛْﺒَﺮُ , ﺍﻟﻠﻪُ ﺃَﻛْﺒَﺮُ ﻭَﻟﻠﻪِ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪُ
Takbir ini diucapkan dengan suara keras oleh kaum laki-laki namun bagi kaum wanita maka takbîr ini dilakukan dengan suara perlahan.

Ibadah ketiga yaitu Shalat Îd.
Dalam rangka pelaksanaan ibadah ini, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan kepada para lelaki dan wanita hingga para wanita perawan dan pingitan serta orang yang tidak memiliki kebiasaan keluar rumah untuk keluar melaksanakannya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan mereka semua termasuk wanita yang sedang haidh diperintahkan untuk keluar agar dapat menyaksikan kebaikan dan doanya kaum Muslimin. Para wanita yang sedang haidh ini tentu harus menjauh dari tempat shalat sehingga tidak duduk di tempat shalat ‘Îd.
Wahai kaum Muslimin! Hendaklah kita keluar semua laki dan perempuan untuk shalat hari raya dalam rangka beribadah kepada Allâh Azza wa Jalla dan melaksankan perintah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta berharap kebaikan dan doanya kaum Muslimin. Berapa banyak kebaikan yang diturunkan oleh Allâh Azza wa Jalla dan betapa banyak doa-doa yang diijabahi (dikabulkan) oleh Allâh Azza wa Jalla kala itu.
Hendaknya para lelaki keluar dalam keadaan bersih dan memakai minyak wangi serta mengenakan pakaian terbaik mereka! Namun bagi kaum wanita, hendaknya keluar tanpa berhias dan menggunakan wewangian.
Disunnahkan, saat berangkat shalat Îd dengan berjalan kaki kecuali ada udzur seperti tidak mampu berjalan dan tempatnya jauh.
Termasuk amalan sunnah pada hari itu juga adalah makan sebelum berangkat shalat beberapa biji kurma dalam jumlah ganjil ; tiga, lima atau lebih. Anas bin Mâlik Radhiyallahu anhu berkata:
ﺃَﻥَّ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻟَﺎ ﻳَﻐْﺪُﻭ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﺄْﻛُﻞَ ﺗَﻤَﺮَﺍﺕٍ ﻭَﻳَﺄْﻛُﻠُﻬُﻦَّ ﻭِﺗْﺮًﺍ
Sesungguhnya Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berangkat pada hari Îdul Fithri hingga makan beberapa kurma dan memakannya dengan bilangan ganjil. [HR al-Bukhâri]
Inilah tiga ibadah yang disyari’atkan dipenghujung bulan Ramadhan. Semoga Allâh Azza wa Jalla memberikan hidayah taufiq-Nya kepada kita semua sehingga bisa melaksanakannya ketiga ibadah ini dengan baik dan benar.
(Diadaftasi dari ad-Dhiyâ’ul Lâmi minal Khutabil Jawâmi, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsamin rahimahullah 3/141-144)
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi Khusus (03-04)/Tahun XVIII/1435H/2014M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57773 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
_______
Footnote
[1]. HR Abu Dawud, no. 1609; Ibnu Majah, no. 1827. Dihasankan oleh Syaikh al Albani

Cara menggunakan pixel repair

Cara memperbaiki dead pixel menggunakan Pixel Repairer:
1. Jalankan Program Pixel Repairer di laptop anda
2. Pilih/ klik ikon Repair
3. Klik Add untuk menambahkan dan mensetting area perbaikan.
4. Drag kotak repairer ke lokasi dimana dead pixel ditemukan.
5. Gunakan salah satu mode konfigurasi repairer, misalnya solid. Jika ternyata tidak berhasil, gunakan mode noise.
6. Untuk size, pilih ukuran yang mencakup area dead pixel berada.
7. Untuk frekuensi, bila tidak dirubah biasanya 60 Hz
8. Klik Add kembali untuk menambahkan area repairer lainnya, jika anda menemukan lebih dari satu dead pixel pada laptop anda. Lalu lakukan hal yang sama seperti poin no 4 – 7 diatas.
9. Sofware akan menjalankan perbaikan, tunggu beberapa saat.
Program Pixel Repairer berukuran ringan, jadi tidak akan membebani kinerja laptop anda terlalu berat. Selain itu, anda masih bisa menjalankan program lain selama menjalankan program pixel repairer. Jadi anda bisa memperbaiki laptop anda sambil mengerjakan hal yang lain. Selain untuk memperbaiki dead pixel pada laptop, Pixel Repairer juga bisa anda gunakan untuk LCD pada PC atau layar monitor lainnya.  (Baca Juga: Fungsi Sistem Operasi , Fungsi Freehand Tool)
2. Memeriksa kabel fleksibel layar
Kabel fleksibel yang menghubungkan layar dengan motherboard, kadangkala kendor atau mengalami kerusakan. Periksa sambungan kabel tersebut, pastikan terpasang dengan baik. Coba hubungkan laptop ke layar monitor eksternal, jika garis-garis masih muncul, berarti kerusakan bukan pada kabel fleksibel layar, juga panel screen layar. Bisa jadi kerusakan karena masalah pada komponen lain seperti RAM, VGA atau kadang kala hardisk. (Baca juga: tips memilih laptop untuk desain grafis).

Senin, 04 Juni 2018

Kemuliaan Milik kaum muslimin

dakwatuna.com – Kemuliaan mungkin adalah salah satu dari sekian banyak hal yang dikejar oleh manusia dalam menjalankan hidup. Banyak orang yang rela melakukan apa saja agar dipandang mulia oleh orang lain. Bahkan mungkin, ada yang hidupnya disibukkan membangun citra. Waktunya selalu disibukkan dengan memperbaiki penampilan fisik agar dipandang baik di mata umum. Disibukkan dengan penampilan luar tapi lupa untuk meningkatkan kualitas diri.
Banyak persepsi yang berkembang mengenai bagaimana memperoleh kemuliaan. Sebagian orang menganggap kemuliaan dapat diraih oleh orang-orang kaya, ada lagi yang menganggap mereka yang memiliki kedudukan dan kekuasaanlah yang bisa menjadi mulia. Tapi satu hal yang dapat disimpulkan bahwa banyak orang yang menilai bahwa kemuliaan dapat diraih dengan berbagai kelebihan yang bersifat fisik.
Islam tidak kekurangan contoh-contoh nyata tentang orang-orang yang mampu meraih kemuliaan dan nama mereka dikenang sampai saat ini, baik dalam kondisi yang lapang maupun dalam kondisi kekurangan. Di tulisan ini, ingin sedikit berbagi cerita orang-orang yang meraih kemuliaan di tengah-tengah kekurangan yang dimiliki.
Tidak salah jika banyak orang mengatakan bahwa dengan kekayaan yang dimiliki banyak kebaikan yang bisa dilakukan. Rumah ibadah akan mudah dibangun, bisa bersedekah untuk pembangunan rumah-rumah tahfizh. Selain itu dalam berjuang menegakkan agama Allah tidak hanya menggunakan jiwa tapi juga harus menggunakan harta. Dan dalam sejarah Islam dan dakwah Rasul, diceritakan banyak orang-orang kaya yang mampu meraih kemuliaan. Hampir seluruh sahabat Rasul merupakan orang-orang kaya yang mampu menginfakkan banyak harta mereka demi perjuangan dijalan Allah swt. Sebut saja seperti, Abu Bakar ra, Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf.
Tapi jika ukuran kemuliaan seseorang di mata Allah swt hanyalah harta, kita tidak akan pernah mendengar kisah seorang pemuda yang cerdas dan merupakan generasi awal dalam dakwah Islam pada masa Rasul. Kita tidak akan pernah mendengar kisah pemuda tersebut jika ukuran kemuliaan merupakan harta, karena pemuda tersebut tidak termasuk dalam sahabat yang kaya raya. Bahkan kondisi ekonomi pemuda ini dikategorikan ekonomi sulit. Dialah Ali Bin Abi Thalib. Khalifah ke empat dalam khulafaurasyidin dan sekaligus menantu dari bagi Rasul saw.
Ali ra bekerja sebagai penimba air, di mana setiap air yang bisa diangkatnya hanya dihargai sebutir kurma. Sebuah pekerjaan yang tidak ringan namun “hanya” dihargai sebutir kurma. Namun sepertinya tidak ada keluh kesah yang terlontar dari mulut Ali ra dan Istrinya Fathimah binti Muhammad saw. Bahkan di tengah-tengah kondisi yang sulit, mereka masih bisa bersedekah. Fatimah memberikan satu-satunya benda berharga miliknya, seuntai kalung peninggalan sang bunda Khadijah, ketika kedatangan pengemis yang meminta belas kasihan padanya. Mengetahui hal tersebut Rasulullah saw tidak kuasa menahan air matanya.
Di sini kita bisa melihat, bahwa kemiskinan dari sisi harta bukanlah penyebab terhalangnya seseorang untuk mendapatkan kemuliaan di mata Allah swt. Kekayaan hanyalah satu pintu dari sekian banyak pintu untuk meraih kemuliaan. Dan hal itu telah dibuktikan dengan baik oleh Ali bin Abi Thalib. Kekurangannya dari satu sisi tidak menghentikan langkahnya untuk berkontribusi bagi kemajuan dakwah Islam pada saat itu.
Sejarah Islam juga dihiasi dengan kisah orang-orang mendapatkan kemuliaan dengan kekuasaan dan jabatan yang dimiliki. Sebut saja Sulaiman as, kekuasaan yang dimiliki olehnya merupakan yang terhebat yang pernah ada dalam sejarah kehidupan manusia. Tidak ada satu manusia pun yang mampu menandingi kekuasaan yang dimiliki oleh Nabi Sulaiman as. Atas izin Allah swt, nabi Sulaiman memiliki kekuasaan atas tumbuhan, hewan dan jin. Dengan kekuasaan yang dimilikinya Nabi Sulaiman mampu membuat Ratu Bilqis negeri Saba’ beriman dan menyembah Allah swt.
Ada pula kisah nabi Yusuf as yang diangkat menjadi bendahara negara pada saat itu. Sebuah posisi yang sangat strategis dengan kekuasaan yang cukup kuat. Dan semenjak sat itulah tugas-tugas kenabian Yusuf as mulai mengalami perkembangan yang cukup baik. Dakwah Islam pada masa Rasulullah saw mengalami titik balik dari dakwah secara sembunyi-sembunyi menjadi dakwah terang-terangan ketika seorang yang memiliki kekuatan yang cukup disegani di Mekkah, yaitu Umar Bin Khaththab.
Pertanyaannya sekarang, jika kemuliaan dalam Islam hanya untuk orang-orang yang berkuasa dan kuat, maka akan sangat malang nasib seorang Bilal bin Rabbah. Seorang budak kulit hitam yang jangankan kekuasaan, hak atas dirinya pun tidak dimiliki oleh Bilal karena statusnya sebagai seorang budak. Tapi status sebagai seorang budak tidak mengurangi tekad dari sang budak untuk menyembah Allah swt dan memilih Islam sebagai jalan hidup. Walaupun ia tahu resiko yang akan dihadapinya yaitu siksaan yang dapat saja berujung pada kematian.
Di tengah siksaan yang mendera, di bawah himpitan batu besar di teriknya padang pasir. Tidak sedikit pun keimanan dari Bilal memudar. Semakin keras cambukkan yang diterimanya, semakin kencang kata “ahad” diteriakkannya. Sebuah kata sebagai bentuk pengakuan atas keesaan Allah swt. Selain itu bilal termasuk orang yang menjaga wudhunya dan membiasakan diri shalat sunnah dua Rakaat setelah berwudhu.
Meski tidak memiliki kekuasaan sedahsyat nabi Sulaiman yang mampu mengislamkan negeri Saba’. Tetapi Bilal memiliki cara lain dalam dakwahnya dengan suara dan lantunan adzan yang dikumandangkannya. Begitulah cara Bilal meraih kemuliannya di mata Allah swt.
Kemuliaan tidak hanya dominasi mereka yang mempunyai wajah yang tampan, keahlian dalam bertutur kata yang memukau banyak orang serta kelebihan-kelebihan yang bersifat fisik lainnya. Kita mengenal nama Mush’ab bin umair, seorang pemuda tampan dan memiliki kemampuan yang baik dalam berbicara. Sehingga dengan kelebihan yang dimilikinya, ia mendapatkan tugas khusus dari Rasul yaitu menyiapkan kota madinah sebagai tempat hijrah bagi umat Islam. Dengan kelebihan yang dimilikinya, Mush’ab menjalankan misi dakwah tersebut. Kurang dari satu tahun Madinah telah futuh dan siap untuk “menerima” rasul dan kaum Muhajirin lainnya.
Kemuliaan juga bukan monopoli orang-orang yang memiliki kelebihan dari sisi fisik. Ada seorang sahabat Rasul yang bernama Zulaibib seorang yatim piatu yang tidak pernah tahu siapa orang tuanya dan tidak jelas nasabnya. Tampilan fisik dan kesehariannya juga menggenapkan sulitnya manusia berdekat-dekat dengannya. Wajahnya jelek terkesan sangar. Pendek. Bunguk. Hitam. Fakir. Kainnya usang. Pakaiannya lusuh. Kakinya pecah-pecah tak beralas. Tak ada rumah untuk berteduh. Tidur sembarangan berbantalkan tangan, berkasurkan pasir dan kerikil. Tak ada perabotan. Minum hanya dari kolam umum yang diciduk dengan tangkupan telapak tangan. Begitulah kondisi dari Zulaibib, namun dibalik segala kekurangan yang dimiliki, dia termasuk salah satu sahabat yang sangat dicintai oleh Rasul saw.
Dengan kondisi yang seperti itu, sangatlah sulit bagi seorang Zulaibib untuk mendapatkan istri. Hingga akhirnya dia meminta bantuan Rasul untuk meminangkan seorang gadis. Dan Rasul menyanggupi permintaan Zulaibib. Akhirnya dengan bantuan Rasul saw, Zulaibib menikah dengan putri seorang pemimpin Anshar. Namun di sinilah letak ujian untuk Zulaibib dan di sinilah jalannya menuju kemuliaan terbentang. Di saat seharusnya ia merasakan kebahagiaan menikah terdengar seruan jihad. Maka dengan segera Zulaibib menyambut seruan tersebut hingga akhirnya ia syahid di medan jihad. Zulaibib Terbunuh dengan luka-luka, semua dari arah muka. Di seputarannya menjelempan tujuh jasad musuh yang telah ia bunuh.
Begitulah cara Zulaibib menjemput kemuliaannya. Pribadi yang begitu banyak kekurangan fisik, dipandang sebelah mata dan mungkin sering terabaikan di antara sahabat-sahabat yang lain tapi segala kekurangan tersebut tidak membuat Zulaibib hina di mata Allah dan Rasul-Nya. Tapi justru kemuliaan di mata Allah dan Rasul saw lah yang didapatkannya bahkan Sang Rasul, dengan tangannya sendiri mengafani Sang Syahid. Beliau saw menshalatkannya secara pribadi. Dan kalimat hari berbangkit. “Ya Allah, dia adalah bagian dari diriku. Dan aku adalah bagian dari dirinya.”
Contoh-contoh di atas telah menjadi pelajaran bagi kita semua. Mereka meraih kemuliaan bukan atas apa yang mereka miliki tetapi apa yang telah mereka lakukan untuk Islam. Perjuangan dan keteguhan mereka dalam memegang teguh agama ini menjadi bukti shahih atas kemuliaan yang dimiliki. Pengorbanan yang dilakukan pun telah menggambarkan bagaimana Rasulullah saw menaruh penghargaan setinggi-tingginya bagi mereka.
Itulah beberapa contoh pribadi yang mampu meraih kemuliaan di mata Allah swt dalam kondisi yang sulit dan kondisi kekurangan. Kesulitan, kekurangan dan kelemahan bukan sebuah alasan untuk seseorang untuk tidak mulia di mata Allah swt. Karena sejatinya kemuliaan seseorang tidak ditentukan oleh siapa mereka atau apa yang mereka miliki. Tetapi kemuliaan seorang manusia di mata Allah ditentukan oleh apa yang telah mereka lakukan. Sehingga karya nyata bagi agama ini merupakan sebuah jalan untuk mendapatkan kemuliaan di mata Allah.
Semoga kita bisa menjadi pribadi-pribadi yang mulia di mata Allah swt dengan kerja-kerja nyata dan kontribusi yang kita lakukan dalam dakwah. Kerja dan kontribusi sebagai sebuah bagian dari sejarah kebangkitan Islam.
Ajaran yang mereka bawa bertahan melebihi usia mereka. Boleh jadi usia para mujahid pembawa misi dakwah tersebut tidak panjang, tetapi cita-cita, semangat dan ajaran yang mereka bawa tetap hidup sepeninggal mereka. Apa artinya usia panjang namun tanpa isi, sehingga boleh jadi biografi kita kelak hanya berupa 3 baris kata yang dipahatkan di nisan kita: “Si Fulan lahir tanggal sekian-sekian, wafat tanggal sekian-sekian” (Syaikhut Tarbiyah Ustadz Rahmat Abdullah).
Wallahu a’lam bisshawab.