Kamis, 26 April 2018

Persiapan menyambut Ramadhan

Tiga Persiapan Menyambut Ramadhan
Setiap amal anak Adam di bulan Ramadhan, untuknya satu kebaikan dibalas 10 kali lipat bahkan sampai 700 lipat
Oleh: Zainal Arifin
MARHABAN yaa Ramadhan. Kegembiraan membuncah menyambut datangnya Ramadhan, bulan penuh berkah dan penuh kemuliaan.
Ramadhan yang suci, yang sebentar lagi akan kita temui menjadi bulan untuk membumi-hanguskan berbagai dosa dan maksiat selama kurang lebih setahun berlalu. Selain itu, Ramadhan adalah bulan di mana diwajibkannya orang-orang yang beriman untuk berpuasa, sekaligus menjadi ajang menempa diri untuk meraih gelar Muttaqin. Wajar bila kemudian umat Islam di berbagai penjuru dunia, dari dahulu hingga akhir nanti, dianjurkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalllam untuk bergembira menyambut kedatangan Ramadhan.
Ramadhan merupakan bulan mulia karena mengandung perintah Allah dan seruan Rasulullah untuk berpuasa wajib sebulan penuh. Pada bulan ini juga wahyu Allah yang berupa ayat-ayat Al-Quran diturunkan ke muka bumi. Keutamaan Ramadhan lainnya ialah terdapat Lailatul Qadr di dalamnya, yakni satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Maka, bergembiralah kita sebagai umat Islam dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan yang penuh dengan keberkahan ini.
Rasulullah selalu memberi kabar gembira kepada para Sahabatnya setiap kali datang bulan Ramadhan. Beliau bersabda, “Telah datang pada kalian bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi, Allah telah mewajibkan atas kalian untuk berpuasa di dalamnya. Pada bulan itu juga dibukakan pintu Surga serta ditutupnya pintu-pintu Neraka…” (Riwayat Ahmad).
Demikian halnya para Sahabat dan tabi’in di zaman Rasulullah maupun sesudahnya, mereka senantiasa bergembira dengan kedatangan bulan Ramadhan. Sebagaimana Mulla bin al-Fadhel pernah menyatakan bahwa perilaku para salaf sholeh terhadap kemuliaan Ramadhan adalah mereka selalu berdoa dan memohon kepada Allah selama enam bulan agar dapat bertemu Ramadhan dan memohon selama enam bulan agar amal ibadahnya selama Ramadhan diterima Allah Subhanahu Wata’ala.
Namun apa yang terjadi dewasa ini, kegembiraan menyambut Ramadhan yang dilakukan oleh sebagian besar umat Islam hanya sebatas seremonial atau pencitraan diri agar dipandang tetangga. Banyak orang yang mengaku Islam justru merasa sesak dengan hadirnya Ramadhan yang mewajibkan umat Muslim berpuasa sebulan penuh tersebut. Karena Ramadhan dianggap sebagai belenggu bagi kebebasan orang-orang tersebut. Belenggu yang dimaksud misalnya mereka dilarang makan, dilarang minum dan tidak boleh melakukan hal-hal yang membatalkan puasa lainnya.
Dari uraian tersebut, satu hal yang mesti ditekankan adalah bagaimana agar meraih sukses ibadah puasa selama Ramadhan. Puasa Ramadhan merupakan perintah wajib bagi seluruh umat Islam yang telah dewasa (baligh) dan tidak memiliki uzur untuk menunaikannya. Puasa adalah ibadah yang cukup berat karena melibatkan rohani dan jasmani secara bersinergi, tanpa melepaskan unsur teknis personal maupun sosial. Ibadah puasa tidak seperti ibadah wajib lainnya yang dapat dilihat bahkan diukur atau dinilai secara kasat mata.
Misalnya shalat, dengan begitu mudah kita dapat mengetahui seseorang yang sedang mengerjakan shalat dan yang tidak pernah shalat. Begitu juga halnya dengan orang-orang yang berzakat dan yang belum membayar zakat. Dengan kasat mata, kita dapat mengetahui dan mengukur keimanan orang-orang yang pelit atau kikir dalam membelanjakan hartanya di jalan Allah. Kita juga dapat membedakan orang yang sedang menjalankan ibadah haji atau sekedar plesiran.
Berbeda dengan puasa, ibadah puasa adalah ibadah rahasia yang hanya diketahui oleh Allah dan orang yang melakukannya. Amal ibadah puasa akan langsung dinilai oleh Allah Subhanahu Wata’ala, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadis Qudsi yang menyatakan bahwa setiap amal anak-cucu nabi Adam akan kembali pada dirinya masing-masing, kecuali puasa. Puasa itu untuk Allah dan Allah juga yang menanggung pahalanya.
Persiapan Meraih Sukses Ramadhan
Persiapan menyambut bulan puasa tidak hanya bersifat material semata, namun juga harus didukung oleh konsep spiritual yang benar-benar terprogram. Dengan kata lain, semaksimal mungkin kita harus mempersiapkan diri dan rohani untuk menyongsong datangnya bulan Ramadhan. Banyak hal yang mesti dipersiapkan sebelum kita menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan, agar ibadah puasa kita tidak percuma. Sebagaimana peringatan dari Rasulullah, bahwa: “Banyak orang yang berpuasa namun tidak mendapatkan apa-apa, kecuali lapar dan dahaga.”(HR. Ahmad).
Banyak hal yang telah dicontohkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam dalam rangka menyambut Ramadhan demi meraih kualitas terbaik selama beribadah di bulan Ramadhan. Etika menyambut Ramadhan harus benar-benar dijaga agar tidak merusak amalan selama menunaikan ibadah puasa dan ibadah lainnya. Beberapa hal yang semestinya kita prioritaskan sebelum menjalankan ibadah puasa Ramadhan di antaranya:
Berniat dan Berdoa. Sesungguhnya baik buruknya amal seseorang terletak pada niatnya. Dengan niat yang benar dan ikhlas karena mengharap ridho Allah maka insya Allah puasa kita akan berkualitas. Setelah memiliki niat yang benar, maka berdoalah kepada Allah, memohon untuk dijaga hati dan diri kita agar benar-benar siap menyambut bulan Ramadhan. Tentunya dengan doa kita juga berharap Allah mempertemukan kita dengan Ramadhan dalam keadaan sehat dan kuat baik jasmani dan rohani, serta memiliki semangat beribadah. Rasulullah pernah berdoa, “Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban serta pertemukanlah kami dengan Ramadhan.” (HR. Ahmad dan Ath-Thabrani).
Meningkatkan Khazanah Keilmuan. Setiap Muslim diwajibkan membekali diri dengan ilmu ketika hendak beribadah kepada Allah. Harapannya agar amal ibadah yang dilakukannya sesuai dengan tuntunan Islam. Demikian halnya ibadah di bulan Ramadhan terutama puasa, kita harus mengetahui rukun dan hal-hal yang dapat merusak ibadah puasa. Perintah berilmu juga merupakan perintah Allah, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-Anbiya’ [21]: 7,
ﻭَﻣَﺎ ﺃَﺭْﺳَﻠْﻨَﺎ ﻗَﺒْﻠَﻚَ ﺇِﻻَّ ﺭِﺟَﺎﻻً ﻧُّﻮﺣِﻲ ﺇِﻟَﻴْﻬِﻢْ ﻓَﺎﺳْﺄَﻟُﻮﺍْ ﺃَﻫْﻞَ ﺍﻟﺬِّﻛْﺮِ ﺇِﻥ ﻛُﻨﺘُﻢْ ﻻَ ﺗَﻌْﻠَﻤُﻮﻥَ
Artinya: “Maka bertanyalah pada orang-orang yang berilmu jika kalian tidak mengetahui.”
Mensucikan Diri. Logikanya, ketika seseorang menyambut tamu penting misalnya pejabat atau orang-orang yang dihormati.
Tentu ia harus bersih diri, tempat dan lingkungan sekitarnya. Demikian halnya Ramadhan, bulan yang dimuliakan Allah dan Rasulullah tersebut. Seharusnya kita membersihkan diri dari segala dosa dan meninggalkan segala maksiat untuk menyambut kedatangan Ramadhan, bulan penuh berkah ini.
Betapa rugi orang-orang yang berpuasa menahan lapar dan dahaga, tetapi dirinya masih berbuat maksiat. Sebagaimana dalam haditsnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam bersabda, ”Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan beramal dengannya maka tidak ada bagi Allah kepentingan terhadap puasa (yang sekedar meninggalkan makan dan minum.” (Riwayat Bukhari).
Menyusun Program Kebaikan. Dalam meraih sukses tentu diperlukan rencana-rencana cerdas dan matang. Inilah yang juga diperlukan setiap Muslim yang ingin meraih sukses ibadahnya, terlebih khusus ibadah di bulan Ramadhan. Sudah menjadi tradisi setiap Ramadhan akan terdapat peningkatan aktivitas keislaman. Di mana-mana banyak diselenggarakan kajian-kajian Islam, gerakan sosial sedekah dan zakat, sholat sunnah berjamah dan ibadah lainnya.
Agar kita dapat menunaikan semua itu tanpa meninggalkan kewajiban pribadi, maka perlu sekali untuk menyusun program selama Ramadhan. Tentu program-program yang baik dan bernilai manfaat seperti menyiapkan takjil berbuka bagi orang lain, aktif mengikuti kegiatan di masjid sekitar, menyantuni anak-anak yatim dan kaum dhuafa, memperbanyak bersilaturrahim, mengadakan kajian-kajian yang membahas seputar keutamaan Ramadhan dan program lainnya.
Demikianlah beberapa hal yang semestinya menjadi etika kita ketika menyambut datangnya bulan penuh berkah ini. Tujuannya semata-mata demi meraih ridho Allah karena kita dapat mengisi bulan Ramadhan dengan amal ibadah yang maksimal dan dapat mengambil manfaatnya. Semoga kita dapat menyelesaikan ibadah di bulan Ramadhan ini dengan predikat terbaik di hadapan Allah dan kita dijauhkan dari hal-hal yang membuat ibadah kita sia-sia.
“Berapa banyak orang yang berpuasa, hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja. Dan berapa banyak orang yang mendirikan shalat malam hanya mendapatkan begadang saja.” (HR. An-Nasai, Ibnu Majah, Ibnu Huzaimah dan Ibnu Hubban).*
Penulis adalah dosen STKIP Hidayatullah Batam
Rep: Admin Hidcom
Editor: Cholis Akbar
Update aplikasi Hidcom untuk Android Sekarang juga !
Sebarkan :
Baca Juga
Rabu, 25 Juni 2014 10

Apa Itu FIDYAH

Apakah Fidyah Harus Beri Makan Tiga Kali ?
 Muhammad Abduh Tuasikal, MSc
 June 6, 2014  Puasa
 5 Comments  2,888 Views
Bagaimana cara menunaikan fidyah? Kita biasanya makan dalam sehari tiga kali. Apakah kadar fidyah harus tiga kali makan seperti itu atau boleh hanya sekali makan dengan satu bungkus makanan?
Bagi orang yang sudah tua renta yang tidak mampu lagi berpuasa, serta orang sakit yang sakitnya tidak kunjung sembuh, maka wajib bagi mereka fidyah sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Ta’ala,
ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳُﻄِﻴﻘُﻮﻧَﻪُ ﻓِﺪْﻳَﺔٌ ﻃَﻌَﺎﻡُ ﻣِﺴْﻜِﻴﻦٍ
“Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin” (QS. Al Baqarah: 184).
Ibnu ‘Abbas mengatakan, “(Yang dimaksud dalam ayat tersebut) adalah untuk orang yang sudah sangat tua dan nenek tua, yang tidak mampu menjalankannya, maka hendaklah mereka memberi makan setiap hari kepada orang miskin”. (HR. Bukhari no. 4505)
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin menerangkan bahwa setiap yang disebut makanan baik dari kurma, gandum, nasi dan lainnya, maka bisa dijadikan fidyah. Sedangkan ukurannya dilihat dari ‘urf atau kebiasaan yang berlaku di masyarakat. Kapan sudah disebut memberi makan, berarti sudah disebut menunaikan fidyah. Anas bin Malik ketika sudah berusia senja, ia mengumpulkan 30 orang fakir miskin lalu ia memberikan roti dan lauk. Oleh karenanya, jika orang miskin dikumpulkan lalu diberikan makan pagi atau makan siang, maka seperti sudah disebut menunaikan fidyah. Demikian keterangan beliau dalam Syarhul Mumthi’, 6: 338.
Sesuai keterangan Syaikh rahimahullah berarti sekali memberi makan pada sarapan pagi atau makan siang, walau hanya sekali makan sudah disebut memberikan fidyah. Tidak disyaratkan tiga kali makan seperti anggapan sebagian orang. Wallahu a’lam.
Semoga bermanfaat. Hanya Allah yang memberi taufik.

Disusun di Pesantren Darush Sholihin, 7 Sya’ban 1435 H
Akhukum fillah: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com
Ikuti status kami dengan memfollow FB Muhammad Abduh Tuasikal , Fans Page Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat , Twitter @RumayshoCom

Segera dapatkan buku terbaru Ustadz Abduh Tuasikal “Bermodalkan Ilmu Sebelum Berdagang”. Masing-masing seharga Rp.30.000,- belum termasuk ongkos kirim. Hubungi via sms +62 852 00 171 222 atau BB 2A04EA0F atau WA +62 8222 604 2114. Kirim format pesan: buku dagang #nama pemesan#alamat#no HP#jumlah buku.

Senin, 23 April 2018

SIMTUDDUROR

sejarah simtudduror
Al-Habib Al-Imam Al-Allamah Ali bin Muhammad bin Husin Al-Habsyi  dilahirkan pada hari Juma’at 24 Syawal 1259 H di Qasam, sebuah kota di negeri Hadhramaut.
Beliau dibesarkan di bawah asuhan dan pengawasan kedua orang tuanya; ayahandanya, Al-Imam Al-Arif Billah Muhammad bin Husin bin Abdullah Al-Habsyi dan ibundanya; As-Syarifah Alawiyyah binti Husain bin Ahmad Al-Hadi Al-Jufri, yang pada masa itu terkenal sebagai seorang wanita yang solihah yang amat bijaksana.
Pada usia yang amat muda, Habib Ali Al-Habsyi telah mempelajari dan mengkhatamkan Al-Quran dan berhasil menguasai ilmu-ilmu zahir dan batin sebelum mencapai usia yang biasanya diperlukan untuk itu.
Oleh karenanya, sejak itu, beliau diizinkan oleh para guru dan pendidiknya untuk memberikan ceramah-ceramah dan pengajian-pengajian di hadapan khalayak ramai, sehingga dengan cepat sekali, dia menjadi pusat perhatian dan kekaguman serta memperoleh tempat terhormat di hati setiap orang. Kepadanya diserahkan tampuk kepimpinan tiap majlis ilmu, lembaga pendidikan serta pertemuan-pertemuan besar yang diadakan pada masa itu.
Selanjutnya, beliau melaksanakan tugas-tugas suci yang dipercayakan padanya dengan sebaik-baiknya. Menghidupkan ilmu pengetahuan agama yang sebelumnya banyak dilupakan. Mengumpulkan, mengarahkan dan mendidik para siswa agar menuntut ilmu, di samping membangkitkan semangat mereka dalam mengejar cita-cita yang tinggi dan mulia.
Untuk menampung mereka, dibangunnya Masjid “Riyadh” di kota Seiwun (Hadhramaut),  pondok-pondok dan asrama-asrama yang diperlengkapi dengan berbagai sarana untuk memenuhi keperluan mereka, termasuk soal makan-minum, sehingga mereka dapat belajar dengan tenang dan tenteram, bebas dari segala pikiran yang mengganggu, khususnya yang bersangkutan dengan keperluan hidup sehari-hari.
Bimbingan dan asuhan beliau seperti ini telah memberinya hasil kepuasan yang tak terhingga dengan menyaksikan banyak sekali di antara murid-muridnya yang berhasil mencapai apa yang dicitakannya, kemudian meneruskan serta menyiarkan ilmu yang telah mereka peroleh, bukan sahaja di daerah Hadhramaut, tetapi tersebar luas di beberapa negeri lainnya - di Afrika dan Asia, termasuk di Indonesia.
Di tempat-tempat itu, mereka mendirikan pusat-pusat dakwah dan penyiaran agama, mereka sendiri menjadi perintis dan pejuang yang gigih, sehingga mendapat tempat terhormat dan disegani di kalangan masyarakat setempat. Pertemuan-pertemuan keagamaan diadakan pada berbagai kesempatan. Lembaga-lembaga pendidikan dan majlis-majlis ilmu didirikan di banyak tempat, sehingga manfaatnya benar-benar dapat dirasakan dalam ruang lingkup yang luas sekali.
Beliau meninggal dunia di kota Seiwun, Hadhramaut, pada hari Ahad 20 Rabi’ul Akhir 1333 H dan meninggalkan beberapa orang putera yang telah memperoleh pendidikan sebaik-baiknya dari beliau sendiri, yang meneruskan cita-cita beliau dalam berdakwah dan menyiarkan agama.
Di antara putera-putera beliau yang dikenal di Indonesia ialah puteranya yang bongsu; Al-Habib Alwi bin Ali Al-Habsyi, pendiri Masjid “Riyadh” di kota Solo (Surakarta). Dia dikenal sebagai peribadi yang amat luhur budi pekertinya, lemah-lembut, sopan-santun, serta ramah-tamah terhadap siapa pun terutama kaum yang lemah, fakir miskin, yatim piatu dan sebagainya. Rumah kediamannya selalu terbuka bagi para tamu dari berbagai golongan dan tidak pernah sepi dari pengajian dan pertemuan-pertemuan keagamaan. Beliau meninggal dunia di kota Palembang pada tanggal 20 Rabi’ul Awal 1373 H dan dimakamkan di kota Surakarta.
Banyak sekali ucapan Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi yang telah dicatat dan dibukukan, di samping tulisan-tulisannya yang berupa pesan-pesan ataupun surat-menyurat dengan para ulama di masa hidupnya, juga dengan keluarga dan sanak kerabat, kawan-kawan serta murid-murid beliau, yang semuanya itu merupakan perbendaharaan ilmu dan hikmah yang tiada habisnya.
Dan di antara karangan beliau yang sangat terkenal dan dibaca pada berbagai kesempatan di mana-mana, termasuk di kota-kota di Indonesia, ialah risalah kecil ini yang berisi kisah Maulid Nabi Besar Muhammad SAW dan diberinya judul “Simtud Duror  Fi Akhbar Maulid Khairil Basyar wa Ma Lahu min Akhlaq wa Aushaf wa Siyar (Untaian Mutiara Kisah Kelahiran Manusia Utama; Akhlak, Sifat dan Riwayat Hidupnya).

Jumat, 20 April 2018

KISAH PANGLIMA PERANG YANG DIPECAT KARENA TAK PERNAH BERBUAT KESALAHAN*

*KISAH PANGLIMA PERANG YANG DIPECAT KARENA TAK PERNAH BERBUAT KESALAHAN*

Pada zaman pemerintahan *Khalifah Syaidina Umar bin Khatab*, ada seorang panglima perang yang disegani lawan dan dicintai kawan. Panglima perang yang tak pernah kalah sepanjang karirnya memimpin tentara di medan perang. Baik pada saat beliau masih menjadi panglima Quraish, maupun setelah beliau masuk Islam dan menjadi panglima perang umat muslim. Beliau adalah *Jenderal Khalid bin Walid*.

Namanya harum dimana-mana. Semua orang memujinya dan mengelu-elukannya. Kemana beliau pergi selalu disambut dengan teriakan, _"Hidup Khalid, hidup Jenderal, hidup Panglima Perang, hidup Pedang Allah yang Terhunus."_ Ya! .. beliau mendapat gelar langsung dari Rasulullah SAW yang menyebutnya sebagai *Pedang Allah yang Terhunus*.

Dalam suatu peperangan beliau pernah mengalahkan pasukan tentara Byzantium dengan jumlah pasukan lebih dr 200.000. Padahal pasukan muslim yang dipimpinnya saat itu hanya berjumlah lbh dr 40.000 orang. Dengan kejeliannya mengatur strategi, pertempuran itu bisa dimenangkannya dengan mudah. Pasukan musuh lari terbirit-birit.

Itulah *Khalid bin Walid*, beliau bahkan tak gentar sedikitpun menghadapi lawan yang jauh lebih banyak.

Ada satu kisah menarik dari Khalid bin Walid. Dia memang sangat sempurna di bidangnya; ahli siasat perang, mahir segala senjata, piawai dalam berkuda, dan karismatik di tengah prajuritnya. Dia juga tidak sombong dan lapang dada walaupun dia berada dalam puncak popularitas.

Pada suatu ketika, di saat beliau sedang berada di garis depan, memimpin peperangan, tiba-tiba datang seorang utusan dari Amirul mukminin, Syaidina Umar bin Khatab, yang mengantarkan sebuah surat. Di dalam surat tersebut tertulis pesan singkat, _"Dengan ini saya nyatakan Jenderal Khalid bin Walid di pecat sebagai panglima perang. Segera menghadap!"_

Menerima khabar tersebut tentu saja sang jenderal sangat gusar hingga tak bisa tidur. Beliau terus-menerus memikirkan alasan pemecatannya. Kesalahan apa yang telah saya lakukan? Kira-kira begitulah yang berkecamuk di dalam pikiran beliau kala itu.

Sebagai prajurit yang baik, taat pada atasan, beliaupun segera bersiap menghadap Khalifah Umar Bin Khatab. Sebelum berangkat beliau menyerahkan komando perang kepada penggantinya.

Sesampai di depan Umar beliau memberikan salam, _"Assalamualaikum ya Amirul mukminin! Langsung saja! Saya menerima surat pemecatan. Apa betul saya di pecat?"_

_"Waalaikumsalam warahmatullah! Betul Khalid!"_ Jawab Khalifah.

_"Kalau masalah dipecat itu hak Anda sebagai pemimpin. Tapi, kalau boleh tahu, kesalahan saya apa?"_

_"Kamu tidak punya kesalahan."_

_"Kalau tidak punya kesalahan kenapa saya dipecat? Apa saya tak mampu menjadi panglima?"_

_"Pada zaman ini kamu adalah panglima terbaik."_

_"Lalu kenapa saya dipecat?"_ tanya Jenderal Khalid yang tak bisa menahan rasa penasarannya.

Dengan tenang Khalifah Umar bin Khatab menjawab, _"Khalid, engkau jenderal terbaik, panglima perang terhebat. Ratusan peperangan telah kau pimpin, dan tak pernah satu kalipun kalah. Setiap hari Masyarakat dan prajurit selalu menyanjungmu. Tak pernah saya mendengar orang menjelek-jelekkan. Tapi, ingat Khalid, kau juga adalah manusia biasa. Terlalu banyak orang yang memuji bukan tidak mungkin akan timbul rasa sombong dalam hatimu. Sedangkan Allah sangat membenci orang yang memiliki rasa sombong''_.

_''Seberat debu rasa sombong di dalam hati maka neraka jahanamlah tempatmu. Karena itu, maafkan aku wahai saudaraku, untuk menjagamu terpaksa saat ini kau saya pecat. Supaya engkau tahu, jangankan di hadapan Allah, di depan Umar saja kau tak bisa berbuat apa-apa!"_

Mendengar jawaban itu, Jenderal Khalid tertegun, bergetar, dan goyah. Dan dengan segenap kekuatan yang ada beliau langsung mendekap Khalifah Umar.

Sambil menangis beliau berbisik, _"Terima kasih ya Khalifah. Engkau saudaraku!"_

Bayangkan …. mengucapkan terima kasih setelah dipecat, padahal beliau tak berbuat kesalahan apapun. Adakah pejabat penting saat ini yang mampu berlaku mulia seperti itu? Yang banyak terjadi justru melakukan perlawanan, mempertahankan jabatan mati-matian, mencari dukungan, mencari teman, mencari pembenaran, atau mencari kesalahan orang lain supaya kesalahannya tertutupi.

Jangankan dipecat dari jabatan yang sangat bergengsi, 'kegagalan' atau keterhambatan dalam perjalanan karir pun seringkali tidak bisa diterima dengan lapang dada. Akhirnya semua disalahkan, sistem disalahkan, orang lain disalahkan, semua digugat.....bahkan hingga yang paling ekstrim.... Tuhan pun digugat..

Kembali ke Khalid bin Walid, hebatnya lagi, setelah dipecat beliau balik lagi ke medan perang. Tapi, tidak lagi sebagai panglima perang. Beliau bertempur sebagai prajurit biasa, sebagai bawahan, dipimpin oleh mantan bawahannya kemarin.

Beberapa orang prajurit terheran-heran melihat mantan panglima yang gagah berani tersebut masih mau ikut ambil bagian dalam peperangan. Padahal sudah dipecat. Lalu, ada diantara mereka yang bertanya, _"Ya Jenderal, mengapa Anda masih mau berperang? Padahal Anda sudah dipecat sbg Panglima Perang."_

Dengan tenang Khalid bin Walid menjawab, _*-"Saya berperang bukan karena jabatan, bukan karena popularitas, bukan karena pencitraan, bukan juga karena Khalifah Umar. Saya berperang semata-mata karena mencari Keridhaan Allah SWT-*."_

*****
Sebuah cuplikan kisah yang sangat indah dari seorang Jenderal, panglima perang, *''Pedang Allah yang Terhunus''*.

Patut direnungkan dan di hayati. Baca ulang sekali lagi!!! 
Bila adag Manfaatnya.  Jangan berhenti di Hp Saudara(i).
Tebarkan Ilmu yang bermanfaat. Salam Juang

Kamis, 19 April 2018

8 RIZKI DARI ALLAH

*8 JENIS REZEKI DARI ALLAH*

*1.Rezeki Yang Telah Dijamin.*

‎وَمَا مِن دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ
"Tidak ada satu makhluk melatapun yang bergerak di atas bumi ini yang tidak dijamin ALLAH rezekinya."
(Surah Hud : 6).

*2. Rezeki Karena Usaha.*

‎وَأَن لَّيْسَ لِلْإِنسَانِ إِلَّا مَا سَعَى
"Tidaklah manusia mendapatkan apa-apa kecuali apa yang dikerjakannya."
(Surah An-Najm : 39).

*3. Rezeki Karena Bersyukur.*

‎لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu."
(Surah Ibrahim : 7).

*4. Rezeki Tak Terduga.*

‎وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا( ) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
"Barangsiapa yang bertakwa kepada ALLAH nescaya Dia akan menjadikan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya."
(Surah At-Thalaq : 2-3).

*5. Rezeki Karena Istighfar.*

‎فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا ( ) يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًا
"Beristighfarlah kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, pasti Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan memperbanyak harta.”
(Surah Nuh : 10-11).

*6. Rezeki Karena Menikah.*

‎وَأَنكِحُوا الْأَيَامَىٰ مِنكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِن يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِن فَضْلِهِ
"Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak dari hamba sahayamu baik laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, maka ALLAH akan memberikan kecukupan kepada mereka dengan kurnia-Nya."
(Surah An-Nur : 32).

*7. Rezeki Karena Anak.*

‎وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ نَّحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ
"Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu kerana takut miskin. Kamilah yang akan menanggung rezeki mereka dan juga (rezeki) bagimu.”
(Surah Al-Israa' : 31).

*8. Rezeki Karena Sedekah*

‎مَّن ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً
“Siapakah yang mahu memberi pinjaman kepada ALLAH, pinjaman yang baik (infak & sedekah), maka ALLAH akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipatan yang banyak.”
(Surah Al-Baqarah : 245).

Luncurkan ia ke group lain
Mudah-mudahan ada rezeki yang baik untuk kita
semoga  bermanfaat 🕌🕌🕌

DETIK DETIKBWAFATNYA KHADIZAH RA

*DETIK-DETIK WAFATNYA SITI KHADIJAH, ISTRI TERCINTA RASULULLAH*

Siti Khadijah adalah istri pertama Rasulullah. Orang yang pertama kali beriman kepada ALLAH dan kenabian Rasulullah. Orang yang sangat berjasa bagi dakwah Rasulullah dan penyebaran agama Islam.

Siti Khadijah wafat pada hari ke-11 bulan Ramadlan tahun ke-10 kenabian, tiga tahun sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah. Khadijah wafat dalam usia 65 tahun, saat usia Rasulullah sekitar 50 tahun.

PERMINTAAN TERAKHIR

Diriwayatkan, ketika Khadijah sakit menjelang ajal, Khadijah berkata kepada Rasululllah SAW,

Aku memohon maaf kepadamu, Ya Rasulullah, kalau aku sebagai istrimu belum berbakti kepadamu.

Jauh dari itu ya Khadijah. Engkau telah mendukung dawah Islam sepenuhnya, jawab Rasulullah

Kemudian Khadijah memanggil Fatimah Azzahra dan berbisik,

Fatimah putriku, aku yakin ajalku segera tiba, yang kutakutkan adalah siksa kubur. Tolong mintakan kepada ayahmu, aku malu dan takut memintanya sendiri, agar beliau memberikan sorbannya yang biasa untuk menerima wahyu agar dijadikan kain kafanku.

Mendengar itu Rasulullah berkata,

Wahai Khadijah, ALLAH menitipkan salam kepadamu, dan telah dipersiapkan tempatmu di surga.

Ummul mukminin, Siti Khadijah pun kemudian menghembuskan nafas terakhirnya dipangkuan Rasulullah. Didekapnya istri Beliau itu dengan perasaan pilu yang teramat sangat. Tumpahlah air mata mulia Beliau dan semua orang yang ada disitu.

KAIN KAFAN DARI ALLAH

Saat itu Malaikat Jibril turun dari langit dengan mengucap salam dan membawa lima kain kafan. Rasulullah menjawab salam Jibril dan kemudian bertanya,

Untuk siapa sajakah kain kafan itu, ya Jibril?

Kafan ini untuk Khadijah, untuk engkau ya Rasulullah, untuk Fatimah, Ali dan Hasan jawab Jibril. Jibril berhenti berkata dan kemudian menangis.

Rasulullah bertanya, Kenapa, ya Jibril?

Cucumu yang satu, Husain tidak memiliki kafan, dia akan dibantai dan tergeletak tanpa kafan dan tak dimandikan sahut Jibril.

Rasulullah berkata di dekat jasad Khadijah,

Wahai Khadijah istriku sayang, demi ALLAH, aku takkan pernah mendapatkan istri sepertimu. Pengabdianmu kepada Islam dan diriku sungguh luar biasa. ALLAH maha mengetahui semua amalanmu.

"Semua hartamu kau hibahkan untuk Islam. Kaum muslimin pun ikut menikmatinya. Semua pakaian kaum muslimin dan pakaianku ini juga darimu.

"Namun begitu, mengapa permohonan terakhirmu kepadaku hanyalah selembar sorban?

Tersedu Rasulullah mengenang istrinya semasa hidup.

Seluruh kekayan Khadijah diserahkan kepada Rasulullah untuk perjuangan agama Islam. Dua per tiga kekayaan Kota Mekkah adalah milik Khadijah. Tetapi ketika Khadijah hendak menjelang wafat, tidak ada kain kafan yang bisa digunakan untuk menutupi jasad Khadijah.

Bahkan pakaian yang digunakan Khadijah ketika itu adalah pakaian yang sudah sangat kumuh dengan 83 tambalan diantaranya dengan kulit kayu.

Rasulullah kemudian berdoa kepada ALLAH.

Ya ALLAH, ya Ilahi Rabbi, limpahkanlah rahmat-Mu kepada Khadijahku, yang selalu membantuku dalam menegakkan Islam. Mempercayaiku pada saat orang lain menentangku. Menyenangkanku pada saat orang lain menyusahkanku. Menentramkanku pada saat orang lain membuatku gelisah. Oh Khadijahku sayang, kau meninggalkanku sendirian dalam perjuanganku. Siapa lagi yang akan membantuku?

Tiba-tiba Ali berkata, Aku, Ya Rasulullah!

PENGORBANAN SITI KHADIJAH SEMASA HIDUP

Dikisahkan, suatu hari ketika Rasulullah pulang dari berdakwah, Beliau masuk ke dalam rumah. Khadijah menyambut, dan hendak berdiri di depan pintu. Ketika Khadijah hendak berdiri, Rasulullah bersabda,

Wahai Khadijah tetaplah kamu ditempatmu.

Ketika itu Khadijah sedang menyusui Fatimah yang masih bayi.

Saat itu seluruh kekayaan mereka telah habis. Seringkali makananpun tak punya. Sehingga ketika Fatimah menyusu, bukan air susu yang keluar akan tetapi darah. Darahlah yang masuk dalam mulut Fatimah r.a.

Kemudian Beliau mengambil Fatimah dari gendongan istrinya lalu diletakkan di tempat tidur. Rasulullah yang lelah seusai pulang berdakwah dan menghadapi segala caci maki dan fitnah manusia itu lalu berbaring di pangkuan Khadijah.

Rasulullah tertidur. Ketika itulah Khadijah membelai kepala Rasulullah dengan penuh kelembutan dan rasa sayang. Tak terasa air mata Khadijah menetes di pipi Rasulullah. Beliau pun terjaga.

Wahai Khadijah Mengapa engkau menangis? Adakah engkau menyesal bersuamikan aku, Muhammad? tanya Rasulullah dengan lembut.

Dahulu engkau wanita bangsawan, engkau mulia, engkau hartawan. Namun hari ini engkau telah dihina orang. Semua orang telah menjauhi dirimu. Seluruh kekayaanmu habis. Adakah engkau menyesal wahai Khadijah bersuamikan aku, Muhammad?" lanjut Rasulullah tak kuasa melihat istrinya menangis.

Wahai suamiku. Wahai Nabi ALLAH. Bukan itu yang kutangiskan." jawab Khadijah.

"Dahulu aku memiliki kemuliaan. Kemuliaan itu telah aku serahkan untuk Allah dan RasulNya. Dahulu aku adalah bangsawan. Kebangsawanan itu juga aku serahkan untuk Allah dan RasulNya. Dahulu aku memiliki harta kekayaan. Seluruh kekayaan itupun telah aku serahkan untuk Allah dan RasulNya.

"Wahai Rasulullah. Sekarang aku tak punya apa-apa lagi. Tetapi engkau masih terus memperjuangkan agama ini. Wahai Rasulullah. Sekiranya nanti aku mati sedangkan perjuanganmu ini belum selesai, sekiranya engkau hendak menyebrangi sebuah lautan, sekiranya engkau hendak menyebarangi sungai namun engkau tidak memperoleh rakit pun atau pun jembatan.

"Maka galilah lubang kuburku, ambilah tulang belulangku. Jadikanlah sebagai jembatan untuk engkau menyebrangi sungai itu supaya engkau bisa berjumpa dengan manusia dan melanjutkan dakwahmu.

"Ingatkan mereka tentang kebesaran Allah. Ingatkan mereka kepada yang hak. Ajak mereka kepada Islam, wahai Rasulullah.

Karena itu, peristiwa wafatnya Siti Khadijah sangat menusuk jiwa Rasulullah. Alangkah sedih dan pedihnya perasaan Rasulullah ketika itu karena dua orang yang dicintainya yaitu istrinya Siti Khadijah dan pamannya Abu Thalib telah wafat.

Tahun itu disebut sebagai Aamul Huzni (tahun kesedihan) dalam kehidupan Rasulullah.

Ilaa hadlratin Nabiyyil musthafa, wa ilaa Khadijah al Kubra, al Fatihah.

Tulisan Ustadz Zainul Hakim pada WA group Masjid Al Istiqomah.

Kitab Al Busyro, yang ditulis Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliky al Hasani.

Jika antum mau share niatkanlah dengan baik mudah-mudahan bisa jadi obat bagi masalah antum dan kita semua.

Share by.
https://tinyurl.com/Gabung-AQ

JANGAN TERHENTI.. ambil peluang kebaikan dg share meski hanya ke 1 grup atau 3 nomor saja
Syukran.. Jazakumullah

10 Karakteristik Muslim sejati

10 Karakter atau Ciri Khas Pribadi Muslim Sejati.
Al-Qur’an dan Hadits adalah dua pusaka Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang harus selalu dirujuk setiap muslim dalam segala aspek kehidupan. Satu dari sekian aspek kehidupan yang sangat penting adalah pembentukan dan pengembangan pribadi muslim.
Pribadi muslim yang dikehendaki Al-Qur’an dan sunnah adalah pribadi yang saleh. Pribadi yang sikap, ucapan dan tindakannya terwarnai oleh nilai-nilai yang datang dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Persepsi atau gambaran masyarakat tentang pribadi muslim memang berbeda-beda. Bahkan banyak yang pemahamannya sempit sehingga seolah-olah pribadi muslim itu tercermin pada orang yang hanya rajin menjalankan Islam dari aspek ubudiyah-nya saja.
Padahal, itu hanyalah salah satu aspek saja dan masih banyak aspek lain yang harus melekat pada pribadi seorang muslim. Bila disederhanakan, setidaknya ada sepuluh karakter atau ciri khas yang mesti melekat pada pribadi muslim.
1. Salimul Aqidah (Aqidah yang bersih)
Salimul aqidah merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuanNya.
Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah.
“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku, semua bagi Allah tuhan semesta alam” (QS. Al-An’aam [6]:162).
Karena aqidah yang bersih merupakan sesuatu yang amat penting, maka pada masa awal da’wahnya kepada para sahabat di Mekkah, Rasulullah SAW mengutamakan pembinaan aqidah, iman dan tauhid.
2. Shahihul Ibadah (ibadah yang benar)
Shahihul ibadah merupakan salah satu perintah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang penting. Dalam satu haditsnya, beliau bersabda:
“Shalatlah kamu sebagaimana melihat aku shalat”.
Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.
3. Matinul Khuluq (akhlak yang kokoh)
Matinul khuluq merupakan sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala maupun dengan makhluk-makhlukNya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam diutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala di dalam Al Qur’an. ALLAH berfirman yang artinya:
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung” (QS. Al-Qalam [68]:4).
4. Qowiyyul Jismi (kekuatan jasmani)
Qowiyyul jismi merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat dan kuat. Apalagi berjihad di jalan Allah dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya.
Karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Karena kekuatan jasmani juga termasuk hal yang penting, maka Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya:
“Mukmin yang kuat lebih aku cintai daripada mukmin yang lemah. (HR. Muslim)
5. Mutsaqqoful Fikri (intelek dalam berfikir)
Mutsaqqoful fikri merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang juga penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas). Al Qur’an juga banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia untuk berfikir, misalnya firman Allah yang artinya:
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan”. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir” (QS. Al-Baqarah [2]: 219)
Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktifitas berfikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman yang artinya:
Katakanlah: “samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?”‘, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”. (QS. Az-Zumar [39]: 9)
6. Mujahadatul Linafsihi (berjuang melawan hawa nafsu)
Mujahadatul linafsihi merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan.
Kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu. Hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya:
“Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran Islam)” (HR. Hakim)
7. Harishun Ala Waqtihi (pandai menjaga waktu)
Harishun ala waqtihi merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah Subhanahu Wa Ta'ala banyak bersumpah di dalam Al Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan seterusnya.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama, yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi.
Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk pandai mengelola waktunya dengan baik sehingga waktu berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang disinggung oleh Nabi Muhammad 'Alaihi wa Sallam adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum datang sakit,muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.
8. Munazhzhamun fi Syuunihi (teratur dalam suatu urusan)
Munazhzhaman fi syuunihi termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al Qur’an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya.
Dengan kata lain, suatu urusan mesti dikerjakan secara profesional. Apapun yang dikerjakan, profesionalisme selalu diperhatikan. Bersungguh-sungguh, bersemangat, berkorban, berkelanjutan dan berbasis ilmu pengetahuan merupakan hal-hal yang mesti mendapat perhatian serius dalam penunaian tugas-tugas.
9. Qodirun Alal Kasbi (memiliki kemampuan usaha sendiri/mandiri)
Qodirun alal kasbi merupakan ciri lain yang harus ada pada diri seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi.
Karena, pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan ibadah haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al Qur’an maupun hadits dan hal itu memiliki keutamaan yang sangat tinggi.
Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik. Keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Rezeki yang telah Allah sediakan harus diambil dan untuk mengambilnya diperlukan skill atau keterampilan.
10. Nafi’un Lighoirihi (bermanfaat bagi orang lain)
Nafi’un lighoirihi merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaan. Jangan sampai keberadaan seorang muslim tidak menggenapkan dan ketiadaannya tidak mengganjilkan.
Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berfikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dan mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya. Dalam kaitan ini, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain” (HR. Qudhy dari Jabir)
Demikian secara umum profil seorang muslim yang disebutkan dalam Al Qur’an dan Hadits. Sesuatu yang perlu kita standarisasikan pada diri kita masing-masing. Wallahu’alam
Ref: Pusat AlQur'an

Rabu, 18 April 2018

Shalawat habibal qolbi

ﻳَﺎ ﺣَﺒِﻴْﺐَ ﺍﻟْﻘَﻠْﺐِ
ﻳَﺎ ﺣَﺒِﻴْﺐَ ﺍﻟْﻘَﻠْﺐِ ﻳَﺎ ﺧَﻴْﺮَ ﺍﻟْﺒَﺮَﺍ ﻳَﻪْ
ﻳَﺎ ﻟِﻰ ﺟِﺌْﺖَ ﺑِﺎ ﻟْﺤَﻖِّ ﺭَﺳُﻮْ ﻝَ ﺍﻟْﻬِﺪَﺍﻳَﻪْ
ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮْ ﻝَ ﺍﻟﻠﻪ ﻳَﺎ ﺣَﺒِﻴْﺐَ ﺍﻟﻠﻪ
ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻮِﻟَﺎﺩَﺓْ ﻛَﺎ ﻟْﺒِﺪَﺍ ﻳَﺔْ ﻟِﻠْﻬِﺪَﺍﻳَﺔْ ﻟِﻠْﻬِﺪَﺍ ﻳَﺔْ ﻛﺎَ ﻟْﺒِﺪَﺍ ﻳَﻪْ
ﺍِﻥْ ﺗَﺠِﺪْ ﻳَﺎ ﻃٰﻪٰ ﺑِﻨُﻮْﺭِ ﺍﻟْﻬِﺪَﺍ ﻳَﺔْ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪ
ﺟِﺌْﺖَ ﺑِﺪِﻳْﻦِ ﺍﻟﻠﻪ ﺟِﺌْﺖ ﻛُﻞَّ ﺍﻟْﺒَﺮَﺍ ﻳَﺔْ ﻳَﺎ ﺣَﺒِﻴْﺐَ ﺍﻟﻠﻪ
ﻳَﺎ ﺑَﺸِﻴْﺮَﺍﻟْﺨَﻴْﺮ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪ
ﻳَﺎ ﺩَﻟِﻴْﻞَ ﺍﻟﻨُّﻮﺭْ ﻳَﺎ ﺣَﺒِﻴْﺐَ ﺍﻟﻠﻪ
ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻮِﻟَﺎﺩَﺓْ ﻛَﺎ ﻟْﺒِﺪَﺍ ﻳَﺔْ ﻟِﻠْﻬِﺪَﺍﻳَﺔْ ﻟِﻠْﻬِﺪَﺍ ﻳَﺔْ ﻛﺎَ ﻟْﺒِﺪَﺍ ﻳَﻪْ
Baca Teks

shalawat Timbul qulub

Teks Bacaan Sholawat Syifa Arab Latin Indonesia dan Artinya - sholawat Syifa adalah shalawat yang sering digunakan untuk wasilah penyembuhan suatu penyakit. Dari segi bahasa, Thibbil Qulub artinya adalah obat hati, sedangkan Syifa adalah penyembuh. Para ulama dan kyai sering mengajarkan shalawat ini untuk tujuan penyembuhan penyakit.
ﺃَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠَﻰ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻃِﺐِّ ﺍﻟْﻘُﻠُﻮْﺏِ ﻭَﺩَﻭَﺍﺋِﻬَﺎ ﻭَﻋَﺎﻓِﻴَﺔِ ﺍﻷَﺑْﺪَﺍﻥِ ﻭَﺷِﻔَﺎﺋِﻬَﺎ ﻭَﻧُﻮْﺭِ ﺍﻷَﺑْﺼَﺎﺭِ ﻭَﺿِﻴَﺎﺋِﻬَﺎ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁَﻟِﻪِ ﻭَﺻَﺤْﺒِﻪِ ﻭَﺑَﺎﺭِﻙْ ﻭَﺳَﻠِّﻢْ .
ALLAAHUMMA SHOLLI 'ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIN TIBBI ALQULUBI WADAWAAIHA WA'AFIYATI AL'ABDAANI WASYIFAA'IHAA WANUURI ALABSHORI WADLIYAA'IHA WA'ALAA ALIHI WASHOHBIHI WABARIK WASALLIM
“Ya Allah limpahkanlah kesejahteraan atas baginda kami Nabi Muhammad yang merupakan obat dan penyembuhan hati kami, penyehat dan penyelamat badan, yang merupakan cahaya dan sinar penglihatan dan yang merupakan penjamin kesehatan jasmani dan rohani akan kebutuhan makanan dan juga tumpahkan kesejahteraan itu atas keluarga dan sahabat-sahabatnya dan berilah keselamatan “

Senin, 16 April 2018

DOA SETELAH TASYAHUD AKHIR SEBELUM SALAM

💧💦 *EMBUN PAGI*💦💧
Selasa,  17 April 2018
1 Sya'ban 1439 H
+/-30 Hari Menuju Ramadhan

~~~~~~~~~~~~~~~~

🍏
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا فَرَغَ أَحَدُكُمْ مِنَ التَّشَهُّدِ الآخِرِ فَلْيَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ أَرْبَعٍ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ

*“Jika salah seorang di antara kalian selesai tasyahud akhir (sebelum salam), mintalah perlindungan pada Allah dari empat hal: [1] siksa neraka jahannam, [2] siksa kubur, [3] penyimpangan ketika hidup dan mati, [4] kejelekan Al Masih Ad Dajjal.”* (HR. Muslim).

🍎

وَلَوْ تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلآئِكَةُ بَاسِطُواْ أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُواْ أَنفُسَكُمُ الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنتُمْ تَقُولُونَ عَلَى اللّهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنتُمْ عَنْ آيَاتِهِ تَسْتَكْبِرُونَ

*“Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu” Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya.”* (QS. Al An’am: 93)

~ ~

pohon kurma menangis

KISAH ini dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berdiri di atas sebatang pohon kurma ketika berkhutbah. Setelah dibuatkan mimbar, kami mendengar sesuatu pada batang pohon kurma tersebut seperti suara teriakan unta yang hamil. Sehingga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam turun, lalu meletakkan tangannya pada batang kurma tersebut. Setelah itu, batang pohon itu pun diam.”
Dalam riwayat lain disebutkan, “Ketika hari Jum’at, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk di atas mimbar. Lalu batang kurma yang biasa beliau berkhutbah di sana itu berteriak, hampir-hampir batang kurma itu terbelah.”
Dalam riwayat lain disebutkan, “Lalu batang kurma itu berteriak seperti teriakan anak kecil. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam turun lalu memegangnya dan memeluknya. Setelah itu, mulailah batang pohon itu mengerang seperti erangan anak kecil yang sedang diredakan tangisannya sampai ia terdiam. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu bersabda,
“Ia menangis karena dzikir yang dulu biasa ia dengar.” (HR. Bukhari no. 2095. Disebutkan dalam Riyadh Ash-Shalihin karya Imam Nawawi pada hadits no. 1831).
Tangisan Pohon Kurma, Tanda Mukjizat Nabi
Kisah tangisan pohon kurma merupakan kisah yang benar-benar nyata yang diketahui dari khalaf (yang belakangan) dari salaf (yang sebelumnya ada). Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah berkata bahwa ini merupakan tanda kalau benda seperti batang kurma yang tidak bergerak memiliki perasaan seperti hewan, bahkan lebih unggul dari beberapa hewan yang lebih cerdas. Hal ini sesuai dengan firman Allah Ta’ala di mana sebagian ulama maknakan secara tekstual.
“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Isra’: 44)
Ibnu Abi Hatim telah menukilkan dari Manaqib Asy-Syafi’i, dari bapaknya, dari ‘Amr bin Sawad, dari Imam Asy-Syafi’i, ia berkata
“Allah tidaklah pernah memberikan sesuatu kepada seorang Nabi seperti yang diberikan pada Nabi Muhammad.”
Aku (Ibnu Abi Hatim) ber

Rabu, 11 April 2018

Sejarah UIN RADEN INTAN LAMPUNG


Sejarah
Sebelum berdirinya IAIN Raden Intan Bandar Lampung, telah berdiri terlebih dahulu Yayasan Kesejahteraan Islam Lampung (YKIL) pada tahun 1961 di Teluk Betung Pada tahun 1963, pihak Yayasan Kesejahteraan Islam Lampung mengadakan musyawarah dengan Para Ulama Lampung dan dengan aparat Pemerintah Daerah, yang intinya adalah sarana dan prasarana pendidikan tinggi agama Islam bagi masyarakat. Dari musyawarah tersebut kemudian dihasilkan suatu kesepakatan untuk mendirikan dua Fakultas yaitu Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Syari’ah.
Pada saat itu sarana dan prasarana pendidikan masih sangat terbatas. Tempat perkuliahan pernah memakai gedung Fakultas Hukum cabang UNSRI di Teluk Betung dan di Masjid Al-Fur’qon Lungsir Teluk Betung. Setelah itu kemudian para inisiator melakukan upaya-upaya agar status kedua fakultas tersebut berubah dari swasta ke negeri. Upaya tersebut membuahkan hasil sehingga pada tanggal 13 Oktober 1964 terbitlah surat Keputusan Menteri Agama R.I. No. 86 /1964 yang isinya perubahan status Fakultas Tarbiyah Yayasan Kesejahteraan Islam Lampung ( YKIL) menjadi Instansi Pemerintah (Negeri) yaitu : sebagai cabang Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Fattah Palembang di Teluk Betung. Sementara Yayasan Kesejahteraan Islam Lampung masih membina Fakultas Syari’ah.
Pada saat itu masih berlaku aturan yang mempersyaratan berdirinya sebuah al –Jami’ah (IAIN), yaitu sekurang-kurangnya memiliki tiga fakultas, untuk memenuhi persyaratan tersebut maka pada Tahun 1965 Yayasan Kesejahteraan Islam Lampung mendirikan satu fakultas lagi yaitu Fakultas Ushuluddin dengan menunjuk K.H. Zakaria Nawawi sebagai Dekan. Ketiga Fakultas tersebut mengambil tempat di Masjid Al-Fur’qon.
Pada Tahun 1966 Pemerintah Daerah menyerahkan Gedung Ex Sekolah Cina di jalan Kartini untuk kegiatan perkuliahan Fakultas Tarbiyah, Fakultas Syari’ah dan Ushuluddin dan sejak saat itu kegiatan ketiga Fakultas tersebut dialihkan dari Masjid Al-Fur’qon ke Gedung Ex sekolah Cina di jalan Kartini (Kaliawi).
Dengan memperhatikan aktivitas Yayasan Kesejahteraan Islam Lampung sudah merasa banyak, maka untuk menyantuni ketiga fakultas tersebut perlu ada yayasan Khusus yang menangani. Kemudian pada tahun 1966 itu juga atas putusan rapat Pengurus Yayasan Kesejahteraan Islam Lampung maka terbentuklah Yayasan Perguruan Tinggi Islam (YAPERTI) Lampung. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama RI No. 187/68 tanggal 26 Oktober 1968 berdirilah satu Institut Agama Islam Negeri ( IAIN) di Lampung dengan Nama ” IAIN al-Jami’ah, Al- Islamiyah, Al-Hukumiyah Raden Intan Lampung", dengan Rektor Mukhtar Hasan SH, dan kegiatan perkuliahan pun dilaksanakan di Jl. Kartini Kaliawi Tanjungkarang. Selaku Rektor Pertama, H. Mukhtar Hasan memimpin sampai tahun 1971. Periode kedua, IAIN Raden Intan dipimpin oleh Drs. Ibrahim Bandung dari tahun 1971 s.d. 1973 yang membawahi tiga fakultas yaitu Tarbiyah, Syari’ah dan Ushuluddin dengan mempergunakan kampus di Jl. Kartini Tanjungkarang.
Periode ketiga, dipimpin oleh Drs. H. Suwarno Achmady, seorang perwira menengah TNI AD yang menjabat dari tahun 1973 s.d. 1978. Pada periode ini IAIN Raden Intan mendapat bantuan Pemda Lampung berupa sebidang tanah seluas 5 Ha. di jalan raya Labuhan Ratu dan selanjutnya kampus pun pindah ke lokasi baru. Adapun kampus Kaliawi di Jalan Kartini dipergunakan untuk TK Raden Intan dan Yayasan SMP Raden Intan. Sejak periode keempat yang dipimpin Drs. H. Muhammad Zein dari tahun 1978 s.d. 1984 IAIN Raden Intan mulai menerapkan Sistem Kredit Semester (SKS) yang sebelumnya menggunakan Sistem Semester non Kredit (1975 – 1982). Pada periode ini pula Pemerintah Daerah Lampung memberikan bantuan tanah kampus seluas + 50 Ha. di Sukarame. Pada periode kelima, IAIN Raden Intan dipimpin oleh Drs. H. Busyairi Majidi, seorang ulama anggota Tim Penyusun Al-Qur’an dan Terjemahnya Departemen Agama, dan dosen IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pada periode yang berlangsung dari tahun 1984 s.d. 1989 ini berhasil dibangun empat gedung fakultas berlantai dua untuk Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Ushuluddin di Kampus Sukarame, dan pada tanggal 20 Agustus 1987 kegiatan perkuliahan secara resmi dipindahkan ke kampus baru ini.
Pada periode keenam yang menjadi Rektor adalah Drs. H. Pranoto Tahrir Fatoni seorang birokrat Departemen Agama Jakarta yang menjabat dari tahun 1989 s.d. 1993. Pada periode ini, diadakan penyempurnaan administrasi umum, akademik dan kemahasiswaan, dan terutama administrasi keuangan, serta pembangunan gedung perpustakaan berlantai dua di Sukarame.
Periode ketujuh, IAIN Raden Intan dipimpin oleh seorang putra daerah Ranau, Drs. H.M. Ghozi Badrie yang berlangsung dari tahun 1993 s.d. 1998. Pada masa ini berhasil dibangun ruang perkuliahan Fakultas Syari’ah beserta gedung perkantorannya, sehingga pada periode ini seluruh aktivitas perkuliahan sudah dipindahkan ke kampus Sukarame.
Pada periode kedelapan, terpilihlah Prof. DR. H.M. Damrah Khair, M.A. untuk memimpin IAIN Raden Intan dari tahun 1997 s.d. 2002. Pada masa ini berhasil dibangun gedung Fakultas Dakwah, gedung rektorat berlantai tiga serta pembangunan Gedung Serba Guna (GSG).
Pada periode kesembilan, IAIN dipimpin oleh
Prof. DR. H.S. Noor Chozin Sufri putra Jawa Timur dan seorang tokoh MUI Lampung, yang menjabat sejak tahun 2002 s.d. 2006. Masa kepemimpinannya disebut masa kebangkitan IAIN Raden Intan dilihat dari melonjaknya jumlah pendaftar calon mahasiswa, dikembangkannya beberapa jurusan baru dan sarana prasarana kampus, disepakatinya berbagai kerjasama baik dalam negeri maupun luar negeri, juga berhasil dibangun beberapa gedung baru diantaranya gedung Kantor Pascasarjana, gedung perpustakaan berlantai tiga, ruang Dosen Fakultas Tarbiyah dan ruang Dosen Fakultas Syari`ah. Namun dia berhalangan tetap (meninggal dunia 17 Januari 2006) maka sebagai penganti sementara adalah Drs. H. Mahmud Yusuf, MA. Hal ini sesuai SK Menteri Agama RI No. B.II/2/0271/2006, Tanggal 8 Maret 2006, sampai pelantikan Rektor baru yang definitif.
Selanjutnya, terbit Surat Keputusan Menteri Agama RI nomor : B.II/3/0847/2006 tanggal 21 Juli 2006 ditetapkan Prof. Dr. H.M. Ridwan Lubis sebagai Pgs. Rektor. Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI Nomor : 143/M/2006 tanggal 12 Desember 2006 dilantik Prof. Dr.H. Musa Sueb, MA sebagai Rektor IAIN Raden Intan periode 2006 - 2010.
Rektor
Daftar Rektor IAIN Raden Intan
1. H. Mukhtar Hasan (1968-1971)
2. Drs. Ibrahim Bandung (1971-1973)
3. Drs. H. Suwarno Achmady (1973-1978)
4. Drs. H. Muhammad Zein (1978-1984)
5. Drs. H. Busyairi Majidi (1984-1989)
6. Drs. H. Pranoto Tahrir Fatoni (1989-1993)
7. Drs. H.M. Ghozi Badrie (1993-1998)
8. Prof. DR. H.M. Damrah Khair, M.A.(1998-2002)
9. Prof. DR. H.S. Noor Chozin Sufri (2002-2006) (meninggal 17 Januari 2006)
10. Drs. H. Mahmud Yusuf, MA. (Pengganti sementara) s.d. 21 Juli 2006
11. Prof. Dr. H.M. Ridwan Lubis (Pelaksana tugas s.d. 12 Desember 2006)
12. Prof. Dr.H. Musa Sueb, MA (2006 - 2010)
13. Prof. Dr. H. Moh. Mukri, M.Ag (2011-2015) [2]
14. Prof. Dr. H. Moh. Mukri, M.Ag (2015-2019), periode kedua.
Fakultas
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan memiliki sepuluh jurusan/program Studi yaitu :
Program Studi Pendidikan Agama Islam (S.Pd)
Program Studi Pendidikan Bahasa Arab (S.Pd)
Program Studi Manajemen Pendidikan Islam (S.Pd)
Program Studi Bimbingan & Konseling (S.Pd)
Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (S.Pd)
Program Studi Pendidikan Matematika (S.Pd)
Program Studi Pendidikan Biologi (S.Pd)
Program Studi Pendidikan Fisika (S.Pd)
Program Studi Pendidikan Guru Roudhatul Athfal /PGPAUD (S.Pd)
Program Studi Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah /PGSD (S.Pd)
Fakultas Ushuluddin
Fakultas Ushuluddin memiliki delapan jurusan/program Studi sebagai berikut :
Program Studi Perbandingan Agama (S.Ag)
Program Studi Filsafat agama (S.Ag)
Program Studi Ilmu Hadits (S.Ag)
Program Studi Pemikiran Politik Islam (S.Ag)
Program Studi ilmu aqidah (S.Ag)
Program Studi Akhlak dan Tasawuf(S.Ag)
Program Studi Psikologi Islam (S.Psi)
Program Studi Sosiologi Islam (S.Sos)
Fakultas Syari'ah Dan Ilmu Hukum
Fakultas Syariah Dan Ilmu Hukum memiliki empat Jurusan/program Studi yaitu:
Program Studi Hukum Keluarga Dalam Islam (S.H)
Program Studi Hukum Pidana dan Politik Islam (S.H)
progam konsentrasi hukum ekonomi syariah (S.H)
ilmu Hukum (S.H)
Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi (FDIK)
Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi memiliki lima jurusan/program studi yaitu :
Program Studi Pemikiran dan Politik (S.IP)
Program Studi Komunikasi dan Penyiaran (S.Kom)
Program Studi Pengembangan Masyarakat (S.Sos)
Program Studi Manajemen (konsentrasi manajemen ekonomi pembangungan) (S.E)
Program Studi Bimbingan konseling islam (S.Sos)
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam (FEBI)
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam memiliki tiga jurusan/program studi yaitu :
Program Studi Ekonomi Syariah (S.E)
Program Studi Perbankan Syariah (S.E)
Program Studi Akuntansi Syariah (S.E)
Pascasarjana
Program Doktoral (S-3)
Manajemen Pendidikan Islam (Dr.)
Hukum Keluarga (Dr.)
Pengembangan Masyarakat Islam (Dr.)
Program Magister (S-2)
Manajemen Pendidikan Islam (M.Pd)
Pendidikan Agama Islam (M.Pd)
Hukum Keluarga (M.H)
Hukum Ekonomi Syariah (M.H)
Ekonomi Syariah (M.E)
Pengembangan Masyarakat Islam (M.Sos)
Filsafat Agama (M.Ag)
Ilmu Hadist (M.Ag)
Media dan Humas
facebook.com/infoiainlampung
instagram.com/radenintanacid
twitter.com/radenintanacid
radenintan.ac.id
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
UKM Koperasi Mahasiswa (KOPMA)
UKM Lembaga Penerbitan Mahasiswa (UKM LPM) Raden Intan
UKM Badan Pembinaan Dakwah (BAPINDA)
UKM Pramuka
UKM Mahasiswa Raden Intan Pecinta Alam (Maharipal)
UKM Radio Siaran Dakwah (RASIDA)
UKM Resimen Mahasiswa (MENWA)
UKM Koorps Suka Rela (KSR)
UKM Blitz
UKM Olahraga Raden Intan
UKM Tari
UKM Beladiri
UKM Bahasa
UKM PUSKIMA RIL (pusat kajian ilmiah mahasiswa) raden intan lampung
UKM HAMAS
UKM AL-ITTIHAD
ORGANISASI EKSTRA KAMPUS
HMI(Himpunan Mahasiswa Islam)
IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiah)
KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia)
PMII (Pergerakan Mahasiswi Islam Indonesia)
Lihat pula
Perguruan tinggi Islam negeri di Indonesia
Sekolah tinggi agama Islam negeri
Daftar perguruan tinggi Islam negeri di Indonesia
Daftar perguruan tinggi negeri di Indonesia

Kamis, 05 April 2018

MEMILIH PEMIMPIN YANG BAIK

Memilih pemimpin yang baik
ﺇِﻥّ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪَ ﻟِﻠَّﻪِ ﻧَﺤْﻤَﺪُﻩُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻌِﻴْﻨُﻪُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮُﻩُ ﻭَﻧَﻌُﻮْﺫُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻣِﻦْ ﺷُﺮُﻭْﺭِ ﺃَﻧْﻔُﺴِﻨَﺎ ﻭَﺳَﻴّﺌَﺎﺕِ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟِﻨَﺎ ﻣَﻦْ ﻳَﻬْﺪِﻩِ ﺍﻟﻠﻪُ ﻓَﻼَ ﻣُﻀِﻞّ ﻟَﻪُ ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﻀْﻠِﻞْ ﻓَﻼَ ﻫَﺎﺩِﻱَ ﻟَﻪُ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻّ ﺍﻟﻠﻪُ ﻭَﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥّ ﻣُﺤَﻤّﺪًﺍ ﻋَﺒْﺪُﻩُ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟُﻪُ
ﻳَﺎﺃَﻳّﻬَﺎ ﺍﻟّﺬَﻳْﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮْﺍ ﺍﺗّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﺣَﻖّ ﺗُﻘَﺎﺗِﻪِ ﻭَﻻَ ﺗَﻤُﻮْﺗُﻦّ ﺇِﻻّ ﻭَﺃَﻧْﺘُﻢْ ﻣُﺴْﻠِﻤُﻮْﻥَ
ﻳَﺎﺃَﻳّﻬَﺎ ﺍﻟﻨَﺎﺱُ ﺍﺗّﻘُﻮْﺍ ﺭَﺑّﻜُﻢُ ﺍﻟّﺬِﻱ ﺧَﻠَﻘَﻜُﻢْ ﻣِﻦْ ﻧَﻔْﺲٍ ﻭَﺍﺣِﺪَﺓٍ ﻭَﺧَﻠَﻖَ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﺯَﻭْﺟَﻬَﺎ ﻭَﺑَﺚّ ﻣِﻨْﻬُﻤَﺎ ﺭِﺟَﺎﻻً ﻛَﺜِﻴْﺮًﺍ ﻭَﻧِﺴَﺎﺀً ﻭَﺍﺗّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﺍﻟَﺬِﻱ ﺗَﺴَﺎﺀَﻟُﻮْﻥَ ﺑِﻪِ ﻭَﺍْﻷَﺭْﺣَﺎﻡَ ﺇِﻥّ ﺍﻟﻠﻪَ ﻛَﺎﻥَ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺭَﻗِﻴْﺒًﺎ
ﻳَﺎﺃَﻳّﻬَﺎ ﺍﻟّﺬِﻳْﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮْﺍ ﺍﺗّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﻭَﻗُﻮْﻟُﻮْﺍ ﻗَﻮْﻻً ﺳَﺪِﻳْﺪًﺍ ﻳُﺼْﻠِﺢْ ﻟَﻜُﻢْ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟَﻜُﻢْ ﻭَﻳَﻐْﻔِﺮْﻟَﻜُﻢْ ﺫُﻧُﻮْﺑَﻜُﻢْ ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﻄِﻊِ ﺍﻟﻠﻪَ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟَﻪُ ﻓَﻘَﺪْ ﻓَﺎﺯَ ﻓَﻮْﺯًﺍ ﻋَﻈِﻴْﻤًﺎ،
ﺃَﻣّﺎ ﺑَﻌْﺪُ …
ﻓَﺈِﻥَّ ﺃَﺻْﺪَﻕَ ﺍﻟْﺤَﺪِﻳﺚِ ﻛِﺘَﺎﺏُ ﺍﻟﻠَّﻪِ، ﻭَﺃَﺣْﺴَﻦَ ﺍﻟْﻬَﺪْﻱِ ﻫَﺪْﻱُ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ، ﻭَﺷَﺮُّ ﺍﻟْﺄُﻣُﻮﺭِ ﻣُﺤْﺪَﺛَﺎﺗُﻬَﺎ، ﻭَﻛُﻞُّ ﻣُﺤْﺪَﺛَﺔٍ ﺑِﺪْﻋَﺔٌ ﻭَﻛُﻞُّ ﺑِﺪْﻋَﺔٍ ﺿَﻠَﺎﻟَﺔٌ، ﻭَﻛُﻞُّ ﺿَﻠَﺎﻟَﺔٍ ﻓِﻲ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ
Ma’asyiral Muslimin , jamaah jum’at yang dirahmati Allah
Puji syukur kita haturkan ke hadhirat Allah, atas limpahan rahmat dan hidayahnya, sehingga kita dimudahkan untuk berkumpul melaksanakan ibadah jumat di kesempatan ini. Semoga apa yang kita lakukan diterima oleh Allah sebagai amal soleh.
Kita juga bersyukur kepada Allah, karena kasih sayang-Nya, kita dikumpulkan dalam barisan orang-orang yang beriman. Dan kita berharap, semoga di hari kiamat kelak, kita juga dibangkitkan bersama orang-orang yang beriman.
Kaum muslimin, jamaah jumat yang kami muliakan,

Salah satu topik yang banyak dibicarakan masyarakat saat ini adalah siapakah yang akan menjadi pemimpin kita selama lima tahun mendatang. Siapakah nantinya yang akan menjadi presiden bagi bangsa Indonesia.
Sebagai orang yang beriman, tentu kita berharap, manusia yang memimpin kita adalah manusia yang baik, menjaga amanah, adil terhadap rakyatnya, dan berpihak kepada kaum muslimin.

Jamaah jumah yang dimuliakan Allah,
Dalam al-Quran, Allah telah menjelaskan di beberapa ayat, siapakah sosok pemimpin yang ideal dalam islam.
Ketika Allah menceritakan proses pengangkatan Nabi Yusuf, sebagai bendahara Mesir, Allah menyebutkan bagaimana al-Aziz, pemuka mesir memuji Yusuf,
ﺇِﻧَّﻚَ ﺍﻟْﻴَﻮْﻡَ ﻟَﺪَﻳْﻨَﺎ ﻣَﻜِﻴﻦٌ ﺃَﻣِﻴﻦٌ
“Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi amanah pada sisi kami”.

ﺍﺟْﻌَﻠْﻨِﻲ ﻋَﻠَﻰ ﺧَﺰَﺍﺋِﻦِ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ﺇِﻧِّﻲ ﺣَﻔِﻴﻆٌ ﻋَﻠِﻴﻢٌ

Berkata Yusuf: “Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan”. (QS. Yusuf: 54 – 55)

Di sinilah kesempurnaan Yusuf ‘alaihis salam, beliau memiliki 4 kriteria yang mencerminkan pemimpin ideal,

ﻣَﻜِﻴﻦٌ – ﺃَﻣِﻴﻦٌ – ﺣَﻔِﻴﻆٌ – ﻋَﻠِﻴﻢٌ

ﻣَﻜِﻴﻦٌ : memiliki kedudukan, sehingga
beliau dihormati dan bisa melaksanakan tugasnya tanpa ada yang menghalangi.

ﺃَﻣِﻴﻦٌ : beliau orang yang amanah, yang memiliki rasa takut kepada Allah, sehingga tidak mungkin mengkhianati
rakyatnya.

ﺣَﻔِﻴﻆٌ: beliau orang yang mampu menjaga, teliti, bukan orang yang teledor, dan bukan orang yang menggampangkan masalah.

ﻋَﻠِﻴﻢٌ : beliau orang yang berilmu, paham bagaimana cara mengatur pemerintahan dengan benar. Mengetahui skala prioritas
bagi negaranya.

Sehingga dengan 4 karakter ini, beliau menjadi pemimpin yang ideal.
Demikian pula karakter Jibril yang Allah amanahi menyampaikan wahyu kepada para rasul-Nya, karakter Jibril yang Allah puji dalam al-Quran,

ﺇِﻧَّﻪُ ﻟَﻘَﻮْﻝُ ﺭَﺳُﻮﻝٍ ﻛَﺮِﻳﻢٍ . ﺫِﻱ ﻗُﻮَّﺓٍ ﻋِﻨْﺪَ ﺫِﻱ ﺍﻟْﻌَﺮْﺵِ ﻣَﻜِﻴﻦٍ . ﻣُﻄَﺎﻉٍ ﺛَﻢَّ ﺃَﻣِﻴﻦٍ

Sesungguhnya Al Qur’aan itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril), yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai ‘Arsy, yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagi amanah. (QS. At-Takwir: 19 – 21).
Jibril memiliki karakter yang sempurna, sehingga Allah tunjuk untuk mengemban tugas paling berat, mengantarkan wahyu kepada para utusan Allah yang ada di muka bumi.

Dan seperti itulah selayaknya pemimpin yang menjadi wakil bagi rakyatnya, dia orang yang terhormat bukan manusia rendahan, memiliki kemampuan dan profesionalitas, dan amanah dalam mengemban tugas.

Hadhirin yang kami hormati,
Tentu saja, untuk memiliki pemimpin dengan karakter yang sangat ideal di atas, bukanlah hal yang mudah. Namun di sini, ada satu hal yang bisa kita jadikan renungan bersama. Pertanyaan mendasar yang layak untuk kita kembalikan kepada pribadi kita masing-masing.

Jika kita berharap untuk memiliki pemimpin yang baik, sudahkah kita menjadi rakyat yang baik?

Jika kita berharap nantinya akan dipimpin oleh seorang muslim yang peduli dengan islam, sudahkah kita menjadi masyarakat yang perhatian dengan agamanya.

Kita memahami, adanya pemimpin di tengah tengah, adalah bagian dari taqdir Allah. Satu ayat yang sangat akrab kita dengar,

ﻗُﻞِ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻣَﺎﻟِﻚَ ﺍﻟْﻤُﻠْﻚِ ﺗُﺆْﺗِﻲ ﺍﻟْﻤُﻠْﻚَ ﻣَﻦْ ﺗَﺸَﺎﺀُ ﻭَﺗَﻨْﺰِﻉُ ﺍﻟْﻤُﻠْﻚَ ﻣِﻤَّﻦْ ﺗَﺸَﺎﺀُ ﻭَﺗُﻌِﺰُّ ﻣَﻦْ ﺗَﺸَﺎﺀُ ﻭَﺗُﺬِﻝُّ ﻣَﻦْ ﺗَﺸَﺎﺀُ ﺑِﻴَﺪِﻙَ ﺍﻟْﺨَﻴْﺮُ

Katakanlah: “Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebaikan. (QS. Ali Imran: 26)

Adanya pemimpin di tengah kita, karena Allahlah yang mengangkatnya dan menunjuknya untuk menjadi pemimpin kita.

Kaum muslimin yang kami hormati,
Bagian dari sunatullah, Allah menunjuk dan mengangkat seorang pemimpin, sesuai dengan karakter rakyatnya. Allah berfirman,

ﻭَﻛَﺬَﻟِﻚَ ﻧُﻮَﻟِّﻲ ﺑَﻌْﺾَ ﺍﻟﻈَّﺎﻟِﻤِﻴﻦَ ﺑَﻌْﻀًﺎ ﺑِﻤَﺎ ﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﻳَﻜْﺴِﺒُﻮﻥَ

Demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang yang zalim itu menjadi pemimpin bagi sebagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan. (QS. Al-An’am: 129)

Sebagai rakyat, kita sering menuntut para pejabat pemerintah, agar menjadi pemimpin yang amanah, harus jujur, bijak, adil, membela kepentingan rakyat, bertaqwa, dan berbagai tuntutan lainnya.

Namun pernahkah kita berfirkir sebaliknya, menuntut diri kita sebagai rakyat. Jika kita menerapkan sistem keseimbangan, di saat kita menuntut pemimpin harus baik, kita juga seharusnya menuntut rakyat untuk menjadi baik pula.

Ada orang khawarij yang datang menemui Ali bin Abi Thalib,
“Wahai khalifah Ali, mengapa pemerintahanmu banyak dikritik rakyat, tidak sebagaimana pemerintahannya Abu Bakar dan Umar?!” tanya si Khawarij.
Jawab Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu,

ﺇﻥ ﺭﺟﺎﻝ ﺃﺑﻲ ﺑﻜﺮ ﻭﻋﻤﺮ ـ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻤﺎ ـ ﺃﻧﺎ ﻭﺃﻣﺜﺎﻟﻲ، ﺃﻣﺎ ﺃﻧﺎ ﻓﻜﺎﻥ ﺭﺟﺎﻟﻲ ﺃﻧﺖ ﻭﺃﻣﺜﺎﻟﻚ

“Karena pada zaman Abu Bakar dan Umar yang menjadi rakyat adalah aku dan orang-orang yang semisalku, sedangkan rakyatku adalah kamu dan orang-orang yang semisalmu!!” (Syarh Riyadhus Shalihin, Ibnu Utsaimin, 4/87).

Kaum muslimin, mari kita perhatikan surat al-An’am ayat 129 di atas.
Ayat dia atas menjelaskan kepada kita bahwa diantara hukuman yang Allah berikan kepada orang zalim adalah dengan Allah tunjuk orang zalim yang lain menguasainya. Dengan itu, orang zalim pertama, akan mendapatkan bentuk kezaliman dari orang zalim kedua.
Ketika masyarakat berusaha memperbaiki dirinya, istiqamah dalam menjalankan kebaikan, Allah akan perbaiki mereka dengan Allah tunjuk para pemimpin yang memperhatikan kepentingan mereka. Sebagai ganjaran atas kebaikan yang telah mereka lakukan.

Sebaliknya, ketika masyarakat banyak melakukan kezaliman, kerusakan, tidak menunaikan kewajibannya, maka Allah akan tunjuk pemimpin yang zalim di tengah mereka. Pemimpin yang tidak memihak kepentingan mereka. Bahkan bisa jadi akan menindas mereka. Sebagai hukuman atas kezaliman yang dilakukan masyarakat. (Taisir al-Karim ar-Rahman, hlm. 273).

Para ulama mengatakan dalam sebuah ungkapan,

ﺃﻋﻤﺎﻟﻜﻢ ﻋﻤﺎﻟﻜﻢ ﻛﻤﺎ ﺗﻜﻮﻧﻮﺍ ﻳﻮﻟﻰ ﻋﻠﻴﻜﻢ

Amal perbuatan kalian, sejenis dengan pemimpin kalian. Sebagaimana karakter kalian, seperti itu pula bentuk kepemimpinan yang akan mengendalikan kalian.

Karena pemimpin cermin bagi rakyatnya. Pemimpin yang berkuasa di tengah masyarakat, tidak jauh berbeda dengan karakter masyakatnya.

Demikian khutbah kami yang pertama, semoga bermanfaat,
ﺃَﻗُﻮْﻝُ ﻗَﻮْﻟِﻲْ ﻫَﺬَﺍ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍﻟﻠﻪَ ﻟِﻲْ ﻭَﻟَﻜُﻢْ ﻭَﻟِﺴَﺎﺋِﺮِ ﺍﻟﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦَ ﻓَﺎﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻭْﻩُ ﺇِﻧَّﻪُ ﻫُﻮَ ﺍﻟﻐَﻔُﻮْﺭُ ﺍﻟﺮَﺣِﻴْﻢُ
Khutbah Kedua:
ﺍَﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻟِﻠَّﻪِ ﺫِﻱْ ﺍﻟﻌَﺮْﺵِ ﺍﻟﻤَﺠِﻴْﺪِ، ﺍﻟﻔَﻌَّﺎﻝُ ﻟِﻤَﺎ ﻳُﺮِﻳْﺪُ، ﺃَﺣَﺎﻁَ ﺑِﻜُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﻋِﻠْﻤًﺎ، ﻭَﻫُﻮَ ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﺷَﻬِﻴْﺪٌ، ﻭَﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻟَﺎ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟﻠﻪ ﻭَﺣْﺪَﻩُ ﻟَﺎ ﺷَﺮِﻳْﻚَ ﻟَﻪُ، ﻭَﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ ﻋَﺒْﺪُﻩُ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟُﻪُ ﻧَﺎﺷِﺮُ ﺃَﻋْﻠَﺎﻡِ ﺍﻟﺘَﻮْﺣِﻴْﺪِ، ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻭَﺑَﺎﺭَﻙَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁﻟِﻪِ ﻭَﺃَﺻْﺤَﺎﺑِﻪِ ﻭَﺍﻟﺘَّﺎﺑِﻌِﻴْﻦَ ﻭَﻣَﻦْ ﺗَﺒِﻌَﻬُﻢْ ﺑِﺈِﺣْﺴَﺎﻥٍ . ﺃَﻣَّﺎ ﺑَﻌْﺪُ
Jamaah shalat Jumat rahimani wa rahimakumullah
Imam Ibnul Qoyim pernah menjelaskan tentang pentingnya memperbaiki diri, jika kita berharap memiliki pemimpin yang baik. Beliau rahimahullah mengatakan,
ﻭﺗﺄﻣﻞ ﺣﻜﻤﺘﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻓﻲ ﺍﻥ ﺟﻌﻞ ﻣﻠﻮﻙ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩ ﻭﺃﻣﺮﺍﺀﻫﻢ ﻭﻭﻻﺗﻬﻢ ﻣﻦ ﺟﻨﺲ ﺍﻋﻤﺎﻟﻬﻢ ﺑﻞ ﻛﺄﻥ ﺃﻋﻤﺎﻟﻬﻢ ﻇﻬﺮﺕ ﻓﻲ ﺻﻮﺭ ﻭﻻﺗﻬﻢ ﻭﻣﻠﻮﻛﻬﻢ ﻓﺈﻥ ﺳﺎﺗﻘﺎﻣﻮﺍ ﺍﺳﺘﻘﺎﻣﺖ ﻣﻠﻮﻛﻬﻢ ﻭﺇﻥ ﻋﺪﻟﻮﺍ ﻋﺪﻟﺖ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻭﺇﻥ ﺟﺎﺭﻭﺍ ﺟﺎﺭﺕ ﻣﻠﻮﻛﻬﻢ
Renungkanlah hikmah Allah. Dia jadikan pemimpin bagi para hamba-Nya, sejenis dengan amal dan perilaku hamba-Nya. Bahkan seolah-olah amal mereka berwujud seperti pemimpin mereka. Ketika mereka istiqamah dalam kebaikan, pemimpin mereka akan istiqamah. Sebaliknya, ketika mereka menyimpang, maka pemimpin mereka-pun menyimpang. Ketika mereka berbuat zalim, pemimpin mereka juga akan bertindak zalim…(Miftah Dar as-Sa’adah, hlm. 253).
Selanjutnya, mengakhiri kesempatan khutbah ini, kami mengingatkan kepada para jamaah, agar tidak pesimis terhadap kondisi bangsa kita. Mari kita letakkan harapan besar kita dalam doa kita.
Dulu ada seorang ulama yang bernama Fudhail bin ‘Iyadh, beliau memberikan contoh kepada kita tentang pentingnya mendoakan kebaikan bagi pemimpin. Beliau mengatakan,
ﻟَﻮْ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﻟِﻲْ ﺩَﻋْﻮَﺓٌ ﻣُﺴْﺘَﺠَﺎﺑَﺔٌ ﻣَﺎ ﺟَﻌَﻠْﺘُﻬَﺎ ﺇِﻻَّ ﻓِﻲ ﺍﻟﺴُّﻠْﻄَﺎﻥِ
“Seandainya saya memiliki satu doa yang mustajab, maka saya tidak akan gunakan doa itu kecuali untuk kebaikan pemimpin.” (Al-Barbahari dalam Syarhu Sunnah hlm. 116).
Karena, jangan lupakan dalam doa anda, untuk memohon kepada Allah pemimpin yang baik, adil, amanah, bijak, dan tentu saja membela kepentingan kaum muslimin.
Semoga Allah memberi petunjuk kepada kita untuk menjadi masyarakat yang baik, sehingga Allah anugerahkan kepada kita, pemimpin yang baik pula.
ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠَﻰ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁﻝِ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﺑَﺎﺭِﻙْ ﻋَﻠَﻰ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁﻝِ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻛَﻤَﺎ ﺻَﻠَّﻴْﺖَ ﻭَﺑَﺎﺭَﻛْﺖَ ﻋَﻠَﻰ ﺇِﺑْﺮَﺍﻫِﻴْﻢَ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁﻝِ ﺇِﺑْﺮَﺍﻫِﻴْﻢَ، ﺇِﻧَّﻚَ ﺣَﻤِﻴْﺪٌ ﻣَﺠِﻴْﺪٌ .
ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺍﻏْﻔِﺮْ ﻟِﻠْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴْﻦَ ﻭَﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨَﺎﺕِ ﻭَﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦَ ﻭَﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤَﺎﺕِ ﺍﻷَﺣْﻴَﺎﺀِ ﻣِﻨْﻬُﻢْ ﻭَﺍْﻷَﻣْﻮَﺍﺕِ ﺇِﻧَّﻚَ ﺳَﻤِﻴْﻊٌ ﻗَﺮِﻳْﺐٌ ﻣُﺠِﻴْﺐُ ﺍﻟﺪَّﻋَﻮَﺍﺕِ
ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﺍﻏْﻔِﺮْ ﻟَﻨَﺎ ﻭَﻟِﺈِﺧْﻮَﺍﻧِﻨَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺳَﺒَﻘُﻮﻧَﺎ ﺑِﺎﻟْﺈِﻳﻤَﺎﻥِ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﺠْﻌَﻞْ ﻓِﻲ ﻗُﻠُﻮﺑِﻨَﺎ ﻏِﻠّﺎً ﻟِّﻠَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﺇِﻧَّﻚَ ﺭَﺅُﻭﻑٌ ﺭَّﺣِﻴﻢٌ
ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺁﻣِﻨَّﺎ ﻓِﻲْ ﺃَﻭْﻃَﺎﻧِﻨَﺎ ﻭَﺃَﺻْﻠِﺢْ ﺃَﺋِﻤَّﺘَﻨَﺎ ﻭَﻭُﻟَﺎﺓَ ﺃُﻣُﻮْﺭِﻧَﺎ ﻭَﺍﺟْﻌَﻞْ ﻭِﻟَﺎﻳَﺘَﻨَﺎ ﻓِﻲْ ﻣَﻦْ ﺧَﺎﻓَﻚَ ﻭَﺍﺗَّﻘَﺎﻙَ ﻭَﺍﺗَّﺒَﻊَ ﺭِﺿَﺎﻙَ ﻳَﺎ ﺭَﺏَّ ﺍﻟْﻌَﺎﻟَﻤِﻴْﻦَ . ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﻓِّﻖْ ﻭَﻟِﻲَّ ﺃَﻣْﺮِﻧَﺎ ﻟِﻬُﺪَﺍﻙَ ﻭَﺍﺟْﻌَﻞْ ﻋَﻤَﻠَﻪُ ﻓِﻲْ ﺭِﺿَﺎﻙَ، ﻭَﺍﺭْﺯُﻗْﻪُ ﺍﻟْﺒِﻄَﺎﻧَﺔَ ﺍﻟﺼَّﺎﻟِﺤَﺔَ ﺍﻟﻨَﺎﺻِﺤَﺔَ ﻳَﺎ ﺭَﺏَّ ﺍﻟْﻌَﺎﻟَﻤِﻴْﻦَ
ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﺁﺗِﻨَﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﺣَﺴَﻨَﺔً ﻭَﻓِﻲ ﺍﻟْﺂﺧِﺮَﺓِ ﺣَﺴَﻨَﺔً ﻭَﻗِﻨَﺎ ﻋَﺬَﺍﺏَ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ
ﻭَﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻰ ﻧَﺒِﻴِّﻨﺎَ ﻣُـﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁﻟِﻪِ ﻭَﺻَﺤْﺒِﻪِ ﻭَﻣَﻦْ ﺗَﺒِﻌَﻬُﻢْ ﺑِﺈِﺣْﺴَﺎﻥٍ ﺇِﻟَﻰ ﻳَﻮْﻡِ ﺍﻟﺪِّﻳْﻦِ .
ﻭَﺁﺧِﺮُ ﺩَﻋْﻮَﺍﻧَﺎ ﺃَﻥِ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻟﻠﻪ ﺭَﺏِّ ﺍﻟْﻌَﺎﻟَﻤِﻴْﻦَ
Ditulis oleh ustadz Ammi Nur Bait