Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, ia pun berkisah:
Suatu hari, datang seorang wanita dari Anshor bersama10 putranya untuk menghadap Rasulullah saw. Wanita itupun berkata, “Ya Rasulullah, mereka adalah anak- anakku. Kupersembahkan semuanya untukmu. Ajaklah mereka berjihad dijalan Allah swt.”
Singkat cerita, mereka semua ikut berperang bersama Rasulullah saw hingga 9 orangsyahid dijalan Allah. Danhebatnya,seorangibu ini lebihberbahagia mendengarkabar anak-anaknya yanggugur daripada anaknya yang masihtersisa.
Tersisalah satu anak yangpaling bungsu yangmasih hidup.Namun sayangnya,kehidupan anak ini mulai melenceng dan banyak melakukan dosa.
Hingga suatuhari, sibungsuini tertimpa penyakityang parah. Sang ibu takkuasamelihatnya, ia begitu kasihan dan sedih melihat anak terakhirnyaini.
Lalu sanganak bertanya, “Duhai ibuku, semua saudarakulebihbaik darikutapi ibutidak menangisi mereka. Tapi kenapa engkau menangisi putramu yangpendosa ini?
Sang ibu menjawab, “Karena itulah akumenangis.”
Wanita ini takpernah mengkhawatirkan putrnyayang syahid karenamerekapasti mendapatkenikmatandisisi Allah, tapi iabegitu mengkhawatirkan putranya yang pendosaini.
Pada akhir-akhirnafasnya, anak ini berkata, “Duhai ibuku, andaiaku berbuat salah ataumelanggar hakmu,sementara ditanganmuada api yang menyala-nyala, apakah kau akan melemparkannyakepadaku?”
“Tidak mungkin wahai anakku.” jawab sangibu.
“Bukankah kau taubahwa yang Menciptakankulebihpenyayang daripada yangmelahirkanku?” tanya sanganak, lalu ia pun menghembuskan nafas terakhirnya.
Mendengar kisahini,Rasulullah saw berkatakepadawanita Anshor ini,“Kabar gembira untukmu, sungguh anakmutelahdiampuni oleh Allah karenaberbaiksangka kepadatuhannya.”
Kisahyang begitumengharukan ini sesuai denganFirman Allah dalam HadistQudsi-Nya,
“Aku seperti yang disangkakan hamba-Ku yang mukmin”
Baiksangkakita kepadaAllah menentukan nasibkitadiHari Akhir. Jangan pernah berputus asa dari rahmatdan kasihsayang. Kembalilah walau sebesarapapun dosa yang pernahkita lakukan.
Namun prasangka (husnu dzon) kepadaAllah yang disebutkan dalam berbagai riwayatitu harus disertai denganamal soleh dan menjaga syariat-Nya. Dan jika berbaik sangkakepadaAllah namun meremehkan perbuatan dosa,maka husnudzonitu tak akanada manfaatnya.
Sumber : 300 Qisshoh wa Mauqif
Minggu, 28 Januari 2018
DAHSYATNYA BAIK SANGKA KEPADA ALLAH SWT
Jumat, 26 Januari 2018
Alquran Taqarrub Ilallah
Kajian Islam – Al-Qur’an adalah Cara Paling Baik Bertaqarub pada Allah Subhaanahu wata’ala
Dari Sayyidina Abu Dzar
Radhiyallahu ‘anhu , Baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya kalian tidak akan kembali kepada Allah Subhaanahu wata’ala dengan membawa sesuatu yang lebih utama melebihi membawa apa yang keluar dari-Nya, yaitu Al-Qur’an.” (H.R. Hakim, Abu Dawud)
Berdasarkan beberapa riwayat jelaslah tidak ada yang dapat mendekatkan kita kepada Allah Subhaanahu wata’ala melebihi Al-Qur’an. Imam Ahmad bin Hambal Rahmatullah ‘alaih berkata, “Aku berjumpa dengan Tuhanku di dalam mimpiku dan aku bertanya kepada-Nya, apa yang terbaik untuk mendekatkan diri kepada-Mu?” Jawab-Nya, “Ahmad! kalam-Ku memahaminya?” Allah Subhaanahu wata’ala berfirman, “Memahaminya atau tidak, keduanya akan mendekatkan kepada-Ku.”
Jelaslah bahwa cara terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhaanahu wata’ala adalah dengan Al-Qur’an. Diterangkan di dalam tafsir Syaikh Baqiyatus Salaf, Hujjatul Khalaf Syaikh Abdul Aziz Dahlawi Rahmatullah ‘alaih, yang kesimpulannya adalah bahwa suluk kepada Allah Subhaanahu wata’ala , yakni untuk mencapai derajat ihsan kepada-Nya atau mendekatkan diri kepada-Nya, dapat dilakukan dengan tiga cara:
1. Tashawwur . Dalam syariat lebih dikenal dengan istilah tafakkur dan tadabur, sedangkan dalam istilah tasawwuf lebih dikenal dengan muraqabah (konsentrasi penuh sehingga seolah-olah melihat dan dilihat oleh Allah Subhaanahu wata’ala ).
2. Dzikir lisan.
3. Tilawat Al-Qur’an.
Cara yang pertama sebenarnya dzikir qalbi (dzikir dengan hati). Ringkasnya, dzikir dapat dilakukan dengan dua cara: (1) dzikir secara umum, baik dengan hati maupun lisan, (2) dzikir dengan tilawat Al-Qur’an. Dengan menyebut salah satu nama Allah Subhaanahu wata’ala berulang-ulang, kita akan mendapatkan tujuan dzikir, yaitu memperoleh mudrikah (rasa menghadap kepada Allah Subhaanahu wata’ala) , bertawajjuh kepada Dzat-Nya yang akan menimbulkan perasaan bahwa yang ingat itu seolah-lolah di hadapan kita. Jika terus berlangsung seperti itu, maka didapatkanlah ma’iyyah (rasa kebersamaan dengan Allah Subhaanahu wata’la ) sebagaimana yang diterangkan di dalam hadits:
Tidak henti-hentinya hamba-Ku mendekati-Ku dengan amal nawfil (sunnah), sehingga Aku mencintainya. Maka Aku akan menjadi pendengarannya yang ia mendengar dengannya, menjadi penglihatannya yang ia melihat dengannya, menjadi tangannya yang ia memegang dengannya, dan menjadi kakinya yang dengannya ia berjalan.
Apabila seorang hamba memperbanyak ibadah, Allah Subhaanahu wata’ala akan dekat kepadanya dan akan menjadi penjaga seluruh anggota-anggota tubuhnya. Mata, telinga, dan yang lainnya akan mengikuti ridha Allah Subhaanahu wata’ala . Disebutkan dalam hadits tersebut memperbanyak ibadah-ibadah nafil, karena ibadah fardhu itu sudah ditetapkan dan tidak boleh ditambahi, padahal kita sangat perlu untuk merasa hadir di hadapan Allah subhaanahu wata’ala , maka caranya adalah sibuk dengan ibadah-ibadah nafil yang tidak ada batasnya.
Cara bertaqarub seperti ini hanya digunakan untuk mendekati Dzat Allah yang kita cintai. Kita tidak mungkin dapat mendekati manusia hanya dengan sering menyebut namanya. Cara bertaqarrub seperti ini hanya dapat dilakukan untuk mendekat kepada Allah
Subhaanahu wata’ala yang pada-Nya ada dua sifat:
1. Dia mengetahui dzikir setiap orang yang mengingat-Nya, baik dengan lisan maupun dengan hati, meskipun dalam waktu dan tempat yang berbeda.
2. Dia mampu bertajalli (menampakkan keagungan-Nya) dan memenuhi keinginan orang yang mengingat-Nya, atau biasa disebut dengan dunuw dan tadalli (dekat dan mendekat kepada hamba-Nya dengan kasih sayang-Nya).
Kedua sifat ini hanya dimiliki oleh Allah Subhaanahu wata’ala, sehingga cara taqarrub di atas hanya mungkin untuk mendekatkan diri kepada Dzat Allah Subhaanahu wata’ala. Disebutkan dalam hadits Qudsi:
Barangsiapa mendekati-Ku sejengkal, Aku akan mendekatinya sehasta. Barang siapa yang mendekati_ku dengan berjalan, Maka Aku akan mendekatinya dengan berlari. (Al-Hadits)
Perumpaamaan semacam ini untuk mempermudah pemahaman. Sebab, sesungguhnya Allah Subhaanahu wata’ala Maha Suci dari berjalan dan berlari. Maksudnya adalah rahmat Allah Subhaanahu wata’ala lebih dekat datangnya dan lebih cepat turunnya, daripada usaha dan keinginan seseorang yang selalu mengingat dan mencari ridha-Nya. Mengapa tidak? Karena sifat kemurahan Allah Subhaanahu wata’ala menghendaki demikian. Selama orang berdzikir terus untuk mengingat-Nya, maka rahmat dan kedekatan Allah Subhaanahu wata’ala pun terus menerus.
Keseluruhan kalamullah adalah dzikir. Tidak ada satu ayat pun yang sepi dari dzikrullah. Hal itu menegaskan bahwa Al-Qur’an memiliki sifat-sifat dzikir sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.
Satu kelebihan khusus lain yang ada pada Al-Qur’an yang dapat mendekatkan kita kepada Allah Subhaanahu wata’ala adalah setiap perkataan jelas membawa sifat dan kesan dari yang mengatakannya. Sebagaimana orang yang membaca syair-syair orang fasik dan durjana, syair-syair itu akan mengakibatkan pengaruh buruk baginya. Orang yang membaca syair-syair orang-orang yang bertakwa akan menyebabkan ia juga bertakwa. Oleh sebab itu, banyak mempelajari ilmu logika dan filsafat akan menimbulkan kesombongan dan keangkuhan. Sedangkan banyak mengaji hadits akan menimbulkan sifat tawadhu’. Karena itu, meskipun Bahasa Parsi dan Inggris itu sama-sama bahasa, namun karena perbedaan pengarang dalam menggunakan kedua bahasa itu, dapat memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pembacanya.
Ringkasnya, setiap ucapan mengandung pengaruh dari yang mengucapkannya, setiap karangan mengandung pengaruh dari pengarangnya. Begitu pula dengan selalu membaca Al-Qur’an tentu akan menimbulkan pengaruh khusus dari sang pencipta kepada pembacanya. Sudah menjadi kebiasan pengarang, jika ada orang yang betul-betul memperhatikan tulisannya, maka pengarang itu pun akan memperhatikan pembaca tersebut secara otomatis. Demikian juga orang yang senantiasa membaca firman-firman Allah Subhaanahu wata’ala , maka ia akan lebih dekat kepada-nya. Semoga Allah Yang maha Mulia menganugerahkan taufik-Nya kepada kita.
[Kitab Fadhilah Al-Qur’an, Syaikhul Hadits Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi Rah.a ]
Kamis, 25 Januari 2018
Hadits bekerja Dengan Semangat
setiap orang harus bekerja untuk mencukupi kehidupannya. Bekerja bisa dilakukan dalam berbagai bentuk, yang terpenting adalah pekerjaan tersebut untuk mendapatkan rezeki yang halal dan tidak dilakukan atas keterpaksaan dan tidak diikuti dengan perbuatan zina.
Banyak pekerjaan yang bisa kita lakukan. Bekerja juga telah dianjurkan oleh Rasulullah yang juga merupakan seorang saudagar atau pedagang.
Adapun Kumpulan Hadits Rasulullah tentang Bekerja diantaranya:
1. Hadits riwayat Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi
“Mencari rezeki yang halal adalah wajib apabila sudah melaksanakan ibadah fardhu.”
2. Hadits riwayat Ath-Thabrani
ﻣَﻦْ ﺍَﻣْﺴَﻰ ﻛَﺎﻟًّﺎ ﻣِﻦْ ﻋَﻤَﻞِ ﻳَﺪَﻳْﻪِ ﺍَﻣْﺴَﻰ ﻣَﻐْﻔُﻮْﺭًﺍ ﻟَﻪُ
“Barangsiapa yang di waktu sore merasa capek (lelah) lantaran pekerjaan kedua tangannya (mencari nafkah) maka di saat itu diampuni dosa baginya.” (HR. Thabrani)
“ Sesungguhnya di antara dosa yang tidak bisa ditebus dengan pahala shalat, sedekah atau haji, maka bisa ditebus dengan kesusah-payahan dalam mencari nafkah.”
HR. Ath-Thabrani: “Sesudah shalat Subuh maka janganlah kamu tidur sehingga kamu tidak lalau dalam mencari rezeki.”
HR. Ath-Thabrani dan Al-Bazzar: “Bangunlah di pagi hari untuk mencari rezeki dan kebutuhanmu. Sesungguhnya pada pagi hari terdapat barakah dan keberuntungan.”
3. Hadits riwayat Abu Zar dan Al-Hakim:
“Sesungguhnya Ruhul Qudus membisikkan bahwa jiwa tidak akan wafat sebelum lengkap dan sempurna rezekinya. Karena itulah kamu harus bertakwa kepada Allah dan memperbaiki mata pencaharianmu. Jika datangnya rezeki itu terlambat maka jangan memburunya dengan bermaksiat karena apa yang ada di sisi Allah hanya bisa diraih
4. Hadits riwayat Bukhari
ﻣَﺎ ﺃَﻛَﻞَ ﺃَﺣَﺪٌ ﻃَﻌَﺎﻣًﺎ ﻗَﻂُّ ﺧَﻴْﺮًﺍ ﻣِﻦْ ﺃَﻥْ ﻳَﺄْﻛُﻞَ ﻣِﻦْ ﻋَﻤَﻞِ ﻳَﺪِﻩِ ﻭَﺇِﻥَّ ﻧَﺒِﻲَّ ﺍﻟﻠﻪِ ﺩَﺍﻭُﺩَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﺴَّﻠَﺎﻡُ ﻛَﺎﻥَ ﻳَﺄْﻛُﻞُ ﻣِﻦْ ﻋَﻤَﻞِ ﻳَﺪِﻩِ
"Tidak ada seseorang yang memakan satu makanan pun yang lebih baik dari makanan hasil usaha tangannya (bekerja) sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Allah Daud as. memakan makanan dari hasil usahanya sendiri." (HR. Bukhari)
5. Hadits riwayat Ahmad
“Sesungguhnya Allah menyukai hamba yang bekerja dan terampil. Siapa yang bersusah payah mencari nafkah untuk keluarganya maka ia serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah.”
6. Hadits riwayat Ad-Dailami:
“Sesungguhnya Allah senang melihat hamba-Nya yang bersusah payah dalam mencari rezeki yang halal.”
7. Hadits riwayat Ahmad:
“Ya Allah, berkahilah umatku di waktu pagi bagi mereka yang bangun di waktu fajar untuk mencari nafkah.”
8. Hadits riwayat Al-Baihaqi:
“Apabila telah dibukakan bagi seseorang pintu rezeki maka sebaiknya ia melestarikannya.”
9. Hadits riwayat Ibnu Majah
ﻣَﺎ ﻛَﺴَﺐَ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞُ ﻛَﺴْﺒًﺎ ﺃَﻃْﻴَﺐَ ﻣِﻦْ ﻋَﻤَﻞِ ﻳَﺪِﻩِ ﻭَﻣَﺎ ﺃَﻧْﻔَﻖَ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞُ ﻋَﻠَﻰ ﻧَﻔْﺴِﻪِ ﻭَﺃَﻫْﻠِﻪِ ﻭَﻭَﻟَﺪِﻩِ ﻭَﺧَﺎﺩِﻣِﻪِ ﻓَﻬُﻮَ ﺻَﺪَﻗَﺔٌ
"Tidak ada yang lebih baik dari usaha seorang laki-laki kecuali dari hasil tangannya (bekerja) sendiri. Dan apa saja yang dinafkahkan oleh seorang laki-laki kepada diri, istri, anak dan pembantunya adalah sedekah." (HR. Ibnu Majah)
ﺇِﻥَّ ﻣُﻮْﺳَﻰ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺁﺟَﺮَ ﻧَﻔْﺴَﻪُ ﺛَﻤَﺎﻧِﻲَ ﺳِﻨِﻴْﻦَ ﺃَﻭْ ﻋَﺸْﺮًﺍ ﻋَﻠَﻰ ﻋِﻔَّﺔِ ﻓَﺮْﺟِﻪِ ﻭَﻃَﻌَﺎﻡِ ﺑَﻄْﻨِﻪِ
“Sesungguhnya Nabi Musa as. mempekerjakan dirinya sebagai buruh selama delapan tahun atau sepuluh tahun untuk menjaga kehormatan dirinya dan untuk mendapatkan makanan (halal) bagi perutnya.” (HR. Ibnu Majah)
ﺇِﺫَﺍ ﺳَﺒَّﺐَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻟِﺄَﺣَﺪِﻛُﻢْ ﺭِﺯْﻗًﺎ ﻣِﻦْ ﻭَﺟْﻪٍ ﻓَﻠَﺎ ﻳَﺪَﻋْﻪُ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﺘَﻐَﻴَّﺮَ ﻟَﻪُ ﺃَﻭْ ﻳَﺘَﻨَﻜَّﺮَ ﻟَﻪُ
"Jika Allah memberikan jalan bagi seseorang di antara kamu untuk memperoleh rezeki dari suatu arah, maka janganlah dia meninggalkannya sampai dia berubah atau hilang darinya." (HR. Ibnu Majah)
Dari beberapa hadits tersebut perlu diterapkan pada kehidupan kita. Hadits sebagai pedoman hidup tentu dapat menuntuk kita menuju jalan yang benar. Kita harus mencari rezeki yang halal dengan cara yang bersih dan jujur serta ikhlas dalam melaksanakannya.
10. Hadits riwayat Muslim
ﺍﺣْﺮِﺹْ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎ ﻳَﻨْﻔَﻌُﻚَ ﻭَﺍﺳْﺘَﻌِﻦْ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﻭَﻻَ ﺗَﻌْﺠِﺰْ
“ Bersemangatlah melakukan hal yang bermanfaat untukmu dan meminta tolonglah pada Allah, serta janganlah engkau malas ” (HR. Muslim)
Semoga bermanfaat.
Rabu, 24 Januari 2018
Tulang sulbi
Tulang Sulbi adalah bagian paling ujung dari tulang belakang manusia, mungkin kita lebih mengenalnya dengan sebutan tulang ekor. Kita, manusia masing-masing memiliki tulang sulbi. Tahukah Anda bahwa tulang sulbi ini adalah tulang yang ajaib?
Al-Quran dan Hadits Rasulullah SAW juga pernah membahas tentang tulang sulbi ini, dalam sebuah hadits, Rasulullah menjelaskan bahwa saat manusia mati maka seluruh bagian dari tubuhnya akan hancur dan hilang di makan tanah. Namun, Rasulullah menjelaskan pula bahwa ada satu organ tubuh yang tidak akan di makan tanah, itulah tulang sulbi.
Rasulullah juga menjelaskan bahwa dari tulang sulbi itulah manusia di ciptakan oleh Allah SWT dan dari tulang sulbi pula Allah akan membangkitkan kita di hari pembalasan nanti.
"Semua bagian tubuh anak Adam akan dimakan tanah kecuali tulang sulbi yang darinya ia mulai diciptakan dan darinya dia akan dibangkitkan." [HR. Bukhari, Nasa’i, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad]
Sedangkan di dalam Al-Quran Allah SWT berfirman:
"Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang dipancarkan, yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada." [QS. At-Tariq ayat 5-7]
Di dalam ayat tersebut, Allah menerangkan bahwa Dia menciptakan manusia dari ' air yang dipancarkan, yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada', padahal dalam ilmu modern sudah diketahui bahwa janin akan tercipta apabila bertemunya air mani dengan sel telur wanita. Tetapi di dalam Al Quran disebutkan demikian. Apakah Al-Quran salah dalam hal ini? tidak.
Allah SWT adalah Tuhan semesta alam dan Ia adalah Dzat yang paling mulia. Allah juga sering sekali mengungapkan tentang sesuatu dengan menggunakan perumpamaan. Sehingga, ketika mengungapkan sesuatu tidak menyebutkannya secara langsung khususnya kepada sesuatu yang kurang baik untuk di katakan.
Contohnya dalam surat berikut ini:
"...maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki." [QS. Al-Baqarah ayat 222-223]
Di dalam ayat di atas, Allah memberikan perumpamaan. Karena dalam pergaulan sehari-hari, tentu kata-kata tersebut sangatlah tidak baik untuk di ucapkan secara langsung bukan? karena jika kita mengucapkan hal itu secara langsung maka kita akan di cap sebagai orang yang suka berbicara jorok.
Sama halnya dengan perumpamaan yang di katakan Allah tentang 'air yang terpancar '. Allah menggunakan kata-kata yang lebih halus dan sopan dalam mengungkapkan hal itu.
Oleh karena itu, maka Allah mengilustrasikan bahwa air yang terpancar itu adalah air ' yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada.'.
Jadi, apakah Anda menganggap bahwa air tersebut diproduksi dan keluar dari tulang sulbi? tentu saja tidak demikian. Dalam menafsirkannya, kita harus memahami bahwa:
1. Kata ' keluar' bukan berarti diproduksi
2. Pada kalimat ' antara tulang sulbi dan tulang dada' itu juga menegaskan bahwa air mani tidak keluar dari tulang sulbi. Tetapi di antaranya.
Sehingga tidak tepat jika Anda menafsirkan bahwa air mani itu keluar dari tulang sulbi. Demikianlah Allah menggunakan bahasa terbaik yang mudah dipahami oleh manusia untuk mengajarkan firman-Nya kepada manusia.
Ada juga yang berpendapat bahwa ayat tersebut mengisyaratkan dasar penciptaan manusia. Para dokter ilmu kandungan menemukan bahwa dasar diciptakannya manusia bersumber dari tulang sulbi, yaitu tulang belakang laki-laki dan tulang dada perempuan, yaitu tulang rusuk perempuan.
Dr. Zakir Naik menjelaskan bahwa tulang sulbi itu dijelaskan sebagai tempat dimana keluarnya pembuluh darah yang memberikan darah kepada testis dan ovari terletak antara tulang sulbi dan tulang dada, yaitu pembuluh darah vesticular artery dan ovary artery bermula dari satu tempat antara tulang sulbi dan tulang dada.
Ini dibuktikan oleh sains modern bahwa pembuluh darah ke testis dan ovari berasal dari abdominal aorta dan renal artery bukan dari pembuluh darah setempat.
Ketika sperma membuahi ovum, maka pembentukan janin dimulai. Ovum yang telah terbuahi atau disebut zigot itu terbelah menjadi dua sel, dan masing-masing sel itu membelah menjadi dua sel lagi.
Pembelahan dan perkembangan sel itu berlangsung hingga terbentuknya embryonic disk (lempengan embrio) yang memiliki dua lapisan.
Kesimpulannya, tulang sulbi itu merupakan gumpalan sederhana, dan ia bisa berkembang dengan menghasilkan tiga lapisan yang membentuk janin: ectoderm, mesoderm dan endoderm. Ia juga membentuk seluruh organ tubuh.
Tulang Punggung dan Tulang Sulbi: cytotrophoblasts yang menyuplai makanan embrio pada dinding uterus, dan menyalurkan nutrisi dari darah dan cairan kelenjar pada dinding uterus. terbentuk dengan ijin Allah. Pada hari ke-15, lapisan sederhana muncul pada bagian belakang embrio dengan bagian belakang yang tirus, dan disebut primitive node (gumpalan sederhana).
Sisi unsur primitif yang muncul itu diketahui sebagai bagian belakang dari embrio. Dari unsur primitif dan gumpalan sederhana ini seluruh jaringan dan organ janin terbentuk sebagai berikut: syaraf pusat. sistim digestive (pencernaan), otot skeletal (kerangka), sistem sirkulasi, jantung, tulang pada bagian kelamin, dan sistem urine (selain kandung kemih), jaringan subcutaneous, the sistem limpa, limpa, dan kulit luar. sistim digestive, sistem pernafasan, organ-organ yang berhubungan dengan sistim digestive (seperti liver and pankreas), kandung kemih, kelenjar thyroid (gondok), dan saluran pendengaran.
Jadi, lapisan dan gumpalan sederhana itu merupakan tulang sulbi yang dijelaskan Nabi saw kepada kita. Cacat pada janin merupakan bukti bahwa tulang sulbi itu mengandung sel-sel induk bagi seluruh jaringan manusia.
Kesimpulannya, tulang sulbi itu merupakan gumpalan sederhana, dan ia bisa berkembang dengan menghasilkan tiga lapisan yang membentuk janin: ectoderm, mesoderm and endoderm. Ia juga membentuk seluruh organ tubuh.
Pada hari kiamat nanti, manusia akan di bangkitkan sejak manusia pertama, Adam AS hingga nanti manusia terakhir. Mereka semua akan dikumpulkan untuk di hisab amal perbuatannya oleh Allah SWT.
Orang-orang zaman dahulu tidak percaya dengan janji Allah tersebut. Mereka meyakini bahwa setelah mati, semua urusan telah selesai. Karena saat tubuh dikuburkan maka tanah akan menggerogoti seluruh bagian organ tubuh hingga hilang tak tersisa.
Dan selama ini, kita juga hanya bisa meyakini saja bahwa hari itu memang benar-benar tiba. Namun, kini semua itu sudah bisa di jelaskan secara ilmiah. Karena ilmu modern membuktikan bahwa tulang sulbi tidak akan hancur di makan tanah.
Ilmuwan tersebut bernama Hans Spemann, ia adalah ilmuwan asal Jerman. Ia menemukan bahwa pembentukan dan pengorganisasian sel-sel janin itu ditopang sepenuhnya oleh lapisan dan gumpalan sederhana, dan sebelum pembentukannya tidak ada diferensiasi sel-sel.
Setelah melakukan eksperimen-eksperimen terhadap lapisan dan gumpalan sederhana yang mengatur penciptaan janin, dan karena itu ia menyebutnya 'primary organizer', maka ia memotong bagian ini dari satu janin dan mengimplantasinya (cangkok) pada janin lain pada tahapan permulaan embrio (minggu ketiga dan keempat).
Upaya ini membawa kepada pembentukan janin skunder pada guest body (organ tamu) segera sesudah pencampuran dan pembentukan yang ditopang oleh sel-sel tamu pada implantasi itu.
Spemann melakukan eksperiman tersebut kepada ampibi dengan melakukan implantasi primary organiser pada janin kedua, yang mengakibatkan perkembangan embrio skunder.
Pada tahun 1931, ketika Spemann memotong 'primary organiser' dan mengimplantasinya, maka potongan itu tidak memengaruhi eksperiman lagi, sementara embrio skunder itu tetap berkembang.
Pada tahun 1933, Spemann dan ilmuwan lain mengadakan eksperimen yang sama, tetapi kali ini primary organiser itu dipanaskan. Embrio sekunder itu tetap berkembang meskipun primary organiser itu dipanaskan, dan itu menunjukkan bawha sel-sel tersebut tidak terpengaruh. Pada tahun 1935, Spemann dianugerahi Nobel atas penemuannya tentang Primary Organiser tersebut.
Sementara itu, Dr. Othman Al Djilani dan Syaikh Abdul Majid melakukan beberapa eksperimen terhadap tulang sulbi pada bulan Ramadhan 1423 di Rumah Sheikh Abdul Majid Azzandani, di Sanaa, Yaman.
Keduanya memanggang tulang punggung berikut tulang sulbi dengan gas selama sepuluh menit hingga benar-benar terbakar (tulang-tulang berubah merah lalu hitam). Kemudian keduanya meletakkan potongan-potongan yang telah gosong itu pada kotak steril, dan membawanya ke laboratorim analisa terkenal di Sanaa (Al Olaki Laboratory).
Dr. al Olaki, the professor bidang histologi dan pathologi di Sanaa University, menganalisa potongan-potongan tersebut dan menemukan bahwa sel-sel pada jaringan tulang coccyx tidak terpengaruh, dan ia dapat bertahan terhadap pembakaran (hanya otot, jaringan lemak, dan sel-sel sumsum tulang saja yang terbakar, sementara sel-sel tulang tidak terpengaruh).
Jadi, ini membuktikan hadits Rasulullah SAW. Beliau bersabda:
"Semua bagian tubuh anak Adam akan dimakan tanah kecuali tulang sulbi yang darinya ia mulai diciptakan dan darinya dia akan dibangkitkan." [HR. Bukhari, Nasa’i, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad]
Jadi, masihkah kita ragu akan kuasa Allah dan janji Allah tentang hari kebangkitan nanti?
Baca Juga: Ini Kata Ilmuwan Tentang Al Qu
Minggu, 21 Januari 2018
Masa depan milik kaum muslimin
MENJADI PEMENANG DI MASA DEPAN: RENUNGAN SURAT AL-HASYR, AYAT 18 – 20 (BAG. 1 DARI 2)
—
Oleh: Aqdi Rofiq Asnawi, Lc*
Waktu terus berjalan. Ia tak akan pernah berhenti, apalagi mundur. Apa yang kita rasakan saat ini belum tentu dapat kita rasakan esok hari. Masa depan adalah misteri.
Namun, segala sesuatu yang akan terjadi di masa depan bisa kita persiapkan dari sekarang. Yaitu dengan mengumpulkan
sedikit demi sedikit bekal untuk sesuatu yang tak terduga. Semakin banyak bekal kita, semakin banyak pula kesuksesan yang akan kita raih nantinya.
Kesuksesan yang dimaksud bukanlah kesuksesan di dunia semata, namun juga di akhirat. Bahkan, itulah masa depan sesungguhnya. Kesuksesan manusia benar-benar bisa dilihat ketika sudah berada di akhirat. Sekaya apapun, sepintar apapun, atau sekuasa apapun
seseorang di dunia, bila kekal di neraka, apa gunanya?!
Bukankah kehidupan akhirat adalah kehidupan sebenarnya?! Allah – subhanahu wa ta'ala -
berfirman :
ﻭَﻣَﺎ ﻫَﺬِﻩِ ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺓُ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﺇِﻻَّ ﻟَﻬْﻮٌ ﻭَﻟَﻌِﺐٌ ﻭَﺇِﻥَّ ﺍﻟﺪَّﺍﺭَ ﺍﻵﺧِﺮَﺓَ ﻟَﻬِﻲَ ﺍﻟْﺤَﻴَﻮَﺍﻥُ ﻟَﻮْ ﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﻳَﻌْﻠَﻤُﻮﻥَ ( ﺍﻟﻌﻨﻜﺒﻮﺕ : 64 )
Artinya: "Tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda-gurau dan permainan saja. Sesungguhnya akhirat itulah kehidupan sebenarnya, jika saja mereka mengetahui." (QS. Al-'Ankabut : 64)
Karena itulah Allah – subhanahu wa ta'ala - memerintahkan orang-orang yang beriman supaya mengevaluasi perbuatannya untuk masa depan mereka di akhirat. Allah berfirman :
ﻳﺎﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻭَﻟْﺘَﻨْﻈُﺮْ ﻧَﻔْﺲٌ ﻣَﺎ ﻗَﺪَّﻣَﺖْ ﻟِﻐَﺪٍ ﻭَﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺧَﺒِﻴﺮٌ ﺑِﻤَﺎ ﺗَﻌْﻤَﻠُﻮﻥَ ( ﺍﻟﺤﺸﺮ : 18 )
Artinya : "Hai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan perhatikanlah masing-masing kalian amal perbuatannya untuk akhirat! Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kalian perbuat." (QS. Al-Hasyr : 18)
Mengenai makna ayat ini, Ibnu Katsir (wafat th. 774 H)
rahimahullah mengatakan, "Evaluasilah diri kalian sebelum amal perbuatan kalian dihitung, periksalah amal perbuatan yang kalian simpan untuk diri kalian demi hari dimana kalian akan dikembalikan dan diperlihatkan kepada Tuhan kalian!
Evaluasi tersebut berdampak besar pada diri seorang hamba. Ia akan sadar bahwa telah banyak maksiat yang ia perbuat, dan ampunan Allah belum tentu ia terima. Sedangkan amal saleh yang ia kerjakan terlalu sedikit. Sehingga dengan mengevaluasi
(muhasabah) diri, seseorang akan menambah perbuatan baiknya dan akan berhenti melakukan perbuatan yang buruk .
Jika kita perhatikan baik-baik perintah mengevaluasi diri pada ayat tersebut, kita akan dapatkan perintah tersebut diapit oleh dua perintah untuk bertakwa. Mayoritas ahli tafsir berpendapat bahwa pengulangan perintah takwa ini berfungsi untuk menekankan pentingnya takwa bagi seseorang yang beriman.
Sedangkan Qusyairy (wafat th. 465 H) berpendapat bahwa perintah takwa yang pertama berfungsi untuk mengingatkan orang-orang yang beriman mengenai resiko perbuatan yang baik maupun yang buruk. Takwa yang kedua ialah takwa dalam konteks pengawasan.
Maka dari itu, takwa yang pertama diikuti dengan evaluasi diri dan takwa kedua dilanjutkan dengan pernyataan bahwa Allah Maha mengetahui apa yang diperbuat manusia. Dengan kata lain, semua perbuatan manusia diawasi oleh Allah. Mungkin seseorang bisa menutupi perbuatan buruknya
di hadapan orang lain. Tapi sesungguhnya perbuatannya tersebut sudah diketahui oleh Allah, sudah tercatat dan akan dipertanggungjawabkan.
Para ulama mendefinisikan takwa secara luas. Thalq bin Habib misalnya, seorang tabi'in yang wafat antara tahun 90-100 H ini menegaskan bahwa takwa adalah melakukan ketaatan kepada Allah sesuai dengan petunjuk-Nya dengan mengharapkan kasih sayang-Nya dan meninggalkan maksiat sesuai dengan petunjuk-Nya karena takut terhadap siksaan-Nya.
Jangan seperti orang lupa!
Perintah untuk mengevaluasi diri dan bertakwa diikuti dengan larangan menjadi orang yang lupa. Lanjutan ayat di atas :
ﻭَﻟَﺎ ﺗَﻜُﻮﻧُﻮﺍ ﻛَﺎﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻧَﺴُﻮﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻓَﺄَﻧْﺴَﺎﻫُﻢْ ﺃَﻧْﻔُﺴَﻬُﻢْ ﺃُﻭﻟَﺌِﻚَ ﻫُﻢُ ﺍﻟْﻔَﺎﺳِﻘُﻮﻥَ ( ﺍﻟﺤﺸﺮ : 19 )
Artinya : "Janganlah seperti orang-orang yang melupakan Allah sehingga Allah membuat mereka lupa terhadap diri mereka sendiri. Merekalah orang-orang yang fasik." (QS. Al-Hasyr: 19)
Dalam memaknai orang-orang yang melupakan Allah, Ibnu Hibban (wafat th. 354 H) mengatakan bahwa yang dimaksud ialah orang-orang yang meninggalkan perintah-Nya, sehingga Allah akan menjadikan mereka lupa berbuat baik untuk diri mereka sendiri . Mereka menjadi lupa beribadah, lupa berbuat baik dengan sesama, lupa menyiapkan bekal untuk akhirat, dan sebagainya.
Dengan tegas Ibnu Katsir mengatakan, "Janganlah kalian lupa mengingat Allah sehingga Allah akan menjadikan kalian lupa mengenai perbuatan untuk kepentingan kalian sendiri dan yang bermanfaat untuk akhirat kelak, karena sebenarnya balasan suatu perbuatan itu masih sejenis dengan perbuatan itu tadi.
Maka dari itu, Allah mengatakan: "merekalah orang-orang yang fasik" . Yaitu merekalah orang-orang yang tidak mentaati Allah, merekalah orang-orang yang celaka dan merugi di akhirat.
Dari penjelasan di atas terlihat jelas bahwa salah satu sebab seseorang melakukan banyak maksiat dan lupa berbuat baik sebagai bekal di akhirat ialah karena ia melupakan Allah dan perintah-Nya. Dengan demikian, orang yang ingin mempunyai banyak bekal untuk akhirat haruslah banyak mengingat Allah.
Bersambung…
Jumat, 19 Januari 2018
Hati Yang Lembut
Oleh: Mabni Darsi, MA
Amru ibn al-‘Ash Radhiallâhu ‘anhu berkata,
“Tidak ada seorangpun yang lebih aku cintai daripada Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam. Dalam pandanganku tidak ada seorangpun yang lebih agung daripada beliau. Aku tak kuasa memenuhi pandangan mataku dengan sifat-sifatnya, karena terlalu mengagungkannya. Seandainya aku diminta untuk mendiskripsikan pribadi beliau, aku takkan kuasa, karena aku tak mampu memenuhi pandangan mataku dengan kehebatannya.” (HR Muslim)
Abu Juhaifah Radhiallâhu ‘anhu berkata:
“Aku pernah memegang tangan Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam kemudian kuletakkan di wajahku, ternyata telapak tangannya lebih dingin daripada es dan lebih harum dari aroma kasturi.” (HR Bukhari)
Jabir Radhiallâhu ‘anhu berkata:
“Setiap kali melewati suatu jalan, kemudian ada orang yang berjalan di belakangnya, pasti dia mengetahui bahwa beliau (Rasulullah) telah lewat, karena bekas aromanya.” (HR Darimi)
Ummu Ma’bad al-Khuza’iyah Radhiallahu ‘anha berkata:
“Dia begitu bersih, wajahnya berseri-seri, perawakannya sangat ideal; tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu kurus. Dia begitu tampan, bola matanya hitam, bulu matanya panjang, tidak banyak bicara, lehernya jenjang, matanya jelita, tepi kelopak matanya hitam seakan-akan memakai celak mata, alisnya tipis menjang dan bersambung. Rambutnya hitam. Jika diam dia tampak begitu wibawa. Jika berbicara dia tampak mempesona. Dia adalah orang yang paling mempesona dan menawan dilihat dari kejauhan, bagus dan manis setelah mendekat. Bicaranya tidak membosankan, tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak. Bicaranya bak mutiara yang terurai, Perawakannya ideal, tidak terlalu pendek dan tidak terlalu tinggi, seakan satu dahan di antara dua dahan, dia adalah salah seorang dari tiga orang yang paling menarik perhatian, paling bagus tampilannya, dihormati oleh sahabat-sahabatnya, jika dia berbicara mereka menyimak perkataannya dengan seksama, jika dia memberikan perintah mereka bersegera melaksanakan titahnya, dia orang yang ditaati, disegani, dikerumuni orang-orang, tidak bermuka masam dan tidak merendahkan orang lain.”
Hindun bin Abu Halah Radhiallâhu ‘anhu berkata:
“Rasulullah bisa mengontrol lisannya, menyatukan para sahabatnya dan tidak memecah belah mereka, menghormati orang yang dimuliakan dan diberi kekuasaan di tengah kaumnya, memberi peringatan kepada manusia dan mawas diri terhadap mereka tanpa menutup-nutupi kabar gembira yang mesti disampaikan kepada mereka.
Punya perhatian tinggi terhadap sahabatnya, empati kepada mereka, memuji sesuatu yang bagus dan memberikan apresiasi, menilai buruk sesuatu yang buruk dan meluruskannya, moderat dalam segala hal, tidak suka berselisih, selalu siaga dan mengantisipasi situasi, tidak meremehkan kebenaran. Orang yang beliau perlakukan secara lemah lembuat adalah orang yang paling baik, orang yang paling baik dalam pandangan beliau adalah orang yang paling banyak memberikan nasihat, dan orang yang paling bagus posisinya di mata beliau adalah orang yang paling bagus dukungannya.
Jika menghadiri suatu pertemuan atau majelis beliau duduk di tempat bagian belakang dan memerintahkan hal itu, memberikan tempat dan kesempatan kepada orang yang hadir dalam pertemuan beliau, sehingga tidak seorangpun yang mempersepsikan bahwa ada orang lain yang beliau istimewakan daripada dirinya.
Siapapun yang mendatangi beliau untuk menyampaikan keperluannya, beliau akan melayaninya dengan seksama sampai orang tersebut pergi.
Beliau tidak pernah menolak permintaan orang yang memohon bantuan dan tidak juga banyak berbasa basi dengan kalimat yang menghibur orang yang bersangkutan.
Beliau adalah orang yang sangat terbuka kepada siapa saja. Di mata beliau manusia mempunyai kedudukan yang setara.
Majelis beliau adalah majelis yang sarat dengan hikmah, malu, sabar dan amanah. Di dalam majelis tersebut tidak terdengar kegaduhan, tidak ada kekhawatiran terjadinya pelecehan terhadap kehormatan. Mereka saling memuji dalam hal ketakwaan, menghormati yang lebih tua dan mengasihani yang lebih muda. Mereka memprioritaskan orang yang membutuhkan bantuan, menghormati tamu.
Rasulullah adalah orang yang selalu ceria, murah hati, lemah lembut, tidak suka membuat kegaduhan atau mengeluarkan perkataan keji, tidak suka mencela, tidak suka menyanjung yang berlebihan, tidak peduli terhadap sesuatu yang kurang menyenangkan dan tidak tunduk kepadanya.
Beliau menjauhi dirinya dari tiga hal: gila sanjungan (riya’), berlebihan dalam bicara, membicarakan hal-hal yang tidak urgen. Beliau meninggalkan tiga perkara dari orang lain: tidak mencela orang lain, tidak menghina, tidak mencari-cari ‘aib orang lain.
Beliau tidak berbicara kecuali dalam hal-hal yang beliau mengharapkan pahalanya.
Apabila beliau berbicara semua yang hadir dalam majelisnya diam, seakan-akan di atas kepala mereka ada burung. Apabila beliau selesai bicara, barulah mereka berbicara. Mereka tidak cekcok di hadapan beliau.
Beliau ikut tersenyum terhadap hal-hal yang membuat para sahabatnya tersenyum. Beliau ikut kagum terhadap hal-hal yang membuat sahabatnya terkagum-kagum. Beliau bersabar terhadap kata-kata yang kurang berkenan dan dalam melayani orang lain, sampai-sampai beliau berkatam ” Jika kalian mendapatkan orang yang membutuhkan bantuan, maka bantulah dia.” *
Mabni Darsi adalah penulis buku “Pesona Cinta Muhammad saw:Kunci Sukses Rasulullah Merebut Hati Menuai Simpati”
Kamis, 18 Januari 2018
Kematian
Pernahkah kita berfikir, berapa orang yang meninggal dunia di kota kita selama satu bulan? Atau selama satu tahun? Atau bahkan setiap hari di seluruh penjuru bumi? Ketetapan Allah terus berjalan. Ada yang lahir ke dunia dan sebagian lagi meninggalkannya. Suatu saat nanti, pasti kita akan mendapatkan giliran. Ini sebuah realita kehidupan yang tidak bisa dipungkiri. Namun sangat disayangkan, banyak orang lupa atau melupakan kematian.
Padahal dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak membicarakan tentang kematian kepada para sahabat, sementara kondisi hati mereka hidup. Ini sangat berbeda dengan realita sangat ini. Betapa banyak acara yang dibuat, upaya yang dirancang untuk mengalihkan perhatian dari kematian. Padahal kita sangat membutuhkannya untuk menyadarkan kita dari kelalaian dan melunakkan hati yang sudah mengeras! Kalau kita mau menjawab dengan jujur, siapakah yang lebih butuh terhadap pembicaraan tentang kematian, kita ataukah para shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ? Jawabnya, tentu kita.
Oleh karena itu, pembicaraan tentang kematian khotib angkat. Pembicaraan tentang sebuah peristiwa yang amat mengerikan. Peristiwa yang memutuskan seluruh kesenangan dan mengubur seluruh angan-angan. Kematian berarti berpisah dengan orang-orang yang dicintai. Kematian memutus kesempatan beramal, dan mengantarkan ke gerbang hisab.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menasehati kita dengan nasehat yang menyentuh. Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ﺃَﻛْﺜِﺮُﻭﺍ ﺫِﻛْﺮَ ﻫَﺎﺫِﻡِ ﺍﻟﻠَّﺬَّﺍﺕِ : ﺍﻟْﻤَﻮْﺕَ , ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﻟَﻢْ ﻳَﺬْﻛُﺮْﻩُ ﺃَﺣَﺪٌ ﻓِﻲْ ﺿِﻴْﻖٍ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻌَﻴْﺶِ ﺇِﻻَّ ﻭَﺳَّﻌَﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ , ﻭَﻻَ ﺫَﻛَﺮَﻩُ ﻓِﻲْ ﺳَﻌَﺔٍ ﺇِﻻَّ ﺿَﻴَّﻘَﻬَﺎ ﻋَﻠَﻴْﻪِ
“Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian. Karena kematian itu, jika diingat oleh orang yang sedang dalam kesusahan hidup, maka akan bisa meringankan kesusahannya. Dan jika diingat oleh orang yang sedang senang, maka akan bisa membatasi kebahagiaannya itu.” (HR. Thabrani dan al-Hakim).
Ibadallah,
Mengingat kematian itu dapat menghidupkan hati. Orang yang benar-benar malu terhadap Allah ‘Azza wa Jalla tidak akan melalaikan kematian serta tidak akan meremehkan persiapan menghadapi kematian. Sebagaimana disebutkan dalam hadits.
ﻋَﻦْ ﻋَﺒْﺪِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺑْﻦِ ﻣَﺴْﻌُﻮﺩٍ ﻗَﺎﻝَ ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺍﺳْﺘَﺤْﻴُﻮﺍ ﻣِﻦْ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺣَﻖَّ ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺀِ ﻗَﺎﻝَ ﻗُﻠْﻨَﺎ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺇِﻧَّﺎ ﻧَﺴْﺘَﺤْﻴِﻲ ﻭَﺍﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻟِﻠَّﻪِ ﻗَﺎﻝَ ﻟَﻴْﺲَ ﺫَﺍﻙَ ﻭَﻟَﻜِﻦَّ ﺍﻟِﺎﺳْﺘِﺤْﻴَﺎﺀَ ﻣِﻦْ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺣَﻖَّ ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺀِ ﺃَﻥْ ﺗَﺤْﻔَﻆَ ﺍﻟﺮَّﺃْﺱَ ﻭَﻣَﺎ ﻭَﻋَﻰ ﻭَﺍﻟْﺒَﻄْﻦَ ﻭَﻣَﺎ ﺣَﻮَﻯ ﻭَﻟْﺘَﺬْﻛُﺮْ ﺍﻟْﻤَﻮْﺕَ ﻭَﺍﻟْﺒِﻠَﻰ ﻭَﻣَﻦْ ﺃَﺭَﺍﺩَ ﺍﻟْﺂﺧِﺮَﺓَ ﺗَﺮَﻙَ ﺯِﻳﻨَﺔَ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻓَﻤَﻦْ ﻓَﻌَﻞَ ﺫَﻟِﻚَ ﻓَﻘَﺪْ ﺍﺳْﺘَﺤْﻴَﺎ ﻣِﻦْ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺣَﻖَّ ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺀِ
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu , dia berkata, “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Hendaklah kamu benar-benar malu kepada Allah!”. Kami mengatakan, “Wahai Rasulullah, al-hamdulillah kami malu (kepada Allah)”. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bukan begitu (sebagaimana yang kamu sangka-pen). Tetapi (yang dimaksud) benar-benar malu kepada Allah adalah engkau menjaga kepala dan isinya, menjaga perut dan apa yang berhubungan dengannya; dan hendaklah engkau mengingat kematian dan kebinasaan. Dan barangsiapa menghendaki akhirat, dia meninggalkan perhiasan dunia. Barangsiapa telah melakukan itu, berarti dia telah benar-benar malu kepada Allah ‘Azza wa Jalla.” (HR. at-Tirmidzi dan Ahmad).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak membiarkan kesempatan berlalu begitu saja. Bila ada kesempatan, Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu mengingatkan para sahabatnya tentang kematian dan berbagai rentetan persistiwa yang akan mengiringinya.
ﻋَﻦْ ﺍﻟْﺒَﺮَﺍﺀِ ﻗَﺎﻝَ ﻛُﻨَّﺎ ﻣَﻊَ ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻓِﻲ ﺟِﻨَﺎﺯَﺓٍ ﻓَﺠَﻠَﺲَ ﻋَﻠَﻰ ﺷَﻔِﻴﺮِ ﺍﻟْﻘَﺒْﺮِ ﻓَﺒَﻜَﻰ ﺣَﺘَّﻰ ﺑَﻞَّ ﺍﻟﺜَّﺮَﻯ ﺛُﻢَّ ﻗَﺎﻝَ ﻳَﺎ ﺇِﺧْﻮَﺍﻧِﻲ ﻟِﻤِﺜْﻞِ ﻫَﺬَﺍ ﻓَﺄَﻋِﺪُّﻭﺍ
Dari al-Bara’ radhiyallahu ‘anhu , dia berkata, “Kami bersama Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam pada (penguburan-red) suatu jenazah, lalu Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk pada tepi kubur, kemudian beliau menangis sehingga tanah terbasahi, lalu beliau bersabda: “Wahai saudara-saudaraku! Bersiap-siaplah untuk yang seperti ini.” (HR. Ibnu Majah).
Dalam riwayat lain, al-Bara’ bin ‘Azib
radhiyallahu ‘anhu mengatakan.
ﺑَﻴْﻨَﻤَﺎ ﻧَﺤْﻦُ ﻣَﻊَ ﺭَﺳُﻮْﻝِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺇِﺫْ ﺑَﺼَﺮَ ﺑِﺠَﻤَﺎﻋَﺔٍ ﻓَﻘَﺎﻝَ : ﻋَﻠَﺎﻡَ ﺍﺟْﺘَﻤَﻊَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻫَﺆُﻟَﺎﺀِ؟ ﻗِﻴْﻞَ : ﻋَﻠَﻰ ﻗَﺒْﺮٍ ﻳَﺤْﻔِﺮُﻭْﻧَﻪُ ، ﻗَﺎﻝَ : ﻓَﻔَﺰِﻉَ ﺭَﺳُﻮْﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻓَﺒَﺪَﺭَ ﺑَﻴْﻦَ ﻳَﺪَﻱْ ﺃَﺻْﺤَﺎﺑِﻪِ ﻣُﺴْﺮِﻋًﺎ ﺣَﺘَّﻰ ﺍﻧْﺘَﻬَﻰ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﻘَﺒْﺮِ ﻓَﺠَﺜَﺎ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ، ﻗَﺎﻝَ : ﻓَﺎﺳْﺘَﻘْﺒَﻠْﺘُﻪُ ﻣِﻦْ ﺑَﻴْﻦِ ﻳَﺪَﻳْﻪِ ﻟِﺄَﻧْﻈُﺮَ ﻣَﺎ ﻳَﺼْﻨَﻊُ ، ﻓَﺒَﻜَﻰ ﺣَﺘﻰَّ ﺑَﻞَّ ﺍﻟﺜَّﺮَﻯ ﻣِﻦْ ﺩُﻣُﻮْﻋِﻪِ ﺛُﻢَّ ﺃَﻗْﺒَﻞَ ﻋَﻠَﻴْﻨَﺎ ﻗَﺎﻝَ : ﺃَﻱْ ﺇِﺧْﻮَﺍﻧِﻲ ! ﻟِﻤِﺜْﻞِ ﺍﻟْﻴَﻮْﻡِ ﻓَﺄَﻋِﺪُّﻭْﺍ
“Ketika kami bersama Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam , tiba-tiba Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat sekelompok orang, maka beliau bertanya, ‘Untuk apa mereka berkumpul?’ Dikatakan kepada beliau, ‘Mereka berkumpul pada kuburan yang sedang mereka gali’. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam terperanjat, lalu bergegas mendahului para sahabat sehingga sampai di kuburan, lalu beliau berlutut ke arah kuburan. Bara’ berkata, ‘Maka aku menghadap di depan Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk melihat apa yang akan beliau lakukan’. Kemudian beliau menangis sehingga tanah menjadi basah karena air mata beliau. Lalu Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menghadap kepada kami dan bersabda, “Wahai saudara-saudaraku! Bersiap-siaplah untuk yang sepertil hari ini!” (Silsilatush Shahihah, no. 1751).
Demikian juga Salafus Shalih, mereka mengingat kematian dan mengingatkan orang lain dengannya. Diriwayatkan bahwa Uwais al-Qarni rahimahullah berkata kepada penduduk Kufah, “Wahai penduduk Kufah, sesungguhnya ketika kamu tidur, kamu berbantalkan kematian. Oleh karena itu, jika kamu telah bangun, jadikanlah kematian itu selalu di hadapanmu.”
Ibadallah,
Mengingat kematian itu memiliki pengaruh besar dalam menyadarkan jiwa dari kelalaian. Kematian merupakan pelajaran terbesar. Seorang ahli zuhud ditanya, “Apakah pelajaran yang paling berpengaruh?” Dia menjawab, “Melihat tempat orang-orang yang mati”. Ahli zuhud yang lain mengatakan, “Orang yang tidak berhenti dari kemaksiatan dengan (nasehat) Alquran dan kematian, seandainya gunung-gunung bertabrakkan di hadapannya, dia juga tidak akan berhenti!”
Sungguh, ziarah kubur, menyaksikan jenazah, melihat orang sekarat, merenungkan sakaratul maut, merenungkan wajah mayit setelah matinya, akan mengekang jiwa dari berbagai kesenangannya serta akan mengusir kegembiraan hati.
Orang yang mempersiapkan diri menghadapi kematian, dia akan beramal dengan sungguh-sungguh dan memperpendek angan-angan.
Al-Lubaidi berkata, “Aku melihat Abu Ishaq rahimahullah di waktu hidupnya, selalu mengeluarkan secarik kertas dan membacanya. Ketika dia telah wafat, aku melihat kertas tersebut, ternyata tertulis padanya ‘Perbaguslah amalanmu, sesungguhnya ajalmu telah dekat!! Perbaguslah amalanmu, sesungguhnya ajalmu telah dekat!!!’.”
Saudara-saudaraku, sesungguhnya orang yang hidup dengan tetap mewaspadai akhir kehidupan, dia akan menjalani kehidupan dengan terus mempersiapkan diri. Sehingga ketika kematian menjelang, dia tidak menyesal atau kalau pun menyesal tapi tidak terlalu.
Oleh karena itu, diriwayatkan bahwa Syaqiq al-Balkhi rahimahullah berkata, “Bersiaplah! Jika kematian mendatangimu, engkau tidak berteriak sekuat tenaga memohon kehidupan. Namun permohonanmu tidak akan dikabulkan”.
Dengan nasehat ini aku ingin membangunkan hati dari tidurnya, menghentikan jiwa dari bergelimang dalam kesesatan dan syahwatnya.
Dengan nasehat ini aku ingin orang yang shalih bertambah keshalihannya dan orang yang lalai segera bangun sebelum menyesal atau sebelum kematiannya.
Kalian telah melihat kehidupan ini berlalu dengan cepat, namun kebanyakan orang tidak menyadarinya. Ada yang lahir sementara yang lain meninggal. Rahim mengeluarkan bayinya, sementara bumi menelan mayit.
Saudara-saudaraku, kehidupan di dunia ini terbatas waktunya. Dia pasti akan berakhir. Orang-orang shalih akan mati, begitu juga orang-orang jahat. Orang-orang bertaqwa akan meninggal, begitu juga yang bergelimang dosa.
Para pahlawan dan mujahid, para penakut dan orang yang lari meninggalkan medan jihad, semua akan mati. Orang-orang mulia yang hidup untuk akhirat dan orang-orang tamak yang hidupnya hanya untuk kesenangan dunia, semuanta tak akan luput dari kematian.
Orang-orang yang memiliki cita-cita tinggi atau hidup hanya untuk syahwat kemaluan dan perut, semuanya pasti dicabut nyawanya.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
ﻛُﻞُّ ﻣَﻦْ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ ﻓَﺎﻥٍ
“Semua yang ada di bumi itu akan binasa.” (QS. ar-Rahman/55: 26).
ﻛُﻞُّ ﻧَﻔْﺲٍ ﺫَﺍﺋِﻘَﺔُ ﺍﻟْﻤَﻮْﺕِ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (QS. Ali Imran/3:185).
Semua makhluk yang bernyawa akan mengalami kematian. Ia merupakan hakekat, namun kita selalu berusaha lari darinya. Kematian merupakan hakekat, yang bisa menjungkalkan.
Keangkuhan orang-orang yang bersombong
Penentangan orang-orang yang menyimpang
Kezhaliman para thagut yang mengangkat dirinya sebagai tuhan yang harus ditaati.
Kematian merupakan hakekat yang akan dialami oleh semua yang bernyawa, bahkan para Nabi dan Rasul. Allah berfirman.
ﻭَﻣَﺎ ﺟَﻌَﻠْﻨَﺎ ﻟِﺒَﺸَﺮٍ ﻣِﻦْ ﻗَﺒْﻠِﻚَ ﺍﻟْﺨُﻠْﺪَ ۖ ﺃَﻓَﺈِﻥْ ﻣِﺖَّ ﻓَﻬُﻢُ ﺍﻟْﺨَﺎﻟِﺪُﻭﻥَ
“Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad); Maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal?” (QS. al-Anbiya’/21:34).
Kematian merupakan realita yang terdengar sepanjang zaman dan di setiap tempat. Dia terdengar di telinga, masuk ke pemikiran semua orang yang berakal dan mengetuk hati semua orang yang hidup. Dia membisikan bahwa semua orang akan mati, kecuali Dzat yang memiliki kemuliaan dan keperkasaan.
ﻛُﻞُّ ﺷَﻲْﺀٍ ﻫَﺎﻟِﻚٌ ﺇِﻟَّﺎ ﻭَﺟْﻬَﻪُ
“Tiap-tiap sesuatu pasti
Kematian merupakan realita yang mungkin dihindari. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
ﻗُﻞْ ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﻤَﻮْﺕَ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺗَﻔِﺮُّﻭﻥَ ﻣِﻨْﻪُ ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﻣُﻠَﺎﻗِﻴﻜُﻢْ ۖ ﺛُﻢَّ ﺗُﺮَﺩُّﻭﻥَ ﺇِﻟَﻰٰ ﻋَﺎﻟِﻢِ ﺍﻟْﻐَﻴْﺐِ ﻭَﺍﻟﺸَّﻬَﺎﺩَﺓِ ﻓَﻴُﻨَﺒِّﺌُﻜُﻢْ ﺑِﻤَﺎ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺗَﻌْﻤَﻠُﻮﻥَ
Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari darinya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS. al-Jum’ah/62: 8).
Ya, kematian itu pasti akan menemui kamu…di mana saja kamu berada, kamu akan mati,
Wahai orang-orang kuat …
Wahai orang-orang kuat, nan muda usia …
Wahai orang-orang cerdas dan jenius …
Wahai pemimpin, pembesar …
Wahai orang fakir dan rakyat jelata …
Semua orang yang menangis (karena kematian orang yang dicintai), dia juga akan membuat orang lain menangis (ketika dia mati) …
Semua pembawa berita kematian, dia juga akan diberitakan kematiannya…
Semua harta simpanan akan binasa …
Semua yang disebut-sebut akan dilupakan …
Tidak ada yang kekal selain Allah.
Jika ada orang yang merasa tinggi, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala lebih tinggi.
Ketahuilah, semoga Allah menjagamu, orang yang hidup pasti akan mati … dan orang yang mati akan hilang (dari kehidupan) … dan semua yang akan datang pasti akan tiba waktunya …
ﻣَﻦْ ﻛَﺎﻥَ ﻳَﺮْﺟُﻮ ﻟِﻘَﺎﺀَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻓَﺈِﻥَّ ﺃَﺟَﻞَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻟَﺂﺕٍ
“Barangsiapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu, pasti datang.” (QS. Al-Ankabut/29: 5).
Wahai saudaraku, kehidupanmu yang hakiki akan mulai setelah kematianmu … Persiapkanlah segala sesuatu untuk bekal menjalani kehidupanmu yang sebenarnya. Amal kebaikan, itulah bekal menghadap Allah ‘Azza wa Jalla
Sabtu, 13 Januari 2018
Teruslah bersabar
Mengapa kita harus tangguh menghadapi cobaan, sebab cobaan itu bagian dari hidup kita dan ada kebaikan dari cobaan tersebut. Kita tidak bisa menghindari cobaan selama hidup ini. Maka daripada kita menghindari cobaan, maka langlah yang benar adalah membina diri untuk menjadi pribadi yang tangguh dalam menghadapi cobaan.
Cobaan datang dari Allah dan Allah sudah memberikan cara menghadapi cobaan tersebut. Jika kita telusuri Al Quran Dan Hadits, banyak sekali ayat dan hadits yang membimbing kita agar tangguh menghadapi cobaan.
Langkah pertama yang harus kita yakini adalah, yakinlah bahwa ujian atau cobaan itu untuk kebaikan kita sendiri.
Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran) . ( QS .7.168 )
kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar. ( QS.11:11 )
Tiada seorang muslim tertusuk duri atau lebih dari itu, kecuali Allah mencatat baginya kebaikan dan menghapus darinya dari dosa. ( HR Bukhari )
Barangsiapa dikehendaki Allah kebaikan baginya, maka dia diuji (dicoba dengan suatu musibah) ( HR Bukhari )
Kita menghadapi cobaan dengan benar, artinya kita akan mendapatkan kebaikan. Sebaliknya jika kita salah dalam menghadapi cobaan, maka malah keburukan dan siksa yang kita dapat dan cobaan itu sendiri tidak hilang. Rugi 2 kali!
Sikap Positif Dalam Menghadapi Cobaan
Lalu bagaimana cara kita menghadapi cobaan? Kata kuncinya adalah bagaimana kita menyikapi ujian tersebut. Mungkin kita berada dalam sebuah kondisi dimana kita memang tidak punya pilihan, artinya kita harus mengalami ujian itu. Namun, sebenarnya kita selalu punya pilihan, setidaknya dalam sikap.
Menyikapi cobaan dengan positif sebenarnya sudah cukup, sebab sikap positif akan melahirkan semangat tidak menyerah, semangat mencari solusi, dan yang jelas, jika sikap positif itu berdasarkan Al Quran dan hadits, diiringi dengan niat ikhlas, maka kita PASTI akan mendapatkan balasannya di akhirat nanti .
Apa saja sikap positif yang harus kita pegang?
#1 Yakinlah Anda Sanggup
Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan . ( QS.65:7 )
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya ( QS.2:286 )
Yakinlah bahwa setiap cobaan yang diberikan Allah kepada kita sesuai dengan kadar kemampuan kita. Jika kita merasa tidak sanggup menghadapi cobaan atau ujian yang kita alami, itu adalah sinyal bahwa kita harus meningkatkan kualitas diri kita.
Bukan ujiannya yang terlalu berat, tapi diri kita sendiri yang loyo dan payah. Perbaiki diri, bukan mengeluh akan beratnya ujian.
Keyakinan diri bahwa kita akan sanggup menghadapi ujian, menjadikan diri kita tidak akan menyerah, sehingga mengambil tindakan untuk memperbaiki diri dan mencari solusi. Yakinlah Anda bisa, insya Allah.
#2 Yang Kita Benci Bisa Jadi Baik Bagi Kita
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. ( QS2.216 )
Kita harus yakin, bahwa Allah akan memberikan yang terbaik bagi kita. Mungkin kita menyukainya, padahal itu buruk bagi kita sehingga Allah menghilangkannya dari kita. Terasa pahit, padahal justru itu yang terbaik bagi kita. Kita mungkin tidak mengetahuinya, tapi Allah mengetahui.
Jadi berprasangka baiklah bahwa apa yang terjadi itu untuk kebaikan Anda. Allah Maha Penyayang.
#3 Cobaan Bukan Berarti Allah Benci Kepada Kita
Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu . ( QS.93:3 )
Cobaan itu tidak menunjukan bahwa Allah membenci kita. Rasulullah saw pun diberikan ujian oleh Allah, padahal beliau adalah habibillah (kekasih Allah). Jadi ujian bukan berarti benci. Justru untuk kebaikan sebagainya dijelaskan melalui ayat dan hadits yang sudah dibahas diatas.
#4 Tenanglah, Kemudahan Akan Datang
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. ( QS. 94:5-6 )
Jangan khawatir dengan kesulitan, sebab Anda akan menemukan kemudahan. Syaratnya Anda harus bersedia melalui kesulitan tersebut.
#5 Jika Anda Menghadapi Cobaan, Perbanyak Shalat
Apabila Rasulullah saw menemui suatu kesulitan, maka beliau segera mengerjakan shalat . ( HR Abu Dawud )
Shalatlah bukan malah melamun, bukan malah mengeluh. Jika mau menangis, menangislah kepada Allah. Bangun malam, dirikan shalat malam, dan mintalah petunjukan dan pertolongan kepada Allah.
#6 dan #7 Berdo’a dan Selesaikan Kesulitan Orang Lain
Barangsiapa ingin do’anya terkabul dan dibebaskan dari kesulitannya, hendaklah dia mengatasi (menyelesaikan) kesulitan orang lain ( HR Ahmad )
Berdo’alah, karena Allah akan mengabulkan do’a kita. Dan, salah satu rahasia agar do’a itu dikabulkan, selesaikan atau bantu kesulitan orang lain. Mungkin aneh, kita sendiri sedang mengalami kesulitan tetapi malah harus menyelesaikan kesulitan orang lain. Ini adalah perintah Allah dan tidak mungkin salah.
“Ya Allah kuatkan aku menghadapi cobaan ini.”
#8 Bersabarlah
Aku (rasulullah) mengagumi seorang mukmin yang bila memperoleh kebaikan, dia memuji Allah dan bersyukur. Bila ditimpa musibah, dia memuji Allah dan bersabar . ( HR Ahmad )
Orang yang berbahagia ialah yang dijauhkan dari fitnah-fitnah dan orang yang terkena ujian dan cobaan, dia bersabar . ( HR Ahmad )
Ada yang mengatakan bahwa sabar adalah resep untuk segala masalah. Memang benar. Tentu saja dengan definisi sabar yang benar. Seseorang yang sedang berperang membela agama Allah yang bersabar, adalah mereka yang teguh dalam peperangan itu.
Justru Allah melarang kita menyerah atau meninggalkan pertempuran. Artinya menyerah bukanlah definisi sabar. Sabar adalah keteguhan dalam kebenaran.
Sabar juga bisa berarti adalah tetap teguh dalam mecari solusi. Anda tetap teguh dalam perjuangan keluar dari masalah. Jika Anda melakukan sabar dengan sabar yang benar, insya Allah solusi akan datang.
#9 Dakwah
“Kalian harus menyeru kepada kebikan dan melarang dari kemungkaran. Kalau tidak, Allah akan mengirim hukuman kepada kalian, saat kalian berdo’a kepada-Nya, Dia tidak mengabulkan doa kalian.” ( HR At Tirmidzi )
Berdo’alah kepada Allah, dan agar do’a kita dikabul kita harus berdakwah, menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran. Jangan berhenti berdakwah karena kita sedang dalam kesulitan, justru dakwah akan memudahkan kita mengatasi kesulitan.
Jangan mengeluh masalah begitu berat, sementara kemungkaran kita diamkan saja. Jangan mengeluh tidak bisa mengatasi ujian, sementara kita tidak mengajak orang kepada kebaikan.
#10 Khusyu’
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya . ( QS.2:45-46 )
Dan, mintalah pertolongan dari Allah dengan shabar dan shalat. Ini memang tidak mudah kecuali bagi mereka yang khusyu’, yaitu orang yang yakin bahwa dia akan menemui Allah dan akan kembali kepada-Nya.
Saat kita yakin bahwa kita akan kembali kepada Allah, maka sebesar apa pun masalah yang kita hadapi, semuanya menjadi kecil, sebab urusan besar itu mempersiapkan diri untuk di akhirat nanti.
Inilah berbagai panduan dari Al Quran dan hadits bagaimana cara menyikapi cobaan dengan benar dan akan membawa solusi.
Mudah-mudahan Anda menjadi pribadi yang tangguh menghadapi cobaan hidup sebesar apapun
Jumat, 12 Januari 2018
Janganlah sombong
Hadits Sahih Riwayat al-Bukhari: 3226
ﻋَﻦْ ﺍﺑْﻦِ ﻋُﻤَﺮَ : ﺃَﻥَّ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲَّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻗَﺎﻝَ :
ﺑَﻴْﻨَﻤَﺎ ﺭَﺟُﻞٌ ﻳَﺠُﺮُّ ﺇِﺯَﺍﺭَﻩُ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﺨُﻴَﻼَﺀِ ﺧُﺴِﻒَ ﺑِﻪِ ﻓَﻬُﻮَ ﻳَﺘَﺠَﻠْﺠَﻞُ ﻓِﻲ ﺍﻷَﺭْﺽِ ﺇِﻟَﻰ ﻳَﻮْﻡِ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ .
Dari Ibn Umar: Bahwa Nabi ﷺ bersabda:
Sementara seorang laki-laki menyeret kainnya karena kesombongan, ia dibenamkan (ke dalam bumi), dan orang itu terus meronta-ronta di dalam tanah hingga hari kiamat.
Pesan hadits yang disampaikan:
Sombong adalah salah satu sifat tercela yang wajib dijauhi oleh seorang mu’min. Karena jika seseorang sombong, ia tidak akan menerima kebenaran dari orang lain dan tidak akan mengaku jika
Kamis, 11 Januari 2018
Doa kepada orang Sakit
Doa Kepada Orang Sakit 2
ﺃَﺳْﺄَﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺍﻟْﻌَﻈِﻴْﻢَ ﺭَﺏَّ ﺍﻟْﻌَﺮْﺵِ ﺍﻟْﻌَﻈِﻴْﻢِ ﺃَﻥْ ﻳَﺸْﻔِﻴَﻚَ
As-alullaahal ‘azhiim, robbal ‘arsyil ‘azhiim, an yasyfiyaka (7x).
Aku memohon kepada Allah yang Maha Agung, Pemilik arsy yang agung, agar Dia menyembuhkanmu (7x).
HR. At-Tirmidzi, Abu Dawud, dan lihat Shahih At-Tirmidzi 2/210 dan Shahihul Jami’ 5/180.
Keterangan:
Doa ini dibaca oleh orang yang menjenguk orang sakit, di dekat si sakit. Boleh dibaca agak keras sehingga si sakit ikut mendengar, boleh juga dengan suara pelan.
Keutamaan:
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Siapa yang menjenguk orang sakit, yang belum datang ajalnya, kemudian dia membaca doa ini di dekatnya
Rabu, 10 Januari 2018
LARANGAN MENCELA MAYIT
Janganlah mencela seseorang yang sudah meninggal dunia
Hadits Sahih Riwayat al-Bukhari: 1306
ﻋَﻦْ ﻋَﺎﺋِﺸَﺔَ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻨْﻬَﺎ ﻗَﺎﻟَﺖْ : ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ :
ﻻَ ﺗَﺴُﺒُّﻮﺍ ﺍﻷَﻣْﻮَﺍﺕَ ﻓَﺈِﻧَّﻬُﻢْ ﻗَﺪْ ﺃَﻓْﻀَﻮْﺍ ﺇِﻟَﻰ ﻣَﺎ ﻗَﺪَّﻣُﻮﺍ .
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata: Nabi ﷺ bersabda:
Janganlah kalian mencela orang-orang yang telah meninggal dunia karena mereka telah sampai kepada apa yang telah mereka kerjakan (dari kebaikan maupun keburukan).
Pesan hadits yang disampaikan:
Mencela seseorang yang telah meninggal dunia adalah hal yang dalam ajaran Islam
Kamis, 04 Januari 2018
Minum Kopi Yang Berkualitas
Dalam sebuah acara reuni, beberapa alumni menjumpai guru sekolah mereka dulu.
Mereka menceritakan kisah sukses masing2.
Ada yang menjadi direktur BUMN, ada yang menjadi direktur Bank, ada yg menjadi pengusaha sukses, dokter, arsitek, pengacara, konsultan, dll.
Melihat para alumni tersebut ramai2 membicarakan kesuksesan mereka, guru tsb segera ke dapur kmdn mengambil seteko kopi panas dan beberapa cangkir kopi yang berbeda2. Mulai dari cangkir yang terbuat dari kristal, kaca, melamin dan plastik.
_“Sudah, sudah.. Ngobrolnya berhenti dulu. Ini Bapak sudah siapkan kopi buat kalian,”_ seru sang guru memecah keasyikan obrolan mereka.
Hampir serempak, mereka kemudian berebut cangkir terbaik yang bisa mereka dapat.
Akhirnya, di meja yang tersisa hanya satu buah cangkir plastik yang paling jelek.
Lantas, setelah semua mendapatkan cangkirnya, sang guru pun mulai menuangi cangkir itu dengan kopi panas dari teko yang telah disiapkannya.
_“Mari, silakan diminum,”_ ajak sang guru, yang kemudian ikut mengisi kopi dan meminum dari cangkir terakhir yang paling jelek.
_“Bagaimana rasanya? Nikmat kan? Ini dari kopi hasil kebun keluarga saya sendiri.”_
_“Wah, enak sekali Pak.. Ini kopi paling sedap yang pernah saya minum,”_ timpal salah satu murid yang langsung diiyakan oleh teman yang lain.
_“Nah, kopinya enak ya? Tapi, apakah kalian tadi memperhatikan. Kalian hampir saja berebut untuk memilih cangkir yang paling bagus hingga hanya menyisakan satu cangkir paling jelek ini?”_ tanya sang guru.
Murid-murid itu pun saling berpandangan.
_"Perhatikanlah, bahwa kalian semua memilih cangkir yg bagus dan kini yg tersisa hanyalah cangkir yg murah dan tidak menarik._
_Memilih hal yg terbaik adalah wajar dan manusiawi. Namun persoalannya, ketika kalian tidak mendapatkan cangkir yg bagus perasaan kalian mulai terganggu._
_Kalian secara otomatis melihat cangkir yg dipegang orang lain dan mulai membandingkannya._
_Pikiran kalian terfokus pada cangkir, padahal yg kalian nikmati bukanlah cangkirnya melainkan kopinya._
_Hidup kita, baik kehidupan dunia maupun kehidupan ibadah, seperti kopi dalam analogi tsb di atas, sedangkan cangkirnya adalah sarana, pekerjaan, jabatan, atau harta benda yg kita miliki."_
Semua alumni tertegun mendengar penjelasan dari sang guru.
Penjelasan dari sang guru telah menyentak kesadaran mereka.
_"Anak-anakku tercinta..."_
lanjut sang guru.
_"Jangan pernah membiarkan cangkir mempengaruhi kopi yg kita nikmati._
_Cangkir bukanlah yg utama, kualitas kopi itulah yg terpenting._
_Jangan berpikir bahwa kekayaan yg melimpah, sarana yg mewah, karier yg bagus dan pekerjaan yg mapan merupakan jaminan kebahagian hidup dan kenikmatan dlm beribadah._
_Itu konsep yg sangat keliru._
_*Kualitas hidup dan ibadah kita ditentukan oleh "Apa yg ada di dalam" bukan "Apa yg kelihatan dari luar.*"_
_Status, pangkat, kedudukan, jabatan, kekayaan, kesuksesan, popularitas, adalah sebuah predikat yang disandang._
_Tak salah jika kita mengejarnya._
_Tak salah pula bila kita ingin memilikinya._
_Namun, semua itu hanya sarana._
_Sarana hanya bermanfaat apabila bisa mengantarkan kita pada tujuan._
_Apa gunanya memiliki segala sarana, namun tidak pernah merasakan kedamaian,_ _ketenteraman,_ _ketenangan, dan kebahagian sejati di dalam kehidupan kita?_
_Itu sangat menyedihkan._
_Karena hal itu sama seperti kita menikmati kopi kualitas buruk yg disajikan di sebuah cangkir kristal yg mewah dan mahal..."_
_Kunci menikmati kopi bukanlah seberapa bagus cangkirnya, tetapi seberapa bagus kualitas kopinya..."_
*******
Selamat menikmati secangkir kopi kehidupan...
Saudara2 tercinta...🙏☕😊
Selasa, 02 Januari 2018
Hadits shalat tasbih
Hadits Shalat Tasbih
Terdapat beberapa hadits yang menerangkan tentang shalat tasbih, di antaranya hadits Ibnu ‘Abbas
radhiallahu’anhu , yang lafazh-nya sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Dawud di dalam Sunan-nya (1297) adalah sebagai berikut:
ﻋَﻦْ ﺍﺑْﻦِ ﻋَﺒَّﺎﺱٍ ﺃَﻥَّ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻗَﺎﻝَ ﻟِﻠْﻌَﺒَّﺎﺱِ ﺑْﻦِ ﻋَﺒْﺪِ ﺍﻟْﻤُﻄَّﻠِﺐِ ﻳَﺎ ﻋَﺒَّﺎﺱُ ﻳَﺎ ﻋَﻤَّﺎﻩُ ﺃَﻟَﺎ ﺃُﻋْﻄِﻴﻚَ ﺃَﻟَﺎ ﺃَﻣْﻨَﺤُﻚَ ﺃَﻟَﺎ ﺃَﺣْﺒُﻮﻙَ ﺃَﻟَﺎ ﺃَﻓْﻌَﻞُ ﺑِﻚَ ﻋَﺸْﺮَ ﺧِﺼَﺎﻝٍ ﺇِﺫَﺍ ﺃَﻧْﺖَ ﻓَﻌَﻠْﺖَ ﺫَﻟِﻚَ ﻏَﻔَﺮَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻟَﻚَ ﺫَﻧْﺒَﻚَ ﺃَﻭَّﻟَﻪُ ﻭَﺁﺧِﺮَﻩُ ﻗَﺪِﻳﻤَﻪُ ﻭَﺣَﺪِﻳﺜَﻪُ ﺧَﻄَﺄَﻩُ ﻭَﻋَﻤْﺪَﻩُ ﺻَﻐِﻴﺮَﻩُ ﻭَﻛَﺒِﻴﺮَﻩُ ﺳِﺮَّﻩُ ﻭَﻋَﻠَﺎﻧِﻴَﺘَﻪُ ﻋَﺸْﺮَ ﺧِﺼَﺎﻝٍ ﺃَﻥْ ﺗُﺼَﻠِّﻲَ ﺃَﺭْﺑَﻊَ ﺭَﻛَﻌَﺎﺕٍ ﺗَﻘْﺮَﺃُ ﻓِﻲ ﻛُﻞِّ ﺭَﻛْﻌَﺔٍ ﻓَﺎﺗِﺤَﺔَ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏِ ﻭَﺳُﻮﺭَﺓً ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻓَﺮَﻏْﺖَ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﻘِﺮَﺍﺀَﺓِ ﻓِﻲ ﺃَﻭَّﻝِ ﺭَﻛْﻌَﺔٍ ﻭَﺃَﻧْﺖَ ﻗَﺎﺋِﻢٌ ﻗُﻠْﺖَ ﺳُﺒْﺤَﺎﻥَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺍﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻟِﻠَّﻪِ ﻭَﻟَﺎ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﺃَﻛْﺒَﺮُ ﺧَﻤْﺲَ ﻋَﺸْﺮَﺓَ ﻣَﺮَّﺓً ﺛُﻢَّ ﺗَﺮْﻛَﻊُ ﻓَﺘَﻘُﻮﻟُﻬَﺎ ﻭَﺃَﻧْﺖَ ﺭَﺍﻛِﻊٌ ﻋَﺸْﺮًﺍ ﺛُﻢَّ ﺗَﺮْﻓَﻊُ ﺭَﺃْﺳَﻚَ ﻣِﻦْ ﺍﻟﺮُّﻛُﻮﻉِ ﻓَﺘَﻘُﻮﻟُﻬَﺎ ﻋَﺸْﺮًﺍ ﺛُﻢَّ ﺗَﻬْﻮِﻱ ﺳَﺎﺟِﺪًﺍ ﻓَﺘَﻘُﻮﻟُﻬَﺎ ﻭَﺃَﻧْﺖَ ﺳَﺎﺟِﺪٌ ﻋَﺸْﺮًﺍ ﺛُﻢَّ ﺗَﺮْﻓَﻊُ ﺭَﺃْﺳَﻚَ ﻣِﻦْ ﺍﻟﺴُّﺠُﻮﺩِ ﻓَﺘَﻘُﻮﻟُﻬَﺎ ﻋَﺸْﺮًﺍ ﺛُﻢَّ ﺗَﺴْﺠُﺪُ ﻓَﺘَﻘُﻮﻟُﻬَﺎ ﻋَﺸْﺮًﺍ ﺛُﻢَّ ﺗَﺮْﻓَﻊُ ﺭَﺃْﺳَﻚَ ﻓَﺘَﻘُﻮﻟُﻬَﺎ ﻋَﺸْﺮًﺍ ﻓَﺬَﻟِﻚَ ﺧَﻤْﺲٌ ﻭَﺳَﺒْﻌُﻮﻥَ ﻓِﻲ ﻛُﻞِّ ﺭَﻛْﻌَﺔٍ ﺗَﻔْﻌَﻞُ ﺫَﻟِﻚَ ﻓِﻲ ﺃَﺭْﺑَﻊِ ﺭَﻛَﻌَﺎﺕٍ ﺇِﻥْ ﺍﺳْﺘَﻄَﻌْﺖَ ﺃَﻥْ ﺗُﺼَﻠِّﻴَﻬَﺎ ﻓِﻲ ﻛُﻞِّ ﻳَﻮْﻡٍ ﻣَﺮَّﺓً ﻓَﺎﻓْﻌَﻞْ ﻓَﺈِﻥْ ﻟَﻢْ ﺗَﻔْﻌَﻞْ ﻓَﻔِﻲ ﻛُﻞِّ ﺟُﻤُﻌَﺔٍ ﻣَﺮَّﺓً ﻓَﺈِﻥْ ﻟَﻢْ ﺗَﻔْﻌَﻞْ ﻓَﻔِﻲ ﻛُﻞِّ ﺷَﻬْﺮٍ ﻣَﺮَّﺓً ﻓَﺈِﻥْ ﻟَﻢْ ﺗَﻔْﻌَﻞْ ﻓَﻔِﻲ ﻛُﻞِّ ﺳَﻨَﺔٍ ﻣَﺮَّﺓً ﻓَﺈِﻥْ ﻟَﻢْ ﺗَﻔْﻌَﻞْ ﻓَﻔِﻲ ﻋُﻤُﺮِﻙَ ﻣَﺮَّﺓً
Rasulullah bersabda kepada Abbas bin Abdul Muththalib, “Wahai Abbas, wahai pamanku, maukah engkau aku beri? Maukah engkau aku kasih? Maukah engkau aku beri hadiah? Maukah engkau aku ajari sepuluh sifat (pekerti)? Jika engkau melakukannya, Allah mengampuni dosamu; dosa yang awal dan yang akhir, dosa yang lama dan yang baru, dosa yang tidak disengaja dan yang disengaja, dosa yang kecil dan yang besar, dosa yang rahasia dan terang-terangan, sepuluh macam (dosa). Engkau shalat empat rakaat. Pada setiap rakaat engkau membaca al-Fatihah dan satu surat (al-Quran). Jika engkau telah selesai membaca (surat) pada awal rakaat, sementara engkau masih berdiri, engkau membaca, ‘Subhanallah, walhamdulillah, walaa ilaaha illa Allah, wallahu akbar sebanyak 15 kali. Kemudian ruku’, maka engkau ucapkan (dzikir) itu sebanyak 10 kali. Kemudian engkau angkat kepalamu dari ruku’, lalu ucapkan (dzikir) itu sebanyak 10 kali. Kemudian engkau turun sujud, ketika sujud engkau ucapkan (dzikir) itu sebanyak 10 kali. Kemudian engkau angkat kepalamu dari sujud, maka engkau ucapkan (dzikir) itu sebanyak 10 kali. Kemudian engkau bersujud, lalu ucapkan (dzikir) itu sebanyak 10 kali. Kemudian engkau angkat kepalamu, maka engkau ucapkan (dzikir) itu sebanyak 10 kali. Maka itulah 75 (dzikir) pada setiap satu rakaatnya. Engkau lakukan itu dalam empat rakaat. Jika engkau mampu melakukan (shalat) itu setiap hari sekali, maka lakukanlah! Jika engkau tidak melakukannya, maka (lakukan) setiap bulan sekali! Jika tidak, maka (lakukan) setiap tahun sekali! Jika engkau tidak melakukannya, maka (lakukan) sekali dalam umurmu ”
Takhrij Hadits
Adapun takhrij hadits ini, maka kami nukilkan penjelasan Imam al-Albani (1420 H) di dalam kitabnya Shahih Sunan Abi Dawud (5/41) berikut ini:
“Hadits ini dikeluarkan pula oleh al-Baihaqi di dalam Sunan-nya (3/51-52), demikian pula al-Khathib di dalam Juz’ Shalat Tasbih (1-2/197); keduanya meriwayatkan dari Abu Dawud dengan sanad-nya. Dan dikeluarkan pula oleh Ibnu Majah (1387), Ibnu Khuzaimah di dalam
Shahih-nya (1/132/1), dan al-Hakim (1/318); dari jalan yang lainnya…”.
Dan sanad yang dimaksud adalah: Abdurrahman bin Bisyr bin Hakam, dari Musa bin Abdul Aziz, dari al-Hakam bin Aban, dari ‘Ikrimah, dari Ibnu Abbas
radhiallahu’anhu .
Hukum dan Derajat Hadits
Para ulama berselisih pendapat dalam penentuan hukum dan derajat hadits ini. Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan, “Para ulama berselisih pendapat dalam shalat tasbih, dalam masalah ke-shahih-an haditsnya dan hukum mengamalkannya. Maka, di antara mereka ada yang men-shahih-kannya, ada yang meng-hasan-kannya, ada pula yang men-dha’if-kannya (melemahkannya), bahkan ada juga yang menjadikannya termasuk hadits maudhu’ (palsu)” . Dari penjelasan beliau, kami ingin nukilkan beberapa perkataan ulama yang secara umum terbagi menjadi dua pendapat:
1. Pendapat pertama , yang menyatakan bahwa hadits-hadits shalat tasbih dapat dijadikan hujjah (yang tercakup di dalamnya hadits shahih dan hasan) dan dapat diamalkan.
2. Dan pendapat kedua, yang menyatakan bahwa hadits-hadits shalat tasbih tidak dapat dijadikan hujjah (yang tercakup di dalamnya hadits dha’if dengan segala jenisnya dan maudhu ‘) dan tidak boleh diamalkan.
Di antara para ulama yang berpendapat dengan pendapat pertama adalah para Imam berikut: Muslim (261 H), Abu Dawud (275 H), al-Hakim (405 H), al-Khathib al-Baghdadi (463 H), Ibnush Shalah (643 H), al-Mundziri (656 H), Muhyid Din an-Nawawi (676 H) , al-‘Alaa-i (761 H), Badrud Din az-Zarkasyi (794 H), al-Bulqini (805 H), Ibnu Nashiriddin ad-Dimasyqi (842 H), asy-Syaukani (1250 H), al-Albani (1420 H) dan lain-lain .
Al-Imam al-Mundziri (656 H) berkata di dalam kitabnya at-Targhib wat Tarhib (1/528): “Hadits ini telah di-shahih-kan oleh jama’ah (para ulama), di antara mereka al-Hafizh Abu Bakr al-Ajurri, Syaikh kami Abu Muhammad Abdurrahim al-Mishri, Syaikh kami Abul Hasan al-Maqdisi”. Dan al-Imam al-Albani menyatakan bahwa hadits ini shahih lighairihi (shahih dengan sebab pendukung-pendukungnya dari hadits lainnya). Lihat penjelasan beliau ini dalam kitabnya Shahih Sunan Abi Dawud (5/40-42).
Adapun para ulama yang berpendapat dengan pendapat ke dua, maka mereka itu para Imam yang disebutkan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar (852 H) di dalam kitabnya at-Talkhishul Habir (2/7), mereka adalah: Abu Ja’far al-Uqaili (322 H), Abu Bakr Ibnul ‘Arabi (543 H), Ibnul Jawzi (597 H). Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani berkata di dalam kitabnya at-Talkhishul Habir (2/7): “Dan (pendapat) yang haq (benar) adalah bahwa seluruh jalan-jalannya dha’if (lemah), walaupun hadits Ibnu ‘Abbas ini mendekati syarat hadits hasan. Akan tetapi hadits tersebut
syadz , disebabkan; asingnya hadits ini, tidak ada jalan lain dan pendukung dari hadits lainnya yang dapat dijadikan standar (untuk memperkuat hadits ini), dan tata cara shalatnya yang menyelisihi shalat-shalat lainnya. Dan Musa bin Abdul Aziz (salah satu periwayat dalam sanad hadits ini) walaupun ia banyak benarnya dan shalih, namun ia tidak dapat dijadikan pedoman dan acuan dalam hadits yang asing (menyendiri) ini. Hadits ini di-dha’if-kan pula oleh Ibnu Taimiyah. Dan adz-Dzahabi tidak berkomentar tentang hadits ini…”.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (728 H) berkata di dalam kitabnya Majmu’ al-Fatawa (11/579): “…Hadits shalat tasbih telah diriwayatkan oleh Abu Dawud dan at-Tirmidzi. Kendatipun demikian, tidak ada seorang pun dari para Imam yang empat berpendapat bolehnya (melakukan shalat tasbih) ini. Bahkan Ahmad men-
dha’if -kan hadits ini dan tidak menganggap bahwa shalat ini mustahab (sunnah)… dan barangsiapa merenungkan (meneliti) dasar-dasar (ilmu), niscaya dia akan mengetahui bahwa hadits ini
maudhu ‘ (palsu)…”.
Hadits ini pun dilemahkan oleh Syaikh Ibnu Baaz (1420 H), Syaikh Ibnu ‘Utsaimin (1421 H), Syaikh Abdul Muhsin al-‘Abbad al-Badr, Syaikh Shalih al-Fauzan, dan yang lainnya .
Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, jelaslah bahwa para ulama sangat berselisih pendapat dalam penentuan hukum hadits ini. Maka barangsiapa di antara mereka menganggap hadits ini dapat dijadikan
hujjah (baik shahih maupun hasan dengan segala jenisnya), maka ia menghukumi bahwa shalat tasbih hukumnya mustahab (sunnah) di lakukan, seperti yang tertera dalam hadits tersebut. Dan barangsiapa di antara mereka menganggap hadits ini tidak dapat dijadikan hujjah (dha’if dengan segala jenisnya), maka ia menghukumi bahwa shalat tasbih hukumnya bid’ah.
Dan kami berpesan kepada seluruh pembaca agar kita semua berhati-hati ketika ingin mengamalkan sesuatu yang masih menjadi perselisihan yang cukup besar di antara para ulama. Berikut kami sampaikan jawaban yang kami pandang lebih hati-hati dan bijaksana dari Syaikh Shalih al-Fauzan di dalam kitabnya al-Muntaqa kepada penanya yang bertanya kepada beliau tentang shalat tasbih ini. Beliau menjawab: “…Dan saya berpendapat untuk Anda wahai penanya, jika Anda memiliki keinginan dan semangat kuat untuk kebaikan dan melakukan ibadah, maka kami anjurkan Anda untuk melakukan shalat-shalat yang jelas-jelas disyariatkan dengan dalil-dalilnya yang sudah shahih, seperti shalat tahajjud di malam hari, witir, menjaga shalat-shalat sunnah rawatib, shalat dhuha, dan memperbanyak shalat-shalat sunnah lainnya; (itu semua) mengingat tidak tegaknya (tidak shahih) shalat tasbih tersebut dari Nabi `. Dan pada hadits-hadits yang shahih dan jelas, terdapat kecukupan bagi seorang mukmin yang memiliki semangat untuk melakukan kebaikan. Wallahu A’lam “.
***
Penulis: Ustadz Arief Budiman, Lc.
Artikel Muslim.or.id
1. Lihat pula penjelasan Syaikh Rabi’ bin Hadi al-Madkhali tentang jalan-jalan hadits ini dalam tahqiq beliau terhadap kitab an-Nukat ‘ala kitab Ibnish Shalah (2/848)
2. Lihat Majmu’ Fatawa wa Rasa-il Ibnu ‘Utsaimin (14/225)
3. Sebagaimana dalam kitabnya Tahdzibul Asmaa’ wa al-Lughah , dan al-Adzkar . Adapun dalam kitabnya al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab, maka beliau (an-Nawawi) men-dha’if-kannya. Lihat at-Talkhishul Habir (2/7-8), karya al-Hafizh Ibnu hajar. Lihat pula penjelasan Syaikh Abu Abdillah Muhammad bin Muhammad al-Mushthafa al-Anshari, pen-tahqiq kitab Ma’rifatul Khishal al-Mukaffirati lidz Dzunub al-Muqaddamah wal Mu-akhkharah (1/26), karya al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani (852 H)
4. Lihat penjelasan pen-tahqiq kitab
Ma’rifatul Khishal al-Mukaffirati lidz Dzunub al-Muqaddamah wal Mu-akhkharah (1/24-26), karya al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani (852 H)
5. Yaitu; pada sanad-nya terdapat periwayat yang maqbul (diterima riwayatnya), namun dia menyelisihi periwayat lainnya yang lebih utama dan diterima daripada dirinya. Dan hadits syadz merupakan salah satu hadits dha’if (lemah). Lihat
Taisirul Mushthalahil Hadits, halaman 117
6. Lihat Majmu’ Fatawa Ibn Baaz (26/229),
Majmu’ Fatawa wa Rasa-il Ibn ‘Utsaimin (14/224 dan 228), al-Muntaqa min Fatawa al-Fauzan (nomor 63), Syarah Sunan Abi Dawud (ceramah Syaikh Abdul Muhsin albaad)